Suara.com - Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengeluarkan pernyataan keras pada hari Jumat, (25/7/025), mengungkapkan bahwa kelaparan massal yang melanda Jalur Gaza merupakan hasil dari tindakan yang disengaja dan terencana.
UNRWA menuding mekanisme distribusi bantuan yang dikendalikan oleh Israel dan Amerika Serikat, yang dikenal sebagai "Yayasan Kemanusiaan Gaza" (Gaza Humanitarian Foundation/ GHF), digunakan untuk mendukung tujuan militer dan politik, bukan untuk mengatasi krisis kemanusiaan di wilayah yang terkepung tersebut.
Dalam pernyataannya, UNRWA menegaskan, “Kelaparan massal yang disengaja dan direncanakan ini menyebabkan kematian tragis lebih banyak anak-anak yang tubuhnya menyusut karena kelaparan.”
Organisasi tersebut menyoroti cacat mendasar dalam sistem distribusi bantuan yang dikendalikan oleh GHF, yang menurut mereka, tidak dirancang untuk menyelesaikan masalah kemanusiaan, melainkan justru memperburuk situasi dengan mengorbankan lebih banyak nyawa.
UNRWA menambahkan bahwa Israel memiliki kendali penuh atas akses kemanusiaan ke Gaza, baik dari luar maupun dalam wilayah tersebut, sejak mekanisme GHF mulai diterapkan pada 27 Mei 2025.
Sistem ini, meskipun didukung oleh Israel dan AS, ditolak oleh PBB dan berbagai lembaga kemanusiaan internasional karena dianggap tidak efektif dan bermuatan politik.
Selama gencatan senjata singkat yang berlangsung awal tahun 2025, UNRWA mencatat bahwa kelaparan yang semakin parah di Gaza berhasil ditekan.
Namun, sejak gencatan senjata itu batal dilaksanakan oleh Israel pada Maret, blokade ketat kembali diperkuat, dan ribuan truk bantuan yang berisi makanan dan obat-obatan kini terhambat di perbatasan Mesir dan Yordania.
“Saat ini, sekitar 6.000 truk bantuan UNRWA masih tertahan di luar Gaza, mengakibatkan krisis kelaparan yang semakin memburuk,” kata pernyataan tersebut, dilansir dari laman Antara, Sabtu (26/7/2025).
Baca Juga: Pemandangan Mengerikan di Gaza, Inggris : Ini Bencana Kemanusiaan, Harus Berakhir!
Israel sendiri telah menutup semua perlintasan ke Gaza sejak 2 Maret 2025, mengabaikan seruan internasional untuk mengaktifkan kembali gencatan senjata dan mengizinkan akses kemanusiaan.
Akibatnya, serangan militer yang intens dan blokade berkepanjangan menyebabkan lebih dari 59.600 warga Palestina meninggal dunia, termasuk ribuan anak-anak, dengan angka kematian akibat kelaparan melonjak drastis.
Dalam konteks hukum internasional, Israel menghadapi tekanan yang semakin besar. Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan di Gaza.
Selain itu, Israel juga tengah menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional terkait operasi militernya di wilayah kantong tersebut.
Krisis kemanusiaan di Gaza terus menjadi perhatian dunia, dengan UNRWA secara berkelanjutan mendesak pembukaan kembali mekanisme distribusi bantuan yang diawasi oleh PBB untuk mengurangi penderitaan penduduk sipil dan menghentikan kelaparan yang disengaja.
Berita Terkait
-
Harapan Prabowo Saat Bertemu Anwar Ibrahim: Gencatan Senjata Iran dengan Israel Bisa Langgeng
-
PM Anwar Ibrahim Kecam Israel: Tindakan Genosida di Gaza Tak Bisa Dimaafkan
-
Kemensos Tegaskan Bansos Tidak Boleh Jadi Alat Politik!
-
Israel Serang Tenda Pengungsi di Jalur Gaza, Puluhan Warga Tewas
-
Netanyahu Curhat RS Israel Dirudal Iran, Erdogan: Kalian Mengebom 35 RS Gaza Palestina!
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- 5 Sepatu Lokal Senyaman Hoka Ori, Cushion Empuk Harga Jauh Lebih Miring
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Tragedi Kalibata Jadi Alarm: Polisi Ingatkan Penagihan Paksa Kendaraan di Jalan Tak Dibenarkan!
-
Bicara Soal Pencopotan Gus Yahya, Cholil Nafis: Bukan Soal Tambang, Tapi Indikasi Penetrasi Zionis
-
Tinjau Lokasi Pengungsian Langkat, Prabowo Pastikan Terus Pantau Pemulihan Bencana di Sumut
-
Trauma Usai Jadi Korban Amukan Matel! Kapolda Bantu Modal hingga Jamin Keamanan Pedagang Kalibata
-
Rapat Harian Gabungan Syuriyah-Tanfidziyah NU Putuskan Reposisi Pengurus, M Nuh Jadi Katib Aam
-
Pakar UIKA Dukung Anies Desak Status Bencana Nasional untuk Aceh dan Sumatera
-
BNI Raih Apresiasi Kementerian UMKM Dorong Pelaku Usaha Tembus Pasar Global
-
BNI Dorong Digitalisasi dan Transparansi Rantai Pasok FMCG
-
Komisi III Kritik Usulan Kapolri Ditunjuk Presiden Tanpa DPR: Absennya Pemaknaan Negara Hukum
-
Kritik Keras Perkap 10/2025, Mahfud MD Sebut Tidak Ada Dasar Hukum dan Konstitusionalnya