Suara.com - Harga emas terus mengalami kenaikan drastis selama 54 tahun terakhir, dengan peningkatan hampir 100 kali lipat.
Terkait itu, Ekonom dari INDEF Abdul Hakam Naja menyebutkan kalau kenaikan emas makin terasa dalam setahun terakhir, dengan lonjakan mencapai 39,40 persen dari Maret 2024 hingga Maret 2025.
"Kenaikan ini terjadi karena kondisi ekonomi global yang tidak stabil dan ketegangan geopolitik di berbagai negara," kata Abdul dalam keterangannya, dikutip Selasa (25/3/2025).
Namun dalam industri emas global, Abdul menyebutkan kalau bisnis itu dikuasai oleh dua kelompok besar. Yakni, World Gold Council (WGC) yang beranggotakan perusahaan-perusahaan tambang emas.
Serta London Bullion Market Association (LBMA) yang berisi lembaga perbankan yang berperan dalam pasar emas terbesar di dunia.
Sementara itu pembelian emas global sepanjang tahun 2024 kata dia, mencapai 337 ton, dengan Polandia sebagai pembeli terbesar sebanyak 90 ton. Lebih besar dari total cadangan emas Bank Indonesia yang tetap 78,5 ton selama tujuh tahun terakhir.
Abdul menjelaskan bahwa emas memiliki peran strategis dalam ekonomi, termasuk meningkatkan tabungan masyarakat, mengurangi defisit perdagangan luar negeri, serta memperkuat likuiditas sistem keuangan.
"Bank emas dapat menjalankan berbagai kegiatan usaha seperti penyimpanan emas terstandarisasi, pembiayaan berbasis emas, perdagangan, serta penitipan dengan skema imbal jasa," tuturnya.
Namun, dia juga mengingatkan kalau risiko manipulasi pasar juga menjadi perhatian serius. Contohnya adalah kasus JP Morgan, yang terbukti melakukan manipulasi harga emas dan perak dengan cara spoofing pada 2008–2016. Praktik ini menimbulkan kerugian besar di pasar global.
Baca Juga: Sepekan, Aliran Modal Asing Sudah Kabur Rp 4,25 Triliun
"Oleh karena itu, pengawasan ketat dan berlapis terhadap bank emas sangat diperlukan agar dapat beroperasi dengan baik serta terhindar dari penyimpangan dan fraud," sarannya.
Emas Antam Turun
Sementara itu, harga emas keluaran Logam Mulia Antam 24 Karat hari ini, Selasa (25/3) tercatat turun cukup dalam setelah selama sepekan terus mengalami kenaikan.
Harga emas Antam yang dipantau dari laman Logam Mulia pada Selasa ini penurunan Rp6.000 dari semula Rp1.765.000 menjadi Rp1.759.000 per gram.
Adapun harga jual kembali atau buyback emas batangan turut turun menjadi Rp1.610.000 per gram.
Transaksi harga jual dikenakan potongan pajak, sesuai dengan PMK No. 34/PMK.10/2017.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
5 Mobil Bekas di Bawah 100 Juta Muat hingga 9 Penumpang, Aman Bawa Barang
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
Terkini
-
Sempat Sakit, Adik Jusuf Kalla Diperiksa Kasus Korupsi PLTU Rp1,35 Triliun Hari Ini!
-
Satpol PP Akan Bongkar 179 Bangunan Liar di Sepanjang Akses Tol Karawang Barat
-
Viral Todongkan Sajam di Tambora, Penjambret Diringkus Polisi Saat Tertidur Pulas
-
BPJS Kesehatan Angkat Duta Muda: Perkuat Literasi JKN di Kalangan Generasi Penerus
-
Kondisi Gunung Semeru Meningkat ke Level Awas, 300 Warga Dievakuasi
-
Soal Pelimpahan Kasus Petral: Kejagung Belum Ungkap Alasan, KPK Bantah Isu Tukar Guling Perkara
-
Semeru Status Awas! Jalur Krusial Malang-Lumajang Ditutup Total, Polisi Siapkan Rute Alternatif
-
Babak Baru Korupsi Petral: Kejagung Resmi Limpahkan Kasus ke Tangan KPK, Ada Apa?
-
DPR-Kemdiktisaintek Kolaborasi Ciptakan Kampus Aman, Beradab dan Bebas Kekerasan di Sulteng
-
Fakta Baru Sengketa Tambang Nikel: Hutan Perawan Dibabat, IUP Ternyata Tak Berdempetan