Suara.com - PDIP terus mendorong agar Pemilu 2024 dilakukan dengan menyoblos gambar partai atau dengan kata lain, menggunakan sistem proporsional tertutup. Hal itu rupanya mendapatkan kritikan dari Partai Golkar.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Nurul Arifin menyampaikan bahwa pihaknya memahami keinginan PDIP tersebut. Apalagi, di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga sempat muncul anjuran agar pemilu dilakukan dengan sistem proporsional tertutup.
Namun wacana tersebut tidak jadi diberlakukan setelah melalui serangkaian diskusi yang panjang. Pemilu pun dilakukan secara adil dengan sistem proporsional terbuka.
"Saya memahami betul kenapa Pak Hasto ingin sekali menerapkan sistem tertutup," kata Nurul saat menghadiri rilis survei Indikator Politik yang digelar secara virtual, Rabu (4/1/2023).
"Waktu kami di Komisi II juga seperti itu. Tapi akhirnya, tawaran setelah berdiskusi panjang waktu itu pada Pak SBY disetujui sebetulnya mix member proporsional itu yang paling adil," tambahnya.
Menurutnya, penyelenggaraan Pemilu harus mengalami perubahan yang disertai edukasi pada para pemilih. Ia pun menyoroti PDIP yang sangat percaya diri dengan sistem proporsional tertutup, di mana sistem itu dinilai hanya menguntungkan partai berlambang banteng tersebut.
"Kami melihat bahwa Mas Hasto sangat percaya diri dengan sistem tertutup karena political id-nya sangat kuat dan semua di-approval Pak Jokowi. Kemudian PDIP ada Pak Ganjar di situ, tapi tidak memberikan efek kepada yang lain," terangnya.
Selain itu, Nurul juga menilai pemilu dengan sistem proporsional tertutup belum tentu bisa mengurangi ego dari masing-masing partai politik, serta menghindari oligarki dalam pemilu. Ini terlihat dari surat pernyataan sikap yang sebelumnya diterbitkan delapan partai politik parlemen yang menolak sistem proporsional tertutup.
"Jadi partai politik tidak menjadi ego (sistem proporsional tertutup), kami tidak percaya, tidak ada oligarki kami tidak percaya, memerangi korupsi kami tidak percaya bahwa dengan sistem tertutup semua akan lebi baik," tegasnya.
Baca Juga: Meski Ketum, Megawati Soekarnoputri Tak Mau Nyapres Lagi: Sudah Nenek-Nenek Malu Kalau Kalah
Nurul berkaca pada wacana perubahan sistem proporsional pemilu pada 2016 lalu. Kala itu, banyak lembaga survei yang menantang keras usulan tersebut. Situasi berbeda dengan saat ini, di mana lembaga survei justru terkesan bungkam.
Ditambah saat itu SBY ikut memveto keputusan tersebut. Berbeda dengan saat ini, di mana semua pihak seolah mendukung diberlakukannya sistem proporsional tertutup. Karena itu, lembaga survei pun diminta untuk vokal dan tidak kalah dengan satu partai.
"Saya mengajak, ayo dong lembaga survei pada bergerak juga. Jangan diam saja. Masa kita delapan fraksi kalah sama satu fraksi (PDIP) saja," ajak Nurul.
"Ayo Pak Hasto jangan terlalu keras. Kita harus mengutamakan mengusung suara rakyat, biarkan rakyat itu pembelajaran politik dengan cara memilih siapa orang-orang yang mereka percaya," tandasnya.
Disclaimer:
Artikel ini merupakan kerja sama Suara.com dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Berita Terkait
-
Meski Ketum, Megawati Soekarnoputri Tak Mau Nyapres Lagi: Sudah Nenek-Nenek Malu Kalau Kalah
-
Kominfo Gandeng Polri Tangkal Hoaks Pemilu 2024
-
Geger Ganjar Pranowo Sengaja Pakai Dana Baznas untuk Curangi Anies, Benarkah?
-
Ketua Umum PBNU Harap Pemilu Tidak Baper-baperan: Tak Halalkan Darah Orang
-
Cuma Pelaksana Undang-Undang, Ketua KPU Ogah Berteori soal Sistem Proporsional Terbuka atau Tertutup
Terpopuler
- 6 Sepatu Adidas Diskon 60 Persen di Sports Station, Ada Adidas Stan Smith
- Kronologi Lengkap Petugas KAI Diduga Dipecat Gara-Gara Tumbler Penumpang Hilang
- 5 Moisturizer dengan Alpha Arbutin untuk Memudarkan Flek Hitam, Cocok Dipakai Usia 40-an
- 7 Sabun Muka Mengandung Kolagen untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Tetap Kencang
- 15 Merek Ban Mobil Terbaik 2025 Sesuai Kategori Dompet Karyawan hingga Pejabat
Pilihan
-
Polemik RS dr AK Gani 7 Lantai di BKB, Ahli Cagar Budaya: Pembangunan Bisa Saja Dihentikan
-
KGPH Mangkubumi Akui Minta Maaf ke Tedjowulan Soal Pengukuhan PB XIV Sebelum 40 Hari
-
Haruskan Kasus Tumbler Hilang Berakhir dengan Pemecatan Pegawai?
-
BRI Sabet Penghargaan Bergengsi di BI Awards 2025
-
Viral Tumbler Tuku di Jagat Maya, Berapa Sebenarnya Harganya? Ini Daftar Lengkapnya
Terkini
-
Antrean Bansos Mengular, Gus Ipul 'Semprot' PT Pos: Lansia-Disabilitas Jangan Ikut Berdesakan
-
Prabowo Jawab Desakan Status Bencana Nasional: Kita Monitor Terus, Bantuan Tak Akan Putus
-
Rajiv Desak Polisi Bongkar Dalang Perusakan Kebun Teh Pangalengan: Jangan Cuma Pelaku Lapangan
-
KPK Akui Lakukan Eksekusi Eks Dirut ASDP Ira Puspadewi Sesaat Sebelum Dibebaskan
-
Dongkrak Pengembangan UMKM, Kebijakan Memakai Sarung Batik di Pemprov Jateng Menuai Apresiasi
-
Gerak Cepat Athari Gauthi Ardi Terobos Banjir Sumbar, Ribuan Bantuan Disiapkan
-
Prabowo Murka Lihat Siswa Seberangi Sungai, Bentuk Satgas Darurat dan Colek Menkeu
-
Krisis Air Bersih di Pesisir Jakarta, Benarkah Pipa PAM Jaya Jadi Solusi?
-
Panas Kisruh Elite PBNU, Benarkah Soal Bohir Tambang?
-
Gus Ipul Bantah Siap Jadi Plh Ketum PBNU, Sebut Banyak yang Lebih Layak