Suara.com - Petasan selalu ada dalam setiap pesta, acara perayaan tertentu termasuk dalam bulan Ramadhan. Padahal petasan termasuk benda berbahaya. Sebenarnya bagaimana sejarah petasan itu dimulai?
Bicara soal petasan, sebenarnya bagaimana sejarah petasan? Bahan petasa terbuat dari apa? Nah untuk mengetahuinya, berikut ini ulasannya.
Bahkan baru-baru ini terjadi kasus ledakan petasan yang sangat hebat hingga memakan korban jiwa. Maka dari itu, pembahasan seputar sejarah petasan dirasa menarik untuk diketahui.
Perlu diketahui, ledakan petasan di Blitar beberapa hari lalu memakan 4 korban jiwa. Ledakan petasan seperti ini bukan kali pertama terjadi, tapi sudah berkali-kali. Tentunya ini menjadi insiden yang ingin dihindari setiap orang.
Diketahui, petasan diartikan sebagai bahan peledak dengan kategori ringan. Dikatakan ringan karena level ledakannya rendah dengan kecepatan denotasi 400-800m per detik.
Petasan sering dijumpai di banyak negara, termasuk di Indonesia. Umumnya, petasan sering digunakan pada momen-momen tertentu, seperti jelang perayaan Idul Fitri, penyambutan Tahun Baru, hajatan, dan berbagai acara besar lainnya.
Walaupun petasan menggunakan bahan peledak yang tergolong ringan, namun penggunaan petasan dapat memicu bahaya terhadap orang-orang sekitar. Lantas, sebanarnya bagaimana sejarah petasan? Berikut ini penjelasannya yang dilansir dari berbagai sumber.
Sejarah Petasan
Petasan sudah ada dari 200 tahun sebelum masuk tahun Masehi. Adapun petasan ini kali pertama ditemukan di China. Pada masa itu, Negeri Tirai Bambu sudah mengenal bahan peledak dari bambu yang disebut bazhou.
Bazhou ini bisa dibilang ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang juru masak. Juru masak ini awalnya akan akan membuat bahan bakar tungku menggunakan bambu dengan campuran batu bara, potasium nitrat, dan sulfur. Namun bahan bakar tersebut malah menimbulkan ledakan.
Baca Juga: Polisi Buru Pemasok Bahan Petasan di Blitar
Sejak saat itu, produksi petasan pun dilakukan di China. Bahan-bahan petasan yang digunakan pun semakin berkembang. Adapun bahan petasan yang utama yaitu bubuk mesiu yang terbuat dari campuran arang, belerang, dan kalium nitrat.
Produksi petasan pun semakin berkembang di China. Petasan kemudian masuk ke Indonesia dibawa oleh pedagang China. Pada saat itu, VOC sempat melarang membakar petasan karena dikhawatirkan bisa memicu kebakaran kebun dan wilayah penduduk.
Meski sempat dilarang, namun rupanya produksi petasan masih tetap berjalan. Di Surabaya, petasan digunakan oleh masyarakat Tionghoa untuk menyambut perayaan Imlek. Penggunaan petasan ini dipercaya masyarakat Tionghoa mampu pengusir roh jahat dan membawa kebahagiaan.
Lambat laun, petasan semakin marak digunakan di Indonesia. Bahkan muncul juga produk lainnya yang disebut kembang api. Banyak tradisi maupun perayaan besar yang menggunakan kembang api dan petasan.
Demikian ulasan mengenai sejarah petasan yang menarik untuk diketahui. Apa pendapat kamu tentang petasan?
Kontributor : Ulil Azmi
Berita Terkait
-
Bisa Membahayakan Banyak Orang, Bagaimana Hukum Petasan dalam Islam?
-
5 Bahaya Petasan Bagi Anak, Awas Menyebabkan Kematian!
-
Tinjau Lokasi Ledakan Petasan di Blitar, Gubernur Khofifah Minta Masyarakat Jaga Suasana Kondusif
-
Hasil Pemeriksaan Labfor Terhadap Bahan Peledak yang Ditemukan di Lokasi Ledakan di Blitar
-
20 Potongan Tubuh Manusia Ditemukan di Lokasi Ledakan Rumah Pembuat Petasan
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
- 7 Rekomendasi Parfum Terbaik untuk Pelari, Semakin Berkeringat Semakin Wangi
- 8 Moisturizer Lokal Terbaik untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Solusi Flek Hitam
- 15 Kode Redeem FC Mobile Aktif 10 Oktober 2025: Segera Dapatkan Golden Goals & Asian Qualifier!
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
FSGI: Pelibatan Santri dalam Pembangunan Musala Ponpes Al Khoziny Langgar UU Perlindungan Anak
-
Dugaan Korupsi Chromebook: Petinggi Perusahaan Teknologi Dipanggil Jaksa, Ternyata Ini Alasannya
-
FSGI Kecam Rencana Perbaikan Ponpes Al Khoziny Pakai Dana APBN: Lukai Rasa Keadilan Korban!
-
Krisis Politik di Madagaskar Memanas, Presiden Rajoelina Sebut Ada Upaya Kudeta Bersenjata
-
Kasus Korupsi Digitalisasi Pendidikan: Para Petinggi BUMN Ini Mulai Diselidiki Kejagung
-
18 Profesor Hukum Bela Hasto, Minta MK Rombak Pasal Kunci Pemberantasan Korupsi
-
GIPI Soroti Pungutan Wisman dalam Revisi UU Kepariwisataan: Industri Wisata Bisa Terdampak
-
Momen Tepuk Sakinah Wali Kota Tegal Bikin Jokowi Ngakak, Nikahi Gadis Solo dengan Saksi Presiden
-
Mendorong Pertumbuhan Industri Halal yang Inklusif dan Berdaya Saing di ISEF 2025
-
Driver Ojol Ditemukan Tewas di Rumahnya, Warga Cium Bau Tak Sedap dari Dalam Kamar