- Banyak penumpang KRL menginap di Stasiun Cikarang karena terlambat kereta terakhir, menjadikan stasiun ruang singgah darurat.
- KAI Commuter perlu menghentikan operasi 3-4 jam untuk perawatan prasarana dan armada demi menjaga keselamatan operasional.
- Pengamat menyarankan penyediaan ruang istirahat layak di stasiun sebagai solusi manusiawi bagi penumpang yang tertinggal.
Suara.com - Angin malam yang menusuk tulang tak pernah benar-benar menyurutkan niat para penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line untuk bertahan di Stasiun Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Menjelang tengah malam, pemandangan pilu namun lazim tersaji di sana. Deretan tubuh berbalut jaket, tas ransel yang dijadikan bantal, hingga alas kardus seadanya memenuhi sudut-sudut peron.
Sebagian tertidur pulas karena lelah, sebagian lagi hanya memejamkan mata sembari menunggu waktu bergulir menuju pagi.
Fenomena "menginap" di stasiun ini bukan cerita baru. Rekaman video dan foto para pejuang nafkah yang terlelap di lantai dingin Stasiun Cikarang kerap viral di media sosial, memancing simpati sekaligus pertanyaan publik.
Di kota industri yang tak pernah berhenti berdenyut ini, banyak pekerja baru tiba di stasiun saat larut malam—terlalu lambat mengejar kereta terakhir, namun terlalu cepat untuk menunggu kereta pertama.
Alhasil, stasiun beralih fungsi: dari simpul mobilitas menjadi ruang singgah darurat.
Ketika Mobilitas Tidak Tidur, tetapi Kereta Harus Istirahat
Pukul 01.15 dini hari adalah batas akhir denyut nadi KRL. Saat pengumuman kereta terakhir bergema, rel memasuki fase sunyi. Namun, bagi petugas pemeliharaan, ini justru awal dari kesibukan.
Di balik ketidaknyamanan penumpang yang terpaksa menginap, terselip realitas teknis yang tak bisa ditawar.
Baca Juga: Masih Pikir-pikir Operasional KRL 24 Jam, Dirut KAI: Ini Tidak Simpel!
Manajer Humas KAI Commuter, Leza Arlan, menegaskan bahwa armada kereta dan infrastrukturnya memiliki batas fisik.
“Sarana dan prasarana kereta api tetap perlu perawatan, rel, listrik aliran atas, stasiun, hingga jaringan e-ticketing. Kami hanya memiliki waktu perawatan diantara jam keberangkatan awal dan kedatangan terakhir perjalanan kereta,” ungkap Leza.
Operasional KRL saat ini nyaris tanpa henti, dimulai pukul 03.50 WIB hingga pukul 01.15 WIB. Praktis, waktu efektif untuk merawat "kesehatan" kereta hanya tersisa sekitar 3-4 jam per hari.
Kereta mungkin bisa dipaksa terus berjalan, tetapi sistem keselamatan dan infrastruktur pendukungnya harus "tidur".
"Dengan demikian kami tentunya akan terus meningkatkan layanan sehingga perjalanan commuter line aman dan nyaman," tambahnya.
KRL 24 Jam: Solusi atau Masalah Baru?
Berita Terkait
-
Pakar UGM: Drama Tumbler Viral Jadi Cerminan Lemahnya Prosedur Layanan Publik
-
Kronologi Lengkap Petugas KAI Diduga Dipecat Gara-Gara Tumbler Penumpang Hilang
-
Huru-hara Tumbler Tuku Hilang, Begini Aturan Bawaan di KRL dan Prosedur Jika Barang Tertinggal
-
Viral Petugas Dipecat Gara-gara Tumbler Penumpang, Ini Klarifikasi KAI Commuter
-
Berapa Harga Tumbler Tuku? Viral Milik Penumpang KRL Hilang, Diduga Bikin Petugas KAI Dipecat
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- Innalillahi, Aktor Epy Kusnandar Meninggal Dunia
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
Pilihan
-
Drama Sidang Haji Alim: Datang dengan Ambulans & Oksigen, Ratusan Pendukung Padati Pengadilan
-
KLH Sebut Tambang Milik Astra International Perparah Banjir Sumatera, Akan Ditindak
-
5 HP Memori 512 GB Paling Murah Desember 2025: Ideal untuk Gamer dan Content Creator Pemula
-
Roblox Ditunjuk Jadi Pemungut PPN Baru, Penerimaan Pajak Digital Tembus Rp43,75 T
-
Bank Indonesia Ambil Kendali Awasi Pasar Uang dan Valuta Asing, Ini Fungsinya
Terkini
-
Pemerintah Beri Relaksasi Pelunasan Biaya Haji untuk Calon Jemaah di Tiga Provinsi
-
Korban Tembus 770 Jiwa, Muzani Beberkan 'Kalkulasi' Pemerintah Soal Status Bencana Nasional
-
Mendagri Tito Minta Daerah Bersolidaritas untuk Bencana Sumatra: Waktunya Kepala Daerah Saling Bantu
-
Jakarta di Bawah Tekanan Cuaca Ekstrem: Seberapa Siap Kita?
-
Ironi Pahit: Rumah Sendiri Jadi Lokasi Paling Sering Terjadinya Kekerasan Seksual pada Perempuan
-
Neraka Itu di Kediaman Sendiri, Mengapa Rumah Jadi Tempat Paling Berbahaya Bagi Anak di Jakarta?
-
Buntut Bencana Sumatra, Menhut Raja Juli Bidik 12 Perusahaan di Sumut yang Terindikasi Melanggar
-
Bukan Dimutilasi, Polisi Beberkan Mengapa Kerangka Bocah Alvaro Berceceran di Tenjo
-
Viral Tanggul Muara Baru Bocor, Pramono Anung: Tanggung Jawab Pelindo, Tapi Kami Bantu Tambal
-
DPR Desak Menhut Raja Juli Mundur Jika Tak Sanggup Atasi Banjir Sumatra