- KPK menangkap Bupati Bekasi nonaktif Ade Kuswara Kunang bersama ayahnya, HM Kunang, pada 18 Desember 2025 terkait suap proyek.
- Kasus ini memperlihatkan bahaya dinasti politik dan perlunya reformasi total tata kelola pengadaan serta pengawasan di pemerintah daerah.
- The Indonesian Institute menyoroti kasus ini sebagai puncak gunung es korupsi yang menuntut transparansi dan perbaikan sistem perekrutan partai politik.
Suara.com - Praktik lancung dinasti politik yang berujung pada korupsi kembali terbongkar lewat operasi senyap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Tertangkapnya Bupati Bekasi nonaktif, Ade Kuswara Kunang, bersama ayahnya sendiri, HM Kunang, dalam kasus dugaan suap ijon proyek menjadi alarm paling keras yang menuntut adanya reformasi total di tubuh pemerintah daerah.
Kasus ini bukan sekadar menambah panjang daftar kepala daerah yang terjerat korupsi, tetapi secara telanjang mempertontonkan bagaimana kekuasaan yang terkonsentrasi dalam satu keluarga menjadi sangat rentan disalahgunakan.
Lembaga penelitian kebijakan publik The Indonesian Institute (TII) menegaskan, kasus ini adalah puncak gunung es dari masalah tata kelola pemerintahan yang kronis.
Menurut Manajer Riset dan Program TII, Felia Primaresti, lingkaran setan korupsi di daerah, terutama yang melibatkan suap dan jual-beli proyek, hanya bisa diputus dengan perombakan sistem secara mendasar. Transparansi menjadi kunci yang tidak bisa ditawar lagi.
"Beragam kasus korupsi yang ada menunjukkan bahwa reformasi harus dilakukan pada tata kelola pengadaan, termasuk mekanisme tender dan pemberian persetujuan anggaran agar informasi setiap tahapan bisa diakses publik," ujar Manajer Riset dan Program TII Felia Primaresti dalam keterangan yang dikonfirmasi di Jakarta, sebagaimana dilansir Antara, Selasa (23/12/2025).
Penyakit Kronis Nepotisme dan Pengawasan Lemah
Keterlibatan ayah sang bupati, yang juga menjabat sebagai Kepala Desa, dalam pusaran kasus ini menyoroti betapa berbahayanya nepotisme.
Ketika batas antara hubungan keluarga dan urusan pemerintahan menjadi kabur, potensi penyalahgunaan wewenang terbuka lebar.
Baca Juga: Modus Bupati Bekasi Ade Kuswara Kunang di Kasus 'Ijon' Proyek, Hapus Jejak Digital
Felia menekankan perlunya mekanisme pengawasan berlapis untuk mencegah hal ini.
Selain itu, Felia mengatakan mekanisme pengawasan yang kuat terhadap pemerintah desa dan pemda dibutuhkan untuk mencegah penyalahgunaan jabatan atas nama hubungan keluarga.
Pengawasan ini, menurutnya, tidak bisa lagi hanya mengandalkan aparat internal. Peran aktif masyarakat menjadi sangat vital untuk memastikan setiap rupiah anggaran benar-benar digunakan untuk kepentingan publik.
Menurut dia, upaya tersebut dapat melibatkan partisipasi publik agar pengawasan dapat dilakukan secara menyeluruh dan berbasis bukti.
Bagi Pemerintah Kabupaten Bekasi, kasus ini adalah sebuah tamparan keras sekaligus momentum emas untuk berbenah total. Ini adalah kesempatan untuk membuktikan bahwa birokrasi bisa dibersihkan dari praktik koruptif dan kepentingan kroni.
Dia menyebut kasus tersebut dapat menjadi momentum bagi Pemkab Bekasi untuk memperbaiki kelembagaan tata kelola pemerintahan lokal.
Berita Terkait
-
Drama 2 Jam di Sawah Bekasi: Damkar Duel Sengit Lawan Buaya Lepas, Tali Sampai Putus
-
ICW Tuding KPK Lamban, 2 Laporan Korupsi Kakap Mengendap Tanpa Kabar
-
Diduga Peliharaan Lepas, Damkar Bekasi Evakuasi Buaya Raksasa di Sawah Bantargebang Selama Dua Jam
-
Komisi III DPR Soroti OTT Jaksa, Dorong Penguatan Pengawasan
-
KPK Buka Peluang Periksa Istri Ridwan Kamil dan Aura Kasih di Kasus BJB: Semua Kemungkinan Terbuka
Terpopuler
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
- 7 Sepatu Murah Lokal Buat Jogging Mulai Rp100 Ribuan, Ada Pilihan Dokter Tirta
Pilihan
-
Indosat Gandeng Arsari dan Northstar Bangun FiberCo Independent, Dana Rp14,6 Triliun Dikucurkan!
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
Terkini
-
Menteri Mukhtarudin Terima Jenazah PMI Korban Kebakaran di Hong Kong
-
KPK Ungkap Kepala Dinas Sengaja Hapus Jejak Korupsi Eks Bupati Bekasi
-
Bupati Bekasi di Tengah Pusaran Kasus Suap, Mengapa Harta Kekayaannya Janggal?
-
6 Fakta Tabrakan Bus Kru KRI Soeharso di Medan: 12 Personel Terluka
-
Pesan di Ponsel Dihapus, KPK Telusuri Jejak Komunikasi Bupati Bekasi
-
Rotasi 187 Perwira Tinggi TNI Akhir 2025, Kapuspen Hingga Pangkodau Berganti
-
KPK Geledah Rumah Bupati Bekasi dan Kantor Ayahnya
-
Kejari Bogor Musnahkan 5 Kilogram Keripik Pisang Bercampur Narkotika
-
Pemerintah Tunda Kenaikan Cukai Rokok 2026: Kebijakan Hati-Hati atau Keberpihakan ke Industri?
-
Tren Kenaikan Arus Lalu Lintas di Ruas Regional Nusantara, Tol Jogja-Solo Naik 37 Persen