Suara.com - Partai politik (parpol) sebagai 'kendaraan' dalam menjalankan demokrasi negara dikritik justru tidak menjalankan demokrasi pada internalnya sendiri. Kondisi itu diduga akibat adanya status kepemilikan dari kelompok atau bahkan keluarga tertentu.
Rektor Universitas Paramadina Prof Dr Didik J Rachbini mengatakan, demokrasi internal di dalam partai tidak terjadi akibat perilaku para elit partai sendiri.
"Bahwa seolah-olah ada titisan-titisan seperti Megawati adalah titisan Soekarno," kata Didik dalam diskusi Demokrasi Internal dan Olikargi Partai secara virtual, dikutip Minggu (29/9/2024).
Bukan sekadar tidak dijalankan, menurut Didik, demokrasi internal justru tidak pernah disentuh karena dianggap remeh. Akibatnya, partai politik saat ini lebih mirip perseroan terbatas atau milik keluarga.
Dampak panjang dari kondisi tersebut, kata Didik, partai politik bisa jadi makin tak terjangkau oleh ranah publik lebih luas karena pusatnya hanya dikuasai kelompok tertentu.
"Kecuali bisa demokratis jika dipaksa oleh aturan main atau tekanan-tekanan publik, atau ada sensor, skrining atau saringan untuk membersihkan ‘’kotoran-kotoran kepentingan’’ itu. Namun jika tidak ada saringan itu, maka tidak bisa," terangnya.
Penyebab lain dari tidak adanya demokrasi internal juga akibat dari sikap transparan dari partai dan dominasi ketua umum.
"Misalnya otak dari 100 orang partai Golkar hanya ditentukan oleh satu orang ketua partai. Sehingga keputusan-keputusan di DPR yang sudah jelas tidak demokratis lebih disebabkan oleh demokrasi internal partai yang memang sudah tidak ada," kata Didik.
Menurutnya, solusi dari kondisi tersebut ialah pentingnya partai memperluas regenerasi kadernya. Selain itu, dibuat satu sistem yang berbasiskan teknologi ketat, sehingga keuangan partai tidak lepas dari teknologi yang transparan.
Baca Juga: Mengenal Apa Itu Nasakom: Konsep Demokrasi Terpimpin Ciptaan Presiden Sukarno
Berita Terkait
-
Mengenal Apa Itu Nasakom: Konsep Demokrasi Terpimpin Ciptaan Presiden Sukarno
-
Profil Lengkap Tia Rahmania, Anggota DPR RI Terpilih yang Dipecat PDIP
-
Heboh Soal Fufufafa Hingga Caleg Bermasalah Tetap Dilantik, Ibnu Jamil Pernah Bahas Pentingnya Rekam Jejak Politisi
-
Anies Beri Kuliah Umum Di Tokyo, Bicara Soal Pemuda Dalam Demokrasi
-
Pasca Protes Mahasiswa, Bangladesh di Bawah Kendali Militer: Polisi Absen, Ketertiban Publik Terganggu
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
-
29 Unit Usaha Syariah Mau Spin Off, Ini Bocorannya
-
Soal Klub Baru usai SEA Games 2025, Megawati Hangestri: Emm ... Rahasia
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
Terkini
-
Jaksa Ungkap Nadiem Makarim Dapat Rp809 Miliar dari Pengadaan Chromebook
-
Dukung Pembentukan Satgas Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana Sumatera, Begini Kata Komisi V
-
UGM Jawab Sentilan Luhut Soal Penelitian: Kalau Riset Sudah Ribuan
-
Masih Dirawat di RS, Sidang Perdana Nadiem Makarim Ditunda: Hakim Jadwalkan Ulang 23 Desember
-
Majelis Adat Budaya Tionghoa Buka Suara soal Penyerangan 15 WNA China di Kawasan Tambang Emas
-
Aroma Hangus Masih Tercium, Pedagang Tetap Jualan di Puing Kios Pasar Induk Kramat Jati
-
Hadir Tergesa-gesa, Gus Yaqut Penuhi Panggilan KPK untuk Kasus Haji
-
BGN Dorong SPPG Turun Langsung ke Sekolah Beri Edukasi Gizi Program MBG
-
Usai Tahan Heri Gunawan dan Satori, KPK Bakal Dalami Peran Anggota Komisi XI DPR di Kasus CSR BI-OJK
-
Ketua Komisi XI DPR Ungkap Alasan TKD Turun, ADKASI Tantang Daerah Buktikan Kinerja