- Penyebab pasti kematian siswi SMK berinisial BR tetap menjadi misteri karena pihak keluarga menolak untuk melakukan autopsi
- Terjadi perbedaan pendapat tajam antara pemerintah dan pakar kesehatan
- Pakar kesehatan menegaskan bahwa gejala keracunan makanan dapat muncul beberapa hari setelah konsumsi
Suara.com - Kematian misterius seorang siswi SMK Negeri 1 Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, berinisial BR (17), memicu perdebatan sengit antara otoritas pemerintah dan pakar kesehatan. Otoritas resmi menyangkal kematiannya terkait insiden keracunan massal program Makanan Bergizi Gratis (MBG), namun para ahli menganggap kesimpulan tersebut "gegabah" dan tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat.
Melansir laman BBC Indonesia, Selasa (7/10/2025), BR mengembuskan napas terakhirnya pada Selasa (30/09), hampir sepekan setelah ia turut mengonsumsi paket MBG yang menyebabkan 167 temannya di sekolah keracunan. Pihak sekolah mengonfirmasi BR memakan menu hari itu yakni telur, pecel, dan kentang rebus. Namun namanya tidak masuk dalam daftar siswa yang dilaporkan mengalami gejala keracunan pada Rabu (24/09).
"Kalau berdasarkan pengakuan dari teman-temannya beliau (BR) itu mengonsumsi (MBG)," ungkap Wali Kelas BR, Imron Komarudin, Jumat (03/10).
Keluarga bahkan menyebut BR menyantap hingga dua porsi. Anehnya, ia tampak sehat selama berhari-hari. "[BR] bilang ke uwanya yang perempuan, 'Wa, orang lain mah pada keracunan, BR mah kuat sampai habis dua porsi'," ujar paman BR, Nanang Suryana.
Namun, drama dimulai pada Senin (29/09), lima hari setelah mengonsumsi MBG. BR mengeluh sakit kepala hebat. Kondisinya memburuk drastis pada Selasa (30/09) dini hari, di mana ia mulai muntah-muntah. Siang harinya, sang adik menemukannya dalam kondisi "seolah-olah kejang" dan tidak merespons.
Nahas, nyawanya tak tertolong. Pihak RSUD Cililin menyatakan BR sudah dalam kondisi Dead on Arrival (DoA) atau meninggal dalam perjalanan.
"Pasien datang kondisinya sudah pucat, kemudian kebiruan, gerakan napasnya sudah tidak ada," jelas Kepala Pelayanan IGD RSUD Cililin, dr. Dwi Puspitasari Anggita.
Tanpa autopsi, penyebab pasti kematiannya tidak dapat dipastikan.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, dengan cepat menepis kaitan kematian BR dengan program MBG. Dasarnya, gejala yang dialami BR muncul lebih dari 2x24 jam setelah mengonsumsi makanan tersebut.
Baca Juga: Sudah Ada 10 Lokasi Keracunan MBG di Jakarta, Sebagian Besar Disebabkan karena Ini
Sikap inilah yang dikritik keras oleh para pakar. Epidemiolog Universitas Indonesia, Pandu Riono, menegaskan bahwa kemungkinan keracunan tidak bisa disingkirkan begitu saja.
"Jangan menyatakan bukan karena [keracunan] MBG. Itu kan ketakutan semuanya... Kemungkinan kematian yang disebabkan oleh keracunan [MBG] tidak bisa disingkirkan," ujarnya.
Menurut Pandu, menyimpulkan tanpa investigasi mendalam adalah tindakan gegabah.
Pendapat ini didukung oleh pakar kesehatan masyarakat, Profesor Tjandra Yoga Aditama. Merujuk data CDC Amerika Serikat, ia menjelaskan bahwa masa inkubasi racun makanan sangat bervariasi. Bakteri seperti Salmonella bisa menunjukkan gejala hingga enam hari, Cyclospora hingga satu minggu, dan Listeria bahkan sampai dua minggu setelah dikonsumsi.
Di tengah simpang siur ini, keluarga menolak tawaran autopsi untuk memastikan penyebab kematian BR. Pihak keluarga meyakini BR meninggal karena penyakit lambung yang dideritanya dan kelalaian karena terlambat dibawa ke rumah sakit.
"Ini tetap kelalaian. BR memang telat penanganan," papar Nanang Suryana, sang paman.
Berita Terkait
-
Marak Kasus Keracunan, MBG Tetap Berlanjut, Janji Fokus Sempurnakan Perpres Tata Kelola
-
Kecam MBG Jadi 'Racun', Rocky Gerung Desak Pemerintah Lakukan Evaluasi
-
Purbaya Kukuh soal Peringatan Luhut, Tetap Potong Anggaran MBG Jika Tak Terserap
-
Sudah Ada 10 Lokasi Keracunan MBG di Jakarta, Sebagian Besar Disebabkan karena Ini
-
Drama Anggaran MBG: Tarik Ulur Purbaya dan Luhut
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Daftar Harga HP Xiaomi Terbaru Oktober 2025: Flagship Mewah hingga Murah Meriah
-
Kepala Daerah 'Gruduk' Kantor Menkeu Purbaya, Katanya Mau Protes
-
Silsilah Bodong Pemain Naturalisasi Malaysia Dibongkar FIFA! Ini Daftar Lengkapnya
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
Terkini
-
5 Fakta Heboh Kasus Video Panas Hilda Pricillya dan Pratu Risal yang Guncang Media Sosial
-
Refleksi MUI Soal Masa Depan Air di Jakarta: Tak Hanya Menghidupi, Tapi Juga Mempersatukan
-
Rocky Gerung Curiga Motif Jokowi Temui Prabowo karena Gelisah, Berkaitan Nasib Gibran dan Bobby?
-
Saat Prabowo Ungkap Kerugian Rp300 Triliun, Bahlil Terciduk 'Colek Mesra' Menteri Rosan: Ada Apa?
-
Lewat JAKI Sepi, Warga Jakarta Pilih Curhat Langsung ke Instagram Pramono - Rano
-
Jadi Tersangka Korupsi PLTU Kalbar, Kenapa Adik Jusuf Kalla hingga Eks Direktur PLN Tidak Ditahan?
-
Meteor Sebesar Apartemen Guncang Cirebon, BRIN: Jika Jatuh di Darat Kawahnya 5 Meter
-
Operasi SAR Ponpes Al Khoziny Selesai, 61 Jenazah dan 7 Potongan Tubuh Ditemukan dari Reruntuhan
-
Takdir atau Kelalaian? Polisi akan Usut Ambruknya Musala Al Khoziny yang Renggut 63 Nyawa Santri
-
Bobby Nasution Tamatan Apa? Ditegur Kemendagri karena Inflasi Sumut