Suara.com - Presiden Kolombia, Gustavo Petro, pada Rabu (29/1), mengkritik deportasi imigran ilegal oleh Amerika Serikat dengan membandingkannya dengan pengangkutan orang ke kamp konsentrasi Nazi dalam Perang Dunia II.
Dalam pidatonya saat pelantikan Menteri Luar Negeri baru, Laura Sarabia, Petro menyebutkan ketegangan diplomatik terbaru antara Kolombia dan AS.
"Dari insiden dengan Trump, banyak pelajaran dapat diambil, baik dari mereka maupun dari kita. Dari sudut pandang mereka, saya rasa mereka seharusnya tidak memborgol orang-orang yang akan mereka deportasi," ungkap Petro.
"Akan ada perdebatan politik di sana, misalnya, apakah mereka tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti yang dilakukan Jerman pada 1943, saat menggunakan kereta untuk mengangkut orang-orang Yahudi, sosialis, dan komunis ke kamp konsentrasi," tambahnya.
Pernyataan itu muncul di tengah ketegangan diplomatik akibat penolakan pemerintah Kolombia untuk menerima warga Kolombia yang dideportasi dengan penerbangan militer AS, dengan alasan mereka mengutamakan “perlakuan bermartabat” bagi migran. Penolakan ini memicu reaksi keras dari Presiden AS, Donald Trump, yang mengancam akan memberlakukan tarif perdagangan.
Sebagai upaya penyelesaian, Kolombia telah mengatur tiga penerbangan dengan pesawat Angkatan Udara Kolombia. Pada Selasa dan Rabu, pesawat tersebut membawa kembali 306 warga Kolombia, termasuk 42 anak-anak, seperti yang dinyatakan Petro.
"Apakah Trump akan memberi tahu 42 anak Kolombia itu bahwa mereka adalah kriminal?" tanya Petro.
"Seperti yang dia katakan kepada 42 anak itu, dia juga akan mengatakan hal yang sama kepada ratusan ribu lainnya. Itulah cara berpikir mereka pada tahun 1943," lanjutnya.
"Setiap individu yang berkulit hitam, pribumi, atau keturunan Latin akan diperlakukan sebagai kriminal. Ini disebut kriminalisasi kolektif; konsep itu diciptakan oleh Hitler," tambahnya.
Baca Juga: Deportasi 4.000 Imigran Ilegal dalam Sepekan, Trump Gencarkan Penggerebekan Massal
Berita Terkait
-
Trump Dukung Perang Penawaran TikTok, Microsoft Calon Terkuat?
-
Persaingan AI Memanas: DeepSeek Gunakan Chip Huawei untuk Saingi Model dari Amerika Serikat
-
Ansarullah Yaman Kecam Agresi Israel, Sebut AS Dalang di Balik Serangan
-
Deportasi 4.000 Imigran Ilegal dalam Sepekan, Trump Gencarkan Penggerebekan Massal
-
Kritik Kebijakan Trump, Gaji Selena Gomez Tembus Rp 569 Miliar Lebih Besar dari Presiden AS
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Ancaman Bencana Kedua Sumatra: Saat Wabah Penyakit Mengintai di Tenda Pengungsian
-
METI: Transisi Energi Berkeadilan Tak Cukup dengan Target, Perlu Aksi Nyata
-
Kejagung Buka Kemungkinan Tersangka Baru Kasus Pemerasan Jaksa, Pimpinan Juga Bisa Terseret
-
Cuan dari Gang Sempit: Kisah PKL Malioboro yang Sukses Ternak Ratusan Tikus Mencit
-
MPR Dukung Kampung Haji, Dinilai Bikin Jemaah Lebih Tenang dan Aman Beribadah
-
KSAD Minta Media Ekspos Kerja Pemerintah Tangani Bencana Sumatra
-
Kejagung Tetapkan 3 Orang Jaksa jadi Tersangka Perkara Pemerasan Penanganan Kasus ITE
-
OTT KPK di Banten: Jaksa Diduga Peras Animator Korsel Rp2,4 M, Ancam Hukuman Berat Jika Tak Bayar
-
Pesan Seskab Teddy: Kalau Niat Bantu Harus Ikhlas, Jangan Menggiring Seolah Pemerintah Tidak Kerja
-
OTT Bupati Bekasi, PDIP Sebut Tanggung Jawab Pribadi: Partai Tak Pernah Ajarkan Kadernya Korupsi