Suara.com - Tragedi memilukan yang menimpa Prada Lucky Chepril Saputra Namo, prajurit TNI AD anggota Batalyon Infanteri Teritorial Pembangunan 834 Waka Nga Mere di Kabupaten Nagakeo, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, yang tewas diduga akibat dianiaya seniornya, kembali membuka kotak pandora tentang kekerasan yang mengakar di institusi militer.
Di tengah sorotan publik yang tajam, analis militer Selamat Ginting memberikan perspektif baru yang menyoroti fenomena generasi dalam lingkaran setan ini.
Menurutnya, para pelaku kekerasan di tubun TNI saat ini banyak berasal dari generasi muda atau Gen Z, yang membawa mentalitas sipil yang belum sepenuhnya tertempa oleh disiplin militer.
Selamat Ginting mengamati adanya pola yang mengkhawatirkan dalam beberapa kasus kekerasan terakhir di tubuh TNI. Ia menunjuk adanya keterkaitan antara generasi pelaku dengan latar belakang mereka sebelum masuk barak.
"Gini saya lihat dalam beberapa kasus ini memang generasi-generasi milenial nih baik korban maupun pelaku. Mungkin juga perlu dipikirkan, dalam beberapa kasus misalnya yang di angkatan laut misalnya itu rata-rata memang pelaku maupun korban gitu ya. Pelaku misalnya itu memang dari generasi-generasi Z," ujar Ginting dikutip dari Youtube Forum Keadilan TV.
Analisis ini membawa kita pada sebuah pertanyaan krusial: mengapa generasi yang tumbuh di era digital ini justru menjadi aktor dalam tradisi kekerasan fisik? Ginting mensinyalir adanya pengaruh dari kultur pop dan kebiasaan di luar militer yang terbawa masuk, salah satunya adalah dunia game.
Adaptasi Singkat dan Pengaruh Kultur Tawuran
Menurut Ginting, proses transisi dari kehidupan sipil ke dunia militer yang keras dan terstruktur kemungkinan tidak berjalan mulus bagi sebagian prajurit muda.
Durasi pendidikan yang relatif singkat dianggap belum cukup untuk mengubah total mentalitas yang sudah terbentuk sejak di bangku sekolah.
Baca Juga: Sosok Nafa Arshana Terduga Istri TNI yang Tuduh Prada Lucky Kelainan Seksual
"Mungkin juga terbiasa dengan apa dunia game yang terkait dengan kekerasan segala macam, tawuran dan mestinya juga dipikirkan dari kalangan sipil masuk ke dunia militer menurut saya juga harus dipikirkan berapa lama sesungguhnya mereka bisa beradaptasi. Ini kan baru," paparnya.
Faktor ini menjadi semakin relevan ketika melihat kasus Prada Lucky Namo, di mana salah satu terduga pelakunya adalah seorang prajurit satu (Pratu) yang notabene belum lama mengabdi.
"Misalnya prajurit satu yang ikut memukuli prada Luki Tamo ini kira-kira baru 5 tahun dia jadi tentara. Sementara pendidikannya tuh tidak terlalu lama, 5 bulan itu kan dari SMA mereka masuk ke dunia militer," ujarnya.
Keterangan ini menyoroti betapa tipisnya jeda waktu bagi seorang remaja lulusan SMA untuk sepenuhnya meninggalkan kebiasaan lama dan mengadopsi nilai-nilai Sapta Marga. Ginting secara blak-blakan menyamakan mentalitas ini dengan kultur tawuran yang jamak ditemui di kalangan pelajar.
"SMA tahu sendiri kan maunya tawuran gitu seperti kita dulu begitu. Berhadapan biasanya kalau kita lihat demo-demo itu yang dihadapi juga adalah polisi yang juga baru lulusan SMA menghadapi mahasiswa yang belum lama tamat SMA. Mentalnya masih mental tawuran. Mental jago," tegasnya.
Pola pikir "jagoan" dan penyelesaian masalah melalui adu fisik inilah yang diduga masih tersisa dan meledak di lingkungan tertutup seperti barak militer.
Tag
Berita Terkait
-
Sosok Nafa Arshana Terduga Istri TNI yang Tuduh Prada Lucky Kelainan Seksual
-
Viral Istri TNI Tuding Prada Lucky 'Menyimpang', Ayah Korban Murka: Ini Fitnah Keji
-
Komisi I DPR Desak Usut Motif di Balik Tewasnya Prada Lucky: Coba Dikejar!
-
Kronologi Akun Diduga Istri TNI Sebut Prada Lucky 'Kelainan Seksual', Mendadak Hilang
-
Tragedi Kematian Prada Lucky Libatkan Perwira Muda Lulusan Akmil, TB Hasanuddin Ingatkan Tugas Ini
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
Ada Adrian Wibowo! Ini Daftar Pemain Timnas Indonesia U-23 Menuju TC SEA Games 2025
-
6 Fakta Demo Madagaskar: Bawa Bendera One Piece, Terinspirasi dari Indonesia?
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
-
Lowongan Kerja PLN untuk Lulusan D3 hingga S2, Cek Cara Daftarnya
Terkini
-
Ikutilah PLN Journalist Awards 2025, Apresiasi Bagi Pewarta Penggerak Literasi Energi Nasional
-
Soal Arahan Jokowi Dukung Prabowo-Gibran 2 Periode, Gus Yasin: PPP Selalu Sejalan dengan Pemerintah
-
Rayakan HUT ke-80 TNI di Monas, Tarif Transportasi Umum Jakarta Jadi Rp80
-
Kepala BPHL Dicecar Pembangunan Jalan di Kawasan IUP PT WKM, Hakim: Saudara Kok Nggak Bisa Jawab!
-
Anggota DPR Ngamuk! Minta BGN 'Spill' Nama Politisi Peminta Jatah Dapur MBG
-
Gus Yasin 'Sentil' Balik Kubu Mardiono: Aturan AD/ART Sudah Diubah di Muktamar!
-
Cucu Mahfud MD Jadi Korban, Pakar Sebut Keracunan MBG Bukti Kegagalan Sistemik Total
-
Motif Sejoli Tega Buang Bayi di Palmerah, Malu Nikah Siri Tak Direstui
-
PPP Memanas! Kubu Mardiono Klaim Duluan Daftar, Agus Suparmanto Tidak Sah Jadi Ketum?
-
Penganiayaan Jurnalis di Jaktim Berakhir Damai, Pelaku Meminta Maaf dan Tempuh Restorative Justice