Suara.com - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dikenal sering membagikan pernyataan apapun melalui akun media sosialnya, seperti TikTok. Melalui video singkat, tak jarang Dedi Mulyadi memberikan klarifikasi hingga pengumuman.
Terbaru, mantan Bupati Purwakarta tersebut menyinggung pihak yang menyebutnya 'berisik'. Hal ini disampaikannya melalui akun TikTok pribadinya @dedimulyadiofficial.
"Kalau hari ini orang banyak beranggapan bahwa 'ini Kang Dedi bikin berisik saja setiap hari'," ucap Dedi Mulyadi.
Bukan tanpa sebab, Dedi Mulyadi mengatakan bahwa dirinya akan terus berisik selama birokrasi tidak berjalan sebagaimana seharusnya. Birokrasi yang lama terjadi akibat penyimpangan yang dibiarkan.
"Sebenarnya keberisikan itu akibat lama birokrasi kita tidur. Kenapa birokrasi kita lama tidur? Coba lihat deh, orang bangun bangunan di bantaran sungai dibiarkan, bahkan pembiarannya juga sampai pada tingkat ada oknum yang mengkoordinatori bangunan-bangunan di bantaran sungai itu," sambung Dedi Mulyadi.
Lelaki yang akrab disapa Kang Dedi Mulyadi itu mengatakan bahwa oknum yang mengkoordinasi bangunan-bangunan liar di lingkungan mendapatkan uang sewa.
"Dan mendapat duit sewa, baik setoran bulanan maupun sewa pada saat pembangunan awal. Seluruh hamparan sawah tertutup oleh bangunan, sama bantaran sungai dibiarkan juga, bahkan ada yang mengkoordinatori, ada setorannya," beber Dedi Mulyadi.
Oknum-oknum itulah yang menilai Dedi Mulyadi sebagai gubernur yang berisik karena berusaha untuk menertibkan kembali lingkungan. Pasalnya, penertiban itu akan membuat uang sewa yang sebelumnya diterima sebagai ladang cuan akan menghilang.
"Seluruh hamparan perkebunan teh yang indah juga sama, tertutup oleh bangunan, para pedagang, dan dibiarkan. Bahkan ada yang mengkoordinatori. Para koordinator inilah yang marah. Karena apa? Karena setorannya hilang dan mereka membangun narasi di berbagai tempat plus narasi itu ditangkap oleh para politisi yang menggerakkan sebagian organ-organ politiknya untuk bersuara," sambung Dedi Mulyadi lagi.
Baca Juga: Gubernur Pramono Tegaskan Jakarta Siap Bantu Bali Bangun MRT, Tapi ...
Adapun oknum-oknum tersebut dapat tergabung dalam Organisasi Kemasyarakatan (ormas) hingga Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
"Seluruhnya apa? Seluruhnya adalah politik. Bagi mereka yang memiliki afiliasi politik dan bagi mereka yang memiliki afiliasi pendapatan yang terkoordinasi biasanya lewat oknum-oknum ormas atau oknum LSM, mereka kehilangan setoran pendapatan," ujar Dedi Mulyadi.
Oleh karena itu, Dedi Mulyadi menilai dirinya tidak bisa membiarkan hal tersebut terus terjadi hingga merusak alam di Provinsi Jawa Barat.
"Kalau tidak dimulai hari ini dibenahi, mau sampai kapan kesemrawutan ini terus berlangsung? Mau sampai kapan terjadi pembiaran? Tanah Jawa Barat yang indah ini berubah menjadi tumpukan kehidupan yang kumuh, yang satu sama lain menjadi predator, saling menghisap, saling memakan, yang pada akhirnya terjadilah kehancuran secara bersama," pungkasnya.
Pasalnya, lingkungan yang rusak juga akan berpengaruh pada kesehatan mental manusia yang tinggal di sekitarnya. Pada akhirnya, hal itu akan memiliki efek domino karena menjalar kemana-mana.
"Hancur gunungnya, rusak sungainya, hancur jaringan sawahnya, hancur pemandangan alamnya, lahirlah manusia yang depresi. Karena depresi maka dia harus piknik, tidak punya duit, pinjam. Kalau seluruh alam kita, lingkungan kita, ditata dengan baik, setiap desa, kepala desanya menata, camat menggerakkan seluruh stakeholdernya untuk menata lingkungan kecamatan, para bupati, wali kota menata, konsisten, kita ini nggak usah piknik jauh-jauh," imbuh Dedi Mulyadi.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Uang Jemaah Disita KPK, Khalid Basalamah Terseret Pusaran Korupsi Haji: Masih Ada di Ustaz Khalid
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 24 September 2025: Kesempatan Dapat Packs, Coin, dan Player OVR 111
- Apa Kabar Janji 50 Juta Per RT di Malang ?
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
Terkini
-
Di Hadapan Mahasiswa Unpad, Pramono Anung Tegaskan Pemimpin Tak Boleh Tersulut Emosi
-
Sule Kena Tilang Saat Bawa Double Cabin, Dishub DKI: Sudah Sesuai Prosedur
-
Gibran Disebut Cawapres Prabowo Lagi di 2029, PSI: Pernyataan Jokowi Powerfull
-
Tangis Nanik Deyang Minta Maaf soal Kasus Keracunan MBG Tuai Pro Kontra
-
PBNU Desak Penetapan Tersangka Korupsi Kuota Haji, KPK Sebut Pemeriksaan Masih Intensif
-
Apa Itu Cassandra Paradox? Bikin Rocky Gerung Walkout dari Talkshow dengan Relawan Jokowi
-
Isyana Bagoes Oka Dikabarkan Jadi Wakil Ketua Umum PSI, Kaesang Siap Umumkan
-
SMAN 62 Pastikan Farhan Masih Berstatus Siswa Aktif Meski Ditahan Polisi
-
Kementerian BUMN Bakal Tinggal Kenangan, Ingat Lagi Sejarahnya Sebelum Dihapus
-
Minta KPK Segera Tetapkan Tersangka Kasus Haji, Awan PBNU: Jangan Digoreng Ngalor Ngidul