Suara.com - Sunda Wiwitan merupakan tradisi kepercayaan yang diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat Sunda. Sampai saat ini, tradisi itu tetap lestari di berbagai wilayah Jawa Barat dan Banten.
Kepercayaan ini dikenal dengan ajaran yang menyelaraskan manusia, alam, dan Tuhan, menjadikannya sebagai salah satu bentuk budaya yang unik dan bernilai tinggi di Indonesia.
Apa yang disembah Sunda Wiwitan?
Mengutip dari berbagai sumber, Sunda Wiwitan menyembah Sang Hyang Kersa, yang setara dengan Tuhan Yang Maha Esa dalam ideologi Pancasila. Selain itu, Sunda Wiwitan juga memuja kekuatan alam dan arwah leluhur.
Tradisi Sunda Wiwitan berakar pada sistem monoteisme kuno, dengan keyakinan pada kekuasaan tertinggi yang disebut Sang Hyang Kersa atau Gusti Sikang Sawiji-wiji (Tuhan yang Maha Tunggal).
Kepercayaan ini tersebar di banyak wilayah, seperti Kanekes di Banten, Cigugur di Kuningan, hingga Kampung Naga di Tasikmalaya. Masing-masing wilayah memiliki karakteristik tradisi yang berbeda, namun tetap berpusat pada penghormatan terhadap alam dan leluhur.
Ritual Sunda Wiwitan
Sebagai bentuk rasa syukur atas berkah alam, masyarakat Sunda Wiwitan rutin menggelar ritual seperti Seren Taun di Cigugur, Kuningan, yang menjadi simbol penghormatan terhadap hasil pertanian.
Selain itu, tradisi Rayagung dan puasa di Madrais Garut juga mencerminkan pesan pelestarian alam. Di Baduy, Banten, ajaran ini begitu ketat dalam menjaga lingkungan, termasuk larangan memasuki hutan di kawasan Baduy Dalam.
Ritual ibadah dalam Sunda Wiwitan disebut Olah Rasa, dilakukan setiap pagi dan petang sebagai cara mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Selain itu, keyakinan mereka mencakup konsep tiga alam, yaitu Buana Nyungcung (alam tertinggi tempat Sang Hyang Kersa bersemayam), Buana Panca (alam manusia), dan Buana Larang (alam neraka).
Tradisi Sunda Wiwitan mengajarkan pentingnya hubungan harmoni antara manusia dan alam. Di setiap ritual, pesan pelestarian lingkungan selalu ditekankan, termasuk pemanfaatan air secara bijak dan menjaga kelestarian hutan.
Hal ini tercermin dalam kehidupan sehari-hari masyarakat penganut kepercayaan ini, seperti yang terlihat di Baduy, yang tetap menjaga prinsip hidup sederhana tanpa merusak ekosistem.
Sejarah dan Persebaran
Kepercayaan Sunda Wiwitan telah ada sejak ratusan tahun lalu, diwariskan oleh leluhur suku Sunda. Nama seperti Pangeran Madrais disebut sebagai tokoh penting yang memperkenalkan ajaran ini.
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
'Mereka Ada Sebelum Negara Ini Ada,' Pembelaan Antropolg untuk 11 Warga Maba Sangaji di Persidangan
-
Terungkap! 'Orang Baik' yang Selamatkan PPP dari Perpecahan: Ini Peran Pentingnya
-
Dana Transfer Dipangkas Rp 15 Triliun, APBD DKI 2026 Anjlok dan Gubernur Perintahkan Efisiensi Total
-
Kelurahan Kapuk Dipecah Jadi 3: Lurah Klaim Warga Menanti Sejak Lama, Semua RW dan RT Setuju
-
Antonius Kosasih Divonis 10 Tahun Bui di Kasus Korupsi PT Taspen, Hukuman Uang Pengganti Fantastis!
-
Kapuk Over Populasi, Lurah Sebut Petugas Sampai Kerja di Akhir Pekan Urus Kependudukan
-
Ada dari Bekasi dan Semarang, Tim DVI Identifikasi 7 Jasad Korban Ponpes Al Khoziny, Ini Daftarnya
-
Jokowi Absen di HUT TNI karena Tak Boleh Kena Panas, Kondisi Kesehatannya Jadi Gunjingan
-
Geger Sidang Ijazah Gibran: Tuntutan Rp125 T Bisa Dihapus, Syarat Minta Maaf dan Mundur dari Wapres
-
PHRI: Okupansi Hotel Merosot, Terhentinya Proyek IKN Buat Kaltim Paling Terdampak