- Danantara mengakuisisi hotel tiga tower di Makkah seharga $500 juta untuk membangun kampung Indonesia bagi jemaah haji.
- Proyek ini mencakup pembangunan 13 tower dan pusat perbelanjaan dengan anggaran $700-800 juta mulai Q4 2026.
- Pemerintah juga mengincar lahan 80 hektare dekat Masjidil Haram melalui proses *bidding* untuk pengembangan lebih lanjut.
"Ya kan kita ada InJourney, nanti kita ada InJourney yang akan mengoperasikan sama-sama hotel ini," kata Rosan.
Incar Lahan Baru
Kekinian, Danantara tengah mengincar lahan lain yang juga berjarak 2,5 km dari Masjidil Haram.
Pemerintah Indonesia mengincar lahan kosong melalui proses lelang atau bidding. Dari 8 plot yang ditawarkan, Indonesua memilih plot 6 dengan luas lahan sekitar 80 hektare dengan estimasi harga berkisar 750 juta AS.
"Ingin saya sampaikan kalau di sana biddingnya bukan bidding harga. Harga sudah ditetapkan. Proses biddingnya adalah melalui rencana, gambar, kemudian mengikuti peraturan dan lain-lain. Dan kita 2 besar, alhamdulillah," kata Rosan.
"Dan rencananya akan diumumkan kepada langsung. Itu rencananya mungkin akhir bulan ini atau Januari. Jadi hal ini adalah saya sudah laporkan kepada bapak presiden," sambungnya.
Rosan berharap Indonesia melalui Danantara bisa membeli lahan yang sudah menjadi incaran tersebut.
Menurutnya bila pembangunan kampung haji di dua lokasi itu rampung seluruh jemaah haji asal Indonesja bisa terlayani.
"Mempunyai tempat yang sangat baik, yang sangat layak, sangat dekat dibandingkan dengan keadaan sekarang. Dan tentunya ini akan menambah insyaallah kekhusyukan mereka pada saat melakukan umrah dan haji," kata Rosan.
Baca Juga: Jadi Buat Kampung Haji, Danantara Beli Hotel di Makkah
Lebih jauh, Rosan mengatakan lahan yang diincar dan dalam proses lelang tersebut tidak sepenuhnya lahan kosong. Nantinya seluruh proses akan diselesaikan pihak Arab.
"Karena memang kan, walaupun pasir, tapi kan masih ada penduduknya juga di situ, yang kadang-kadang kita mesti, yang menjadi tanggung jawab mereka, yang akan harus di-clearance. Masih ada, kemudian juga kontur tanahnya masih ada berbatuan yang harus juga di-cutting. Nah, jadi hal-hal itu yang memang membuat prosesnya agak lama, karena memang masih ada penduduknya," kata dia.
"Masih ada penduduk dan pemiliknya yang lain. Tetapi untuk negosiasi dengan mereka adalah bukan kita, tapi dari Royal Commission of Makkah yang akan menegosiasi langsung," sambungnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
-
Resmi Melantai di Bursa, Saham Superbank Melambung Tinggi
Terkini
-
Drone Misterius, Serdadu Diserang: Apa yang Terjadi di Area Tambang Emas Ketapang?
-
Banyak Terjebak Praktik Ilegal, KemenPPPA: Korban Kekerasan Seksual Sulit Akses Aborsi Aman
-
Sejarah Baru, Iin Mutmainnah Dilantik Jadi Wali Kota Perempuan Pertama di Jakarta Sejak 2008
-
Yusril Beri 33 Rekomendasi ke 14 Kementerian dan Lembaga, Fokus Tata Kelola Hukum hingga HAM Berat
-
Cerita Polisi Bongkar Kedok Klinik Aborsi di Apartemen Basura Jaktim, Janin Dibuang di Wastafel
-
Telepon Terakhir Anak 9 Tahun: Apa Pemicu Pembunuhan Sadis di Rumah Mewah Cilegon?
-
Pramono Sebut UMP Jakarta 2026 Naik, Janji Jadi Juri Adil Bagi Buruh dan Pengusaha
-
Polda Metro Bongkar Bisnis Aborsi Ilegal Modus Klinik Online: Layani 361 Pasien, Omzet Rp2,6 Miliar
-
Beda dengan SBY saat Tsunami Aceh, Butuh Nyali Besar Presiden Tetapkan Status Bencana Nasional
-
Kronologi Pembunuhan Bocah 9 Tahun di Cilegon, Telepon Panik Jadi Awal Tragedi Maut