Suara.com - Surya Dharma Paloh atau lebih dikenal dengan nama Surya Paloh merupakan politisi Indonesia yang tak asing di telinga masyarakat. Tak hanya jadi politikus, Surya Paloh bahkan memiliki gurita bisnis di bidang media yang bernama Media Group.
Aktif di dunia politik dan menjabat sebagai Ketum Partai Nasional Demokrat (NasDem), Surya Paloh sempat menjadi Ketua Dewan Penasihat Golkar pada 2004-2009. Hingga akhirnya fokus mengembangkan NasDem.
Surya Paloh merupakan putra asli daerah Kuta Raja, Banda Aceh, 16 Juli 1951. Surya Paloh lahir dari pasangan Daud Paloh dan Nursiah.
Lahir dari ayah seorang perwira polisi, Surya hidup berpindah-pindah mengikuti penugasan ayahnya dan cukup lama tinggal di Serbelawan, Dolok Batu Nanggar, Simalungun hingga menamatkan SMP di daerah tersebut.
Pendidikan
Surya Paloh bersekolah di SMA Negeri 7 Medan pada 1967. Lulus dari sana, ia melanjutkan pendidikan di bangku kuliah tepatnya di Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara. Tetapi pendidikannya tak selesai, dan ia kembali mencoba peruntungan di Universitas Islam Sumatera Utara, Medan mengambil jurusan Fisipol. Akhirnya ia lulus pada 1975.
Karier Usaha
Sejak duduk di bangku SMP, Surya Paloh sudah mengenal bisnis. Bahkan ia berdagang sejenis teh, ikan asin, karung goni dan banyak benda yang ia jual. Semua itu ia jual ke para sahabatnya, termasuk kedai kecil dan PT Perkebunan Indonesia.
Baca Juga: Irfan Setiaputra
Bahkan saat ia di Medan Surya mendirikan perusahaan karoseri, sekaligus menjadi agen penjualan mobil. Usianya yang masih belia yang masih duduk di bangku SMA, Surya Paloh juga bekerja sebagai Manajer Travel Biro Seulawah Air Service.
Surya Paloh bahkan masih terus berbisnis saat di masa kuliah. Ia dipercaya mengelola Wisma Pariwisata yang dimiliki oleh konglomerat di Medan saat itu, Datuk Bagindo.
Pada tahun 1973, Surya Paloh bersama kakak iparnya, Jusuf Gading mendapat kepercayaan sebagai Dirut PT Ika Diesel Bros yang menjalankan usaha distributor mobil Ford dan Volkswagen di Medan.
Usahanya tak berhenti di bidang otomotif. Surya melihat peluang bahwa media massa dan pers bisa menjadi bisnis yang cukup baik ke depan.
Pada 2 Mei 1986, Surya Paloh mendirikan surat kabar bernama Harian Prioritas. Koran berwarna ini cukup diminati oleh pembaca, namun tak bertahan lama mengingat SIUPP dicabut dan dianggap isi beritanya jauh dari Kode Etik Jurnalistik di Indonesia.
Usaha media dianggap memang beresiko saat itu, namun Surya Paloh enggan menyerah dan mengupayakan SIUPP terbit. Tapi hal itu tak semudah membalikkan tangan, sehingga Surya mendekati Achmad Taufik untuk menghidupkan Majalah Vista.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
 - 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
 - 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
 - 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
 - 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
 
Pilihan
- 
            
              Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
 - 
            
              Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
 - 
            
              Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
 - 
            
              Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
 - 
            
              Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
 
Terkini
- 
            
              Onad Resmi Direhabilitasi: Bukan Pengedar, Ini Alasan BNNP DKI
 - 
            
              Budi Arie Merapat ke Gerindra? Muzani: Syaratnya Cuma Ini!
 - 
            
              Yusril: Pasal KUHP Lama Tak Lagi Efektif, Judi Online Harus Dihantam dengan TPPU
 - 
            
              Prabowo Setujui Rp5 Triliun untuk KRL Baru: Akhir dari Desak-desakan di Jabodetabek?
 - 
            
              Subsidi Transportasi Dipangkas, Tarif Transjakarta Naik pada 2026?
 - 
            
              Wacana Soeharto Pahlawan Nasional Picu Kontroversi, Asvi Warman Soroti Indikasi Pemutihan Sejarah
 - 
            
              Dinilai Bukan Pelanggaran Etik, Ahli Hukum Sebut Ucapan Adies Kadir Hanya Slip Of The Tongue
 - 
            
              Misteri 2 Kerangka Gosong di Gedung ACC Kwitang, Polda Metro Jaya Ambil Alih Kasus
 - 
            
              Legal Standing Dipertanyakan Hakim MK, Pemohon Uji UU TNI Singgung Kasus Almas
 - 
            
              Aksi Solidaritas Tempo di Makassar Ricuh, Jurnalis Dipukul