News / Nasional
Sabtu, 01 November 2025 | 14:17 WIB
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. (Foto Dok PDIP)
Baca 10 detik
  • Negara-negara maju menjadi pemilik dan pengendali data, sedangkan negara berkembang hanya menjadi pengguna algoritma yang tidak mereka kuasai.
  • Megawati menyebut tantangan digital ini bukan semata persoalan ekonomi, tetapi persoalan kemanusiaan dan kedaulatan bangsa.
  • Megawati juga mengingatkan bahwa nilai-nilai Pancasila dapat menjadi pedoman etik dunia digital.

Suara.com - Presiden kelima RI yang juga Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri menyampaikan wanti-wanti keras untuk dunia, terlebih soal kolonialisme belum berakhir, hanya berganti wajah.

Hal itu disampaikan Megawati dalam pidato kuncinya di seminar internasional 70 Tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Blitar, Jawa Timur, Sabtu (1/11/2025).

“Jika dulu penjajahan hadir dengan meriam dan kapal perang, maka kini ia datang melalui algoritma dan data,” ujar Megawati.

Ia menegaskan bahwa Artificial Intelligence (AI), big data, dan sistem keuangan digital lintas batas kini telah melahirkan bentuk baru dari imperialisme global.

Negara-negara maju menjadi pemilik dan pengendali data, sedangkan negara berkembang hanya menjadi pengguna algoritma yang tidak mereka kuasai

“Negara-negara maju menjadi pemilik data, sementara negara-negara berkembang menjadi sekadar konsumen algoritma. Manusia direduksi menjadi angka, data menjadi komoditas,” tegasnya.

Megawati menyebut tantangan digital ini bukan semata persoalan ekonomi, tetapi persoalan kemanusiaan dan kedaulatan bangsa.

Ia menilai, tanpa pengendalian terhadap teknologi dan data, kemerdekaan sejati sulit tercapai.

“Dunia membutuhkan a new global ethics—aturan moral global baru—untuk menata kembali kekuasaan dalam ranah teknologi, ekonomi, dan informasi,” seru Megawati.

Baca Juga: Prabowo Panggil Menteri, Nasib Utang Whoosh Rp116 Triliun di Ujung Tanduk?

Megawati menyebut tantangan digital ini bukan semata persoalan ekonomi, tetapi persoalan kemanusiaan dan kedaulatan bangsa.

Menurutnya, tanpa pengendalian terhadap teknologi dan data, kemerdekaan sejati sulit tercapai.

“Kita membutuhkan keberanian moral seperti yang pernah ditunjukkan Bung Karno. Dunia kini memerlukan regulasi baru agar teknologi tidak menjadi alat penindasan bentuk baru,” katanya.

Ia juga mengingatkan bahwa nilai-nilai Pancasila dapat menjadi pedoman etik dunia digital.

Pancasila, menurutnya, adalah falsafah universal yang menyeimbangkan antara dunia material dan spiritual, antara hak individu dan tanggung jawab sosial, antara kedaulatan nasional dan solidaritas antarbangsa.

Megawati menegaskan bahwa kemajuan teknologi harus dibingkai dalam etika kemanusiaan.

Load More