Suara.com - Nepal dilanda gelombang protes paling brutal dalam beberapa dekade terakhir, sebuah gerakan massa yang didominasi oleh Generasi Z (Gen Z) yang berhasil memaksa Perdana Menteri KP Sharma Oli mengundurkan diri.
Kantor Perdana Menteri menyatakan pengunduran diri Oli adalah langkah untuk "membuka jalan bagi solusi konstitusional" setelah demonstrasi yang awalnya damai berubah menjadi lautan kekerasan.
Meski pemicu awalnya adalah larangan media sosial yang kontroversial, amarah kaum muda Nepal ternyata berakar lebih dalam pada kekecewaan terhadap praktik korupsi dan gaya hidup mewah para elite politik yang viral dengan sebutan 'NepoKids'.
Melansir laman BBC Indonesia, Rabu (10/9/2025), berikut adalah hal-hal penting yang perlu Anda ketahui tentang krisis yang mengguncang negara Himalaya itu:
1. Larangan Media Sosial yang Jadi Bumerang
Bagi masyarakat Nepal, media sosial adalah urat nadi kehidupan. Negara ini bahkan memiliki tingkat pengguna medsos per kapita tertinggi di Asia Selatan. Pekan lalu, pemerintah secara mengejutkan melarang 26 platform, termasuk raksasa seperti WhatsApp, Instagram, dan Facebook, dengan alasan gagal mendaftar ke kementerian terkait.
Langkah ini sontak dianggap sebagai upaya membungkam kampanye antikorupsi yang sedang marak. Meski larangan itu akhirnya dicabut pada Senin (08/09) malam, nasi sudah menjadi bubur. Aksi protes telah "meluas dan menjadi pintu masuk bagi para pengunjuk rasa untuk menyalurkan ketidakpuasan yang lebih mendalam terhadap pemerintah."
2. Ledakan Amarah Gen Z: 22 Tewas, Parlemen Dibakar
Apa yang dimulai sebagai protes damai dengan cepat berubah menjadi medan perang. Bentrokan antara demonstran dan polisi di Kathmandu serta kota-kota lain tak terhindarkan. Hingga kini, total korban tewas mencapai setidaknya 22 orang, dengan hampir 200 lainnya terluka.
Aparat keamanan menggunakan segala cara untuk membubarkan massa, mulai dari gas air mata, meriam air, hingga peluru tajam. Namun, kegigihan para pengunjuk rasa tak terbendung. Pada Selasa (09/09), mereka berhasil "membakar gedung Dewan Perwakilan Rakyat, markas besar Partai Kongres Nepal, dan rumah mantan perdana menteri Sher Bahadur Deuba."
Baca Juga: Brutalitas Polisi Nepal Urai Massa Demo, Perempuan Ikut Dihajar saat Berusaha Melerai Temannya
Panglima Angkatan Darat Nepal, Jenderal Ashok Raj Sigdel, menuduh para demonstran telah merusak properti publik dan pribadi. Ia memperingatkan jika kerusuhan berlanjut, "semua lembaga keamanan, termasuk Angkatan Darat Nepal, berkomitmen untuk mengendalikan situasi."
3. Siapa Sebenarnya Para Demonstran?
Berbeda dari gerakan politik sebelumnya, protes kali ini murni digerakkan oleh anak-anak muda melalui media sosial. Mereka bangga menyebut diri sebagai Gen Z, sebuah identitas yang menjadi simbol persatuan.
Tanpa pemimpin tunggal yang jelas, berbagai kelompok pemuda dan mahasiswa dari universitas besar seperti di Kathmandu dan Pokhara menjadi motor penggerak utama, mengorganisir massa secara daring. Video yang beredar bahkan menunjukkan pelajar sekolah ikut turun ke jalan.
4. Akar Masalah: Korupsi dan Tren 'NepoKids'
Tuntutan utama para demonstran ada dua: pencabutan larangan media sosial (yang telah dipenuhi) dan penghentian "praktik korupsi". Isu korupsi ini menjadi semakin personal dengan viralnya tren #NepoBaby dan #NepoKids di media sosial.
Berita Terkait
-
Brutalitas Polisi Nepal Urai Massa Demo, Perempuan Ikut Dihajar saat Berusaha Melerai Temannya
-
Video Massa Demo Diduga Geruduk Rumah Presiden Nepal, Foto Wajahnya Langsung Dilempar ke Lantai
-
Protes Gen Z di Nepal: Refleksi Kritis tentang Empati dan Keadilan Sosial
-
Pusat Pemerintahan Nepal Resmi Kosong Usai Presiden dan Perdana Menteri Mundur
-
Tragis! Detik-detik Menkeu Nepal Ditelanjangi, Dipukuli, Dikejar Pendemo Sampai Masuk Sungai
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Perkuat Ekosistem Bisnis, BNI dan Anak Usaha Dorong Daya Saing UMKM di wondr JRF Expo
-
Dosen Merapat! Kemenag-LPDP Guyur Dana Riset Rp 2 Miliar, Ini Caranya
-
Lewat Bank Sampah, Warga Kini Terbiasa Daur Ulang Sampah di Sungai Cisadane
-
Tragis! Lexus Ringsek Tertimpa Pohon Tumbang di Pondok Indah, Pengemudi Tewas
-
Atap Arena Padel di Meruya Roboh Saat Final Kompetisi, Yura Yunita Pulang Lebih Awal
-
Hadiri Konferensi Damai di Vatikan, Menag Soroti Warisan Kemanusiaan Paus Fransiskus
-
Nyaris Jadi Korban! Nenek 66 Tahun Ceritakan Kengerian Saat Atap Arena Padel Ambruk di Depan Mata
-
PLN Hadirkan Terang di Klaten, Wujudkan Harapan Baru Warga di HLN ke-80
-
Geger KTT ASEAN: Prabowo Dipanggil Jokowi, TV Pemerintah Malaysia Langsung Minta Maaf
-
88 Tas Mewah Sandra Dewi Cuma Akal-akalan Harvey Moeis, Bukan Endorsement?