- Timothy Ravis dari Cornell University mengapresiasi peran Gereja Katolik Flores konsisten membela masyarakat adat isu panas bumi.
- Gereja Katolik Flores menolak proyek geothermal melalui Surat Gembala Prapaskah Maret 2025 karena isu lingkungan dan air.
- Boni Hargens menyebut "bosisme lokal" sebagai akar masalah pembangunan di Manggarai yang dikendalikan elit demi kepentingan pribadi.
Suara.com - Peran Gereja Katolik di Flores, khususnya di Manggarai Raya, dalam menyuarakan kepentingan publik kembali mendapat sorotan tajam.
Ahli Pembangunan dari universitas ternama Amerika Serikat, Cornell University, Timothy Ravis, secara terbuka mengapresiasi sikap Gereja yang dinilainya konsisten menjadi garda terdepan dalam membela masyarakat adat, terutama dalam polemik panas bumi (geothermal) yang terus memanas.
Menurut Timothy, yang telah lama melakukan riset pembangunan di Manggarai, Gereja telah menjelma menjadi salah satu aktor kunci yang tidak hanya mengawal, tetapi juga berani menentang kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak pada rakyat kecil. Sikap ini menjadi penyeimbang krusial di tengah kompleksitas pembangunan daerah.
"Saya juga benar-benar kagum dengan pengaruh Gereja. Dan bagaimana banyak orang dalam Gereja itu bicara untuk kepentingan masyarakat dalam konteks konfrontasi pembangunan, membantu, mendukung masyarakat dalam cara-cara yang mereka bisa," ujar Timothy.
Pernyataan lugas itu ia sampaikan saat menjadi pembicara utama dalam diskusi publik bertajuk 'Mengevaluasi Logika Pembangunan di Manggarai: Tradisi Lokal Vs Politik Korup' di Hotel Aryaduta Semanggi, Jakarta, pada Sabtu (6/12/2025).
Acara yang dihelat oleh Teras Literasi Nusa Tenggara Timur itu juga menghadirkan narasumber kompeten lainnya, seperti Analis Politik Senior Boni Hargens, Peneliti Senior Formappi Lucius Karus, dan Direktur Eksekutif KPPOD Herman Suparman.
Timothy menunjuk sikap tegas Gereja Katolik di Flores terkait proyek geothermal sebagai bukti nyata keberpihakan tersebut. Ia merujuk pada surat gembala prapaskah yang dikeluarkan oleh para uskup se-Flores pada Maret 2025.
Surat itu, kata dia, secara eksplisit menyerukan pertobatan ekologis dan menolak proyek geothermal karena dinilai tidak selaras dengan konteks geografis Flores yang kaya akan gunung, bukit, dan memiliki sumber air terbatas.
Proyek raksasa itu dikhawatirkan dapat memicu dampak destruktif pada sektor pertanian, ketersediaan air bersih, dan tatanan kehidupan sosial masyarakat.
Baca Juga: IESR: Data Center dan AI Harus Didukung Listrik Bersih, Geothermal Jadi Pilihan
"Kita tahu bahwa tahun ini gereja telah mengambil posisi yang jelas mengenai geotermal. Itu ada Surat Gembala Pra-Paskah 2025. Menurut saya, tokoh-tokoh Gereja Katolik sangat jelas dalam persepektif mereka, dalam upaya mereka menyokong dan membantu warga lokal yang merasa dirugikan pembangunan geothermal," jelas Timothy.
Meski begitu, ia juga memaparkan realitas di lapangan yang tidak hitam-putih. Timothy memahami bahwa di setiap rencana pembangunan, selalu ada pro dan kontra.
Bahkan di dalam komunitas adat yang terdampak langsung, terjadi polarisasi antara kelompok yang mendukung dan yang menolak proyek panas bumi, masing-masing dengan argumentasinya sendiri.
"Ketika Anda pergi ke kampung lokasi geotermal, seperti Wae Sano, Wewo, Poco Leok, ada orang-orang yang pro, dan ada orang-orang yang kontra. Di beberapa tempat ada yang lebih kontra, di beberapa tempat ada yang lebih pro. Saya mengerti mengapa orang-orang menolak, dan saya mengerti mengapa orang-orang mendukung geotermal. Dan saya pikir kedua-duanya sangat berani dalam usaha mereka untuk melakukan hal yang menurut mereka benar," beber Timothy.
Akar Masalah: Cengkeraman Bosisme Lokal
Dalam kesempatan yang sama, Analis Politik Senior Boni Hargens menyoroti akar masalah yang lebih dalam, yakni fenomena "bosisme lokal" yang menurutnya menjadi biang kerok carut-marutnya pembangunan di Manggarai Raya.
Berita Terkait
-
Perayaan Natal Tiberias 2025
-
Bukan Sekadar Gereja: Inilah 'Rumah Bunda' di Lereng Gunung Wilis yang Menawarkan Kedamaian Batin
-
Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Mengundurkan Diri
-
IESR: Data Center dan AI Harus Didukung Listrik Bersih, Geothermal Jadi Pilihan
-
Pembangunan LRT Jakarta Fase 1B Tembus 80 Persen, Siap Beroperasi Agustus 2026
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Rp80 Jutaan: Dari Si Paling Awet Sampai yang Paling Nyaman
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
- Timur Kapadze Tolak Timnas Indonesia karena Komposisi Pemain
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 19 Kode Redeem FC Mobile 5 Desember 2025: Klaim Matthus 115 dan 1.000 Rank Up Gratis
Pilihan
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
Terkini
-
Prabowo Berangkat Menuju Aceh Pagi Ini: Kita Buktikan Reaksi Pemerintah Cepat
-
Ustaz Adi Hidayat: Elit Politik Stop Atraksi, Mohon Perhatian Tulus untuk Korban Bencana
-
Komunitas Disabilitas Galang Donasi Rp 200 Juta untuk Korban Banjir dan Longsor di Sumatra
-
Pramono Anung Dorong Event Lari Jadi Cara Baru Menjelajahi Jakarta
-
Pemerintah Tolak Bantuan Asing, Gubernur Aceh Khawatir Korban Bencana Meninggal Kelaparan
-
Update Korban Bencana Sumatera: 916 Meninggal Dunia, Ratusan Orang Hilang
-
Kemendagri Angkat Bicara Tanggapi Bupati Aceh Selatan Bepergian ke Luar Negeri di Tengah Bencana
-
Jalan Lintas Pidie Jaya - Bireuen Aceh Kembali Lumpuh Diterjang Banjir Minggu Dini Hari
-
Feminist Jakarta Serukan Negara Tanggung Jawab Atas Femisida dan Kerusakan Lingkungan
-
Bahlil dan Raja Juli Serang Balik Cak Imin Usai Suruh Taubat 3 Menteri, Pengamat: Dia Ngajak Perang!