Suara.com - Mantan Menko Polhukam sekaligus pakar hukum, Mahfud MD, mengklarifikasi soal sikapnya yang dianggap bertolak belakang dalam perkara korupsi yang menjerat mantan Menteri Perdagangan, Thomas Trikasih Lembong atau Tom Lembong.
Mahfud mengakui pada awal penetapan Tom sebagai tersangka, dirinya membela Kejaksaan Agung atau Kejagung.
"Dulu ketika Tom Lembong ditetapkan sebagai tersangka pada bulan November tahun lalu, saya membela kejaksaan," kata Mahfud dikutip Suara.com dari channel YouTube Mahfud MD Official pada Senin (28/7/2025).
Mahfud menjelaskan konteks sikapnya saat itu. Saat itu langkah Kejagung yang menjadikan Tom tersangka dipertanyakan, karena tidak aliran uang yang mengalir ke kantong pribadinya. Menurutnya dalam konteks penetapan tersangka, tidak menjadi soal adanya aliran uang yang masuk ke kantong pribadi Tom.
"Sehingga saya menjelaskan unsur-unsur korupsi itu, dana nyata satu, mengalir ke diri sendiri, atau mengalir ke orang lain, atau, mengalir ke korporasi. Nah, Tom Lembong tidak ada bukti memperkaya diri sendiri sehingga ada dana mengalir ke situ.Sehingga menurut saya tepat pada waktu itu ditetapkan sebagai tersangka. Pada waktu itu konteksnya ketersangkaan. Bukan vonis," katanya menjelaskan.
Namun ketika perkara tersebut tiba pada vonis pengadilan, Mahfud menemui hal yang aneh.
"Sekarang vonisnya itu aneh. Karena dalam hukum pidana itu, ada dua unsur utama yang harus sama-sama terbukti. Satu, namanya actus reus, jenis perbuatan yang bisa dihitung, bisa didengar, bisa disaksikan oleh logika-logika biasa. Ada barangnya, itu actus reus namanya," kata Mahdfud.
Dalam konteks pidana acta reus itu terdapat perbuatannya, seperti melakukan perbuatan melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain. Dalam konteks korupsi, acta reus itu perbuatan yang mengakibatkan kerugian keuangan negara.
Unsur kedua yang tak kalah penting, kata, Mahfud mens rea atau niat jahat. Seseorang dapat dihukum karena memiliki niat jahat. Niat jahat dapat diukur dari tujuan perbuatannya. Kemudian pihak tersebut mengetahui sebenarnya perbuatannya itu tidak boleh dilakukan, dan karena kelalaian.
Baca Juga: Eks Staf Nadiem Tersangka di Kejagung, KPK Usut Proyek Kuota Internet Gratis Kemendikbudristek
"Kalau tidak ada mens rea kenapa dihukum? Tidak boleh. Dalilnya yang paling dasar itu adalah , tidak boleh ada pemidanaan kalau tidak ada kesalahan. Kesalahan itu mens rea," katanya.
Untuk itu Mahfud menegaskan tidak menemukan mens rea dalam kasus Tom. Hal itu tercermin dari putusan hakim yang menyatakan tidak ada aliran uang yang mengalir ke kantong pribadi Tom.
Kemudian, acta reus juga tidak terbukti menurutnya. Sebab Tom hanya menjalankan perintah pemerintah untuk mengatasi kelangkaan gula.
"Nah oleh sebab itu, itu pun udah salah acta reus-nya, apalagi mens rea-nya. Apalagi kemudian menyebut karena melakukan ekonomi kapitalistik," kata Mahfud.
Sebagaimana diketahui, salah satu pertimbangan hakim yang menjatuhkan hukuman empat tahun enam bulan kepada Tom, karena dianggap mengedepankan ekonomi kapitalis, dan tidak sejalan dengan ekonomi demokrasi dan Pancasila.
"Nah kapitalistik itu apa? Kapitalistik itu sebenarnya adalah ide tentang perekonomian. Bukan norma. Kalau apa yang ada di ide, itu belum ada normanya. Tidak boleh dijadikan hukum," ujarnya.
Berita Terkait
-
Kasus Cap Lebur Emas Antam, Kejagung Diminta Hati-hati Hitung Kerugian Negara
-
Kasus Gula Marubeni Menggema Lagi, Kejagung Cekal Dua Bos Sugar Group Terkait TPPU
-
Dikenal Konservatif, Pesan 'Keramat' Tom Lembong yang Bikin Anies Bergetar!
-
Dalih Anies Protes Tom Lembong Divonis 4,5 Tahun Penjara: Bukan Benar-Salah Bela Teman, tapi...
-
Eks Staf Nadiem Tersangka di Kejagung, KPK Usut Proyek Kuota Internet Gratis Kemendikbudristek
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
Heboh di Palembang! Fenomena Fotografer Jalanan Viral Usai Cerita Istri Difoto Tanpa Izin
-
Tak Mau Ceplas-ceplos Lagi! Menkeu Purbaya: Nanti Saya Dimarahin!
-
H-6 Kick Off: Ini Jadwal Lengkap Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17 2025
-
Harga Emas Hari Ini Turun: Antam Belum Tersedia, Galeri 24 dan UBS Anjlok!
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
Terkini
-
Patut Diacungi Jempol, Perempuan Ini Berani Tegur Oknum Polisi Usai Jadi Korban Catcalling
-
Nasib Sahroni-Nafa Urbach hingga Uya Kuya di Ujung Tanduk, MKD DPR Resmi Gelar Sidang
-
Blak-blakan Prabowo: Ini Tugas Utama yang Saya Berikan ke Kapolri Sejak Hari Pertama!
-
Komisioner KPU Kena Sanksi Jet Pribadi: DPR Turun Tangan, Ini yang akan Dilakukan!
-
Borok 'Wakil Tuhan' Terkuak! 3 Hakim Pemutus Vonis Lepas Korupsi CPO Dituntut 12 Tahun Penjara
-
Bobby Nasution: Intervensi Harga Cabai Merah Semata-mata untuk Kepentingan Masyarakat
-
Mendikdasmen Soroti Fenomena 'Xenomania', Sebut Anak Muda Lebih Bangga Bahasa Asing
-
DPR Hormati Sanksi DKPP untuk KPU Soal Jet Pribadi: Harus Sensitif pada Publik!
-
Geger Dugaan Korupsi Whoosh, Mahfud MD Sentil KPK: Dugaan Saya Takut, Entah Pada Siapa
-
11 Jenderal 'Geruduk' Kantor Mahfud MD, Desak Reformasi dan Kembalikan Kepercayaan Polri