Suara.com - Zona kematian di puncak gunung tertinggi di dunia, Everest banyak diperbincangkan setelah seorang pemandu atau Sherpa berhasil menyelamatkan pendaki asal Malaysia yang hampir saja merenggang nyawa. Apa itu zona kematian Everest?
Bagi pendaki di seluruh dunia, pencapaian tertinggi mereka adalah ketika bisa mencapai puncak Everest, gunung tertinggi di dunia. Mendaki Everest pun seperti candu. Jika tahun ini datang untuk mencapai separuh dari puncak, kemungkinan besar pendaki akan datang kembali dengan harapan mencapai titik tertinggi gunung tersebut. Tentu saja bukan hal gampang.
Pasalnya, pendaki yang diperbolehkan mencapai puncak adalah pendaki profesional bersertifikat dengan segudang pengalaman. Sementara bagi pendaki amatir, pos maksimal yang bisa dicapai tak sampai di puncaknya.
Aturan ini bukan tanpa alasan. Sejak Everest dibuka untuk umum dan menjadi wisata pendakian paling ramai di dunia, tak semua orang memahami keadaan di puncak. Sherpa atau pemandu pendakian menjadi profesi yang menopang bisnis pendakian sekaligus keselamatan para pendaki.
Melansir sejumlah sumber, untuk mencapai puncak Everest, para pendaki harus melewati zona kematian, yakni wilayah dekat puncak dengan suhu sangat rendah dan oksigen yang tipis. Pendaki yang kedinginan tidak akan bertahan tanpa pertolongan. Kondisi ini sangat berbahaya, terlebih jika sang pendaki jauh dari teman, tidak membawa oksigen bantuan, dan tidak ada pemandu di dekatnya.
Kasus kematian di Everest banyak terjadi di zona ini. Salah satu sebabnya, semua pendaki dan pemandu hanya fokus pada puncak. Namun, jika tubuh kedinginan di tengah jalan, kondisinya akan memburuk dengan cepat.
Kejadian ini terbukti pada seorang pendaki asal Malaysia bernama Revichandran yang hampir mati di Everest. Dia menjadi bulan-bulanan netizen setelah dirinya tak mau berterima kasih kepada Sherpa yang menyelamatkannya dari kematian akibat kedinginan di Everest.
Video yang menampilkan Revi dengan pakaian tebal digendong oleh Sherpa bernama Gelje viral di internet. Video tersebut menampilkan aksi heroik Gelje yang menyelamatkan Revi setelah enam jam di zona kematian. Sayangnya, Revi justru berlaku sebaliknya.
Dia tak mau mengakui bahwa dirinya telah diselamatkan oleh Sherpa yang semula bermaksud mengantarkan pendaki Tiongkok ke puncak Everest. Alih-alih mengantarkan turis yang dipandunya, Gelje justru memilih untuk memutar arah demi menyelamatkan Revi.
Baca Juga: Sosok Gelje Sherpa, Gendong Pendaki Malaysia Selama 6 Jam Keluar dari Zona Kematian Everest
Sayangnya, Revi menolak mengakui bahwa Gelje lah yang telah menolongnya yang hampir mati. Namun, setelah mendapat kecaman dari netizen dia mengubah unggahan di Instagram bahwa Gelje Sherpa adalah satu dari banyak orang yang membantunya selamat di Everest.
Itulah sekilas informasi mengenai zona kematian di Gunung Everest yang sedang menjadi perbincangan publik.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni
Berita Terkait
-
Sosok Gelje Sherpa, Gendong Pendaki Malaysia Selama 6 Jam Keluar dari Zona Kematian Everest
-
Siapa Pendaki Malaysia yang Tak Akui Penyelamatan Sherpa? Sikapnya Kini Berubah Total!
-
Berapa Gaji Sherpa Everest? Pekerjaan Ekstrem Rela Pertaruhkan Nyawa Demi Pendaki Gunung
-
Apa Itu Sherpa? Ini Sosok Penyelamat Pendaki Malaysia di Everest yang Tak Diakui
-
Trending di Twitter, Inilah Sherpa dan Pekerjaannya
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Gedung Ponpes Al-Khoziny Ambruk Tewaskan 13 Orang, FKBI Desak Investigasi dan Soroti Kelalaian Fatal
-
Prakiraan Cuaca 4 Oktober 2025 di Berbagai Kota Wisata dari Bogor, Bali hingga Yogyakarta
-
Dolar Diramal Tembus Rp20.000, Ekonom Blak-blakan Kritik Kebijakan 'Bakar Uang' Menkeu
-
'Spill' Sikap NasDem: Swasembada Pangan Harga Mati, Siap Kawal dari Parlemen
-
Rocky Gerung 'Spill' Agenda Tersembunyi di Balik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir
-
Kriminalisasi Masyarakat Adat Penentang Tambang Ilegal PT Position, Jatam Ajukan Amicus Curiae
-
Drama PPP Belum Usai: Jateng Tolak SK Mardiono, 'Spill' Fakta Sebenarnya di Muktamar X
-
Horor MBG Terulang Lagi! Dinas KPKP Bongkar 'Dosa' Dapur Umum: SOP Diabaikan!
-
Jalani Kebijakan 'Koplaknomics', Ekonom Prediksi Indonesia Hadapi Ancaman Resesi dan Gejolak Sosial
-
Mensos Gus Ipul Bebas Tugaskan Staf Ahli yang Jadi Tersangka Korupsi Bansos di KPK