"Satgas inilah yang tugasnya melakukan tindakan pencegahan dan penanganan kekerasan di kampus," sebutnya.
Namun, Komnas Perempuan menilai keberadaan Satgas masih menghadapi persoalan serius. Permasalahannya adalah satgas secara struktural kelembagaan berada di bawah Rektor sehingga berpotensi menimbulkan konflik kepentingan.
"Secara struktural Satgas berada di bawah rektor. Jika justru pimpinan kampus yang menjadi terlapor, potensi konflik kepentingan sangat besar. Ini berisiko membuat penanganan kasus tidak berjalan maksimal," tegasnya.
Fenomena Gunung Es
Kata Devi, kasus dugaan pelecehan seksual di UNM hanyalah satu dari sekian banyak peristiwa yang terjadi di lingkungan pendidikan tinggi.
Komnas Perempuan mencatat sepanjang 2021-2024 terdapat 82 laporan kekerasan seksual di perguruan tinggi.
Laporan tersebut datang dari korban, keluarga korban, maupun pendamping. Namun, angka itu diyakini hanya puncak dari fenomena gunung es.
"Rasa takut, relasi kuasa yang timpang, stigma sosial, serta minimnya mekanisme perlindungan sering kali membuat korban memilih untuk diam," katanya.
Bentuk kekerasan seksual yang paling sering dilaporkan di kampus antara lain pelecehan verbal berupa ucapan atau candaan bernada seksual, pelecehan fisik melalui sentuhan tanpa persetujuan.
Baca Juga: Mahasiswa Protes Keras Usai Skripsi Dibuang Dosen, Video Ngamuk-Ngamuk Viral
Hingga pelecehan berbasis digital, seperti penyebaran konten intim tanpa izin atau pesan bernuansa seksual.
"Selain itu, terdapat pula laporan pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan pihak dengan posisi atau kekuasaan lebih tinggi, seperti dosen atau senior organisasi kemahasiswaan," tegas Devi.
Komnas Perempuan menilai, kasus yang menyeret nama Rektor UNM harus menjadi momentum bagi perguruan tinggi untuk melakukan introspeksi mendalam.
Relasi kuasa yang timpang antara pimpinan dan dosen, atau antara dosen dan mahasiswa, dinilai sebagai akar masalah yang harus segera dibongkar.
"Karena jika yang dibangun adalah relasi yang egaliter sesama rekan kerja, tentunya pelecehan tidak akan terjadi. Tetapi selama relasi kuasa yang timpang ini dibiarkan, kampus akan terus menjadi ruang berisiko bagi perempuan," ucapnya.
Polisi Periksa Dosen dan Rektor
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- 7 Rekomendasi Parfum Terbaik untuk Pelari, Semakin Berkeringat Semakin Wangi
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
- 8 Moisturizer Lokal Terbaik untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Solusi Flek Hitam
- 15 Kode Redeem FC Mobile Aktif 10 Oktober 2025: Segera Dapatkan Golden Goals & Asian Qualifier!
Pilihan
-
Tekstil RI Suram, Pengusaha Minta Tolong ke Menkeu Purbaya
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
Terkini
-
Fakta Baru Kematian Siswa SMP Grobogan: Di-bully Lalu Diadu Duel, Tulang Tengkuk Patah
-
Awas Kejebak Macet! Proyek Galian Tutup Jalan Arjuna Selatan, Mobil Dialihkan ke Jalur Lain
-
BGN Latih 10 Ribu Petugas SPPG untuk Tekan Risiko KLB Keracunan Makanan
-
Istana Kaji Usulan DPR Naikkan Status Bulog jadi Kementerian
-
Diungkap KPK, 57,33 Persen Pegawai Lihat Pejabat Menyalahgunakan Anggaran untuk Kepentingan Pribadi
-
Skandal Haji Rp1 Triliun: KPK Garap Anggota DPRD Mojokerto, 400 Travel dan 13 Asosiasi Terseret
-
Beberkan Alasan Prabowo Copot Kepala Bapanas, Istana: Penugasan di Tempat Lain
-
Tewas di Lahan Kosong, Remaja Terapis Sempat Curhat Tertekan Diminta Denda Rp50 Juta!
-
Istana Buka Suara! Prabowo Kaji Serius Usul Bulog Jadi Kementerian, Bapanas Bakal Dilebur?
-
Ribuan Guru Berkumpul di Temu Pendidik Nusantara XII untuk Menjawab Tantangan Pendidikan Iklim