- Sebanyak 1,9 juta KPM dinyatakan tidak lagi layak menerima bansos karena tidak memenuhi kriteria.
- Sistem digital yang sedang disiapkan harus mampu memberi alasan yang jelas dan transparan mengenai seseorang berhak menerima bansos atau tidak.
- Proses verifikasi tak lagi bergantung pada relasi personal maupun penilaian subjektif petugas.
Suara.com - Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) menegaskan bahwa digitalisasi penyaluran bantuan sosial (bansos) menjadi kunci untuk mengatasi bias dan potensi konflik kepentingan di lapangan.
Langkah ini diambil setelah Kemensos dan Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan pemeriksaan langsung (ground check) terhadap lebih dari 10 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
Dari proses itu, sebanyak 1,9 juta KPM dinyatakan tidak lagi layak menerima bansos karena tidak memenuhi kriteria.
Menariknya, masyarakat mulai menunjukkan keberanian untuk mengoreksi data penerima, meski jumlahnya masih kecil.
"Ada 36 ribu lebih, baik menyanggah dirinya sendiri, mau menyanggah orang lain, untuk menyatakan bahwa mereka tidak layak untuk mendapatkan bansos," kata Gus Ipul saat rakornas DTESEN bersama seluruh kepala Dinas Sosial se-Indonesia di Jakarta, Kamis (13/11/2025).
Ia menekankan bahwa digitalisasi penyalutan bansos sebagai upaya untuk mengurangi interaksi antar manusia yang selama ini membuka ruang bias dan konflik kepentingan.
Selain itu juga menghindari potensi pengurangan nominal bansos.
"Ini yang saya titipkan khususnya kepada Kepala Dinas Sosial adalah mengurangi pertemuan orang dengan orang. Karena kalau orang dengan orang itu selalu ada biasnya," kata dia.
Menurutnya, sistem digital yang sedang disiapkan harus mampu memberi alasan yang jelas dan transparan mengenai penyebab seseorang berhak menerima bansos ataupun tidak.
Baca Juga: Mensos Sambut Positif Wacana Mantan Presiden Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional: Ambil yang Baik-Baik!
Dengan begitu, proses verifikasi tak lagi bergantung pada relasi personal maupun penilaian subjektif petugas.
"Intinya begini, dengan digitalisasi ini kita harapkan mengurangi pertemuan orang dengan orang. Enggak mungkin, nggak ketemu orang, tapi dikurangi (jumlah bansos). Kita harapkan nanti sistem yang dibangun ini bisa menjelaskan kenapa seseorang itu terima bansos, kenapa seseorang tidak terima bansos," tuturnya.
Ia menegaskan kembali bahwa digitalisasi bansos tidak dimaksudkan untuk mengurangi jumlah penerima secara sepihak, melainkan memastikan bantuan tepat sasaran tanpa campur tangan yang tak perlu.
Pemerintah saat ini masih mengembangkan Digital Public Infrastructure (DPI) yang mencakup identitas digital, pertukaran data, dan pembayaran digital.
Penyaluran bansos melalui digital itu telah dilakukan uji ciba di Kabupaten Banyuwangi pada September lalu.
Daerah itu dipilih sebagai lokasi uji coba karena dinilai paling siap dalam hal penerapan transformasi digital pemerintah maupun komitmen dalam pelaksanaan program.
Berita Terkait
-
Rp500 T Subsidi Bansos Meleset, Gus Ipul Akui Hampir Separuh Penerima Bantuan Salah Sasaran
-
BLT Kesra Rp900 Ribu November 2025 Belum Cair? Cek Penyebab dan Solusinya
-
Soeharto, Gus Dur, Hingga Marsinah Jadi Calon Pahlawan Nasional, Kapan Diumumkan?
-
Peringati Hari Pahlawan Besok, Mensos Ajak Masyarakat Mengheningkan Cipta Serentak
Terpopuler
- 6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
- 5 Tablet Snapdragon Mulai Rp1 Jutaan, Cocok untuk Pekerja Kantoran
- 7 Rekomendasi Sepatu Jalan Kaki Terbaik Budget Pekerja yang Naik Kendaraan Umum
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
- Besok Bakal Hoki! Ini 6 Shio yang Dapat Keberuntungan pada 13 November 2025
Pilihan
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
-
SoftBank Sutradara Merger Dua Musuh Bebuyutan GoTo dan Grab
-
Pertamina Bentuk Satgas Nataru Demi Pastikan Ketersediaan dan Pelayanan BBM
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
Terkini
-
Gagasan Green Democracy Ketua DPD RI Jadi Perhatian Delegasi Negara Asing di COP30 Brasil
-
Terbongkar! Prostitusi Online WNA Uzbekistan di Jakbar, Pasang Tarif Fantastis Rp15 Juta
-
Rp500 T Subsidi Bansos Meleset, Gus Ipul Akui Hampir Separuh Penerima Bantuan Salah Sasaran
-
Dua Sahabat Satu Mobil Menuju Istana, Hormat Prabowo Bikin Senyum Raja Abdullah II
-
Wamendagri Ribka Haluk Sebutkan TPID Bali Miliki Peran Strategis Dalam Mendukung Program Nasional
-
Dipolisikan ARAH, Ribka Tjiptaning Berani Adu Data: Banyak Korban Kejahatan Soeharto Siap Bersaksi
-
Konsolidasi PPP: Mardiono dan Din Syamsuddin Bahas Kebangkitan Politik Islam untuk Persiapan 2029
-
Soal Pemberian Gelar Pahlawan Soeharto, Waketum Golkar Tak Mau Ada Polemik Berkepanjangan
-
Dinkes DKI Sebut Tak Ada Rumah Sakit Tolak Rawat Pasien Baduy, Hanya Diminta...
-
Politisi PDIP Dukung Pihak yang Gugat Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto, Bakal Ikut?