Suara.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta terus memperkuat tata kelola pemantauan kualitas udara dengan pendekatan berbasis data dan kolaborasi lintas sektor. Saat ini, Jakarta menjadi kota dengan jaringan pemantauan kualitas udara terluas dan paling terintegrasi di Indonesia, dengan 111 Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) aktif yang tersebar di seluruh wilayah ibu kota.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Asep Kuswanto, menjelaskan bahwa sistem tersebut merupakan kombinasi antara stasiun referensi dan sensor berbiaya rendah (Low-Cost Sensor/LCS) yang dipasang di berbagai titik strategis.
“Melalui sistem terintegrasi ini, kami bisa memantau kondisi udara secara real-time dan mengambil langkah mitigasi lebih cepat untuk melindungi kesehatan warga,” ujar Asep dalam keterangannya, Senin (27/10/2025).
Jaringan pemantauan ini merupakan hasil kolaborasi antara DLH DKI Jakarta dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), organisasi masyarakat sipil, perguruan tinggi, serta mitra dari sektor swasta.
Menurut Asep, kerja sama ini menunjukkan pentingnya sinergi lintas pihak dalam menjaga kualitas udara perkotaan. Seluruh data dari SPKU terhubung ke portal publik udara.jakarta.go.id yang menampilkan kondisi udara terkini berdasarkan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU).
Melalui portal tersebut, masyarakat dapat melihat data harian kualitas udara, peta sebaran sensor, hingga rekomendasi aktivitas bagi kelompok umum maupun sensitif. “Jakarta membuktikan bahwa tata kelola data yang terbuka dan terintegrasi tidak hanya memperkuat kebijakan berbasis bukti, tetapi juga mendorong partisipasi warga untuk hidup lebih sehat dan berkelanjutan,” tambahnya.
Selain itu, Jakarta juga tengah menyiapkan Early Warning System (EWS) atau sistem peringatan dini untuk polusi udara, sebagai langkah antisipatif terhadap potensi peningkatan pencemaran.
“Melalui sistem peringatan dini ini, warga bisa mendapatkan informasi kualitas udara hingga tiga hari ke depan, lengkap dengan rekomendasi langkah mitigasi seperti memakai masker atau mengurangi aktivitas di luar ruangan,” jelas Asep.
Upaya penguatan sistem pemantauan turut diperluas melalui forum lintas daerah bersama pemerintah Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek). Forum ini membahas peningkatan kemampuan teknis pemantauan udara agar data antarwilayah saling melengkapi dan memberikan gambaran kondisi udara Jabodetabek secara menyeluruh.
Baca Juga: Dana Transfer Dipangkas Rp 15 Triliun, APBD DKI 2026 Anjlok dan Gubernur Perintahkan Efisiensi Total
Direktur Clean Air Asia Indonesia, Ririn Radiawati Kusuma, menyebut Jakarta berpotensi menjadi pionir nasional dalam sistem pemantauan udara dengan memberikan dukungan teknis maupun hibah alat ke daerah sekitar.
“Dengan berbagi praktik baik seperti ini, kita bisa membangun sistem pemantauan yang saling terhubung. Karena udara bersih adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya satu daerah,” ujar Ririn.
Dukungan serupa datang dari Ketua Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB, Ana Turyati, yang menilai perluasan jaringan pemantauan di Jakarta menjadi contoh penting bagi kota-kota lain di Indonesia.
“Pemantauan kualitas udara yang baik memastikan data yang dihasilkan akurat, dapat dipertanggungjawabkan, dan berguna bagi kebijakan publik,” kata Ana.
Ia menekankan bahwa data yang valid membantu pemerintah mengevaluasi efektivitas kebijakan sekaligus memberikan peringatan dini kepada masyarakat.
Sementara itu, Direktur Perlindungan dan Pengelolaan Mutu Udara KLHK, Edward Nixon Pakpahan, menegaskan pentingnya keandalan data pemantauan sebagai dasar pengambilan keputusan.
Berita Terkait
-
Harga Serba Naik, Tarif Transjakarta Ikut Naik? Ini Alasan Pemprov DKI!
-
RDF Plant Rorotan, Solusi Pengelolaan Sampah Ramah Lingkungan
-
Rp14,6 Triliun APBD DKI 'Tidur' di Bank, Anggota DPRD Curiga: Ada Apa?
-
Pramono Anung Akui Relokasi Pedagang Pasar Barito Tak Berjalan Mulus: Tak Mungkin Semua Senang
-
Pramono Kembangkan Blok M Hub, Pengamat Sebut Bisa Jadi Orchard Road Versi Jakarta
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 7 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Alpha Arbutin untuk Hilangkan Flek Hitam di Usia 40 Tahun
- 7 Pilihan Parfum HMNS Terbaik yang Wanginya Meninggalkan Jejak dan Awet
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
Terkini
-
'Spill' Blueprint Gen Z Ideal Versi Megawati: Cerdas, Melek Politik, dan Merawat Bumi
-
Respons Kejagung Usai Sandra Dewi Cabut Gugatan Keberatan Perampasan Aset
-
Diduga Imbas Tabung Gas Bocor, Wanita Lansia Bos Warung Makan di Penjaringan Tewas Terpanggang
-
Gus Miftah 'Sentil' Soal Kiai Dibully Gara-Gara Es Teh, Publik: Belum Move On?
-
Buron! Kejagung Kejar Riza Chalid, WNA Menyusul di Kasus Korupsi Pertamina
-
Dilema Moral Gelar Pahlawan Soeharto, Bagaimana Nasib Korban HAM Orde Baru?
-
Pria Tewas Terlindas Truk di Pulogadung: Saksi Ungkap Fakta Mengejutkan Soal Utang Kopi
-
Telan Kerugian Rp1,7 Miliar, Kebakaran Gudang Dekorasi Pesta di Jaktim karena Apa?
-
Divonis 4 Tahun dan denda Rp1 Miliar, Nikita Mirzani Keberatan: Ini Belum Berakhir!
-
Bejat! Pemuda Mabuk di Tasikmalaya Tega Cabuli Nenek 85 Tahun yang Tinggal Sendiri