Suara.com - Harga minyak berakhir sedikit lebih tinggi pada Rabu (Kamis pagi WIB 26/11/2015), setelah laporan persediaan AS menunjukkan peningkatan pasokan minyak bumi, tetapi laporan terpisah menunjukkan lebih sedikit rig AS yang beroperasi.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, naik 17 sen menjadi ditutup di 43,04 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari, bertambah lima sen menjadi menetap di 46,17 dolar AS per barel di perdagangan London.
Data dari Departemen Energi AS menunjukkan bahwa pasokan minyak AS untuk pekan yang berakhir 20 November naik 1,0 juta barel menjadi 488,2 juta barel, di bawah ekspektasi pasar, atau 105,2 juta barel lebih besar dari satu tahun sebelumnya.
Persediaan di Cushing, Oklahoma, titik pengiriman untuk kontrak AS, menambahkan 1,75 juta barel menjadi 58,6 juta barel.
Itu diikuti oleh laporan dari Baker Hughes yang menunjukkan penurunan sembilan rig minyak di AS menjadi 555 rig untuk pekan yang berakhir 25 November.
Bart Melek, kepala analis komoditas di TD Securities, mengatakan laporan persediaan minyak AS adalah "negatif" sejauh menunjukkan kelebihan pasokan memburuk, "tapi tidak super-negatif" dibandingkan dengan ekspektasi.
Melek mengatakan pasar akan tetap skeptis terhadap data Baker Hughes sampai ada bukti besar bahwa jumlah rig yang lebih rendah berakibat dalam pengurangan produksi. Produksi minyak AS turun hanya 17.000 barel per hari pekan lalu, kurang dari 0,2 persen.
"Kami telah melihat produksi minyak tidak merespon secepat apa yang dinyatakan oleh rig minyak," katanya. "Jadi pandangan kami berlanjut akan menguji tingkat terendah dalam beberapa minggu terakhir." Para pedagang sedang menuggu pertemuan OPEC pekan depan di Wina untuk tanda-tanda apakah kartel produsen minyak akan memangkas tingkat produksi mereka yang tinggi.
Tim Evans, analis di Citi Futures, mengatakan telah ada pembicaraan dari beberapa anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang ingin memotong produksi, tetapi bukan dari Arab Saudi dan anggota berpengaruh lainnya, "menyatakan mereka akan bersikeras melanjutkan perjuangan untuk pangsa pasar." (Antara)
Berita Terkait
-
Modal Dedaunan, UMKM Ini Tembus Pasar Eropa dan Rusia dengan Teknik Ecoprint
-
Isu Damai Ukraina Redam Efek Blokade Tanker Venezuela, Begini Dampaknya ke Harga Minyak
-
Trump Berulah! AS Blokade Tanker Venezuela, Harga Minyak Mentah Meroket Tajam
-
Harga Pangan 18 Desember: Beras, Bawang, Cabai, Daging Ayam dan Migor Turun
-
Produsen CPO Genjot Produksi di Tengah Tingginya Konsumsi Domestik
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Babak Baru Industri Kripto, DPR Ungkap Revisi UU P2SK Tegaskan Kewenangan OJK
-
Punya Kekayaan Rp76 M, Ini Pekerjaan Ade Kuswara Sebelum Jabat Bupati Bekasi
-
DPR Sebut Revisi UU P2SK Bisa Lindungi Nasabah Kripto
-
Hotel Amankila Bali Mendadak Viral Usai Diduga Muncul di Epstein Files
-
Ekspansi Agresif PIK2, Ada 'Aksi Strategis' saat PANI Caplok Saham CBDK
-
Tak Ada Jeda Waktu, Pembatasan Truk di Tol Berlaku Non-stop Hingga 4 Januari
-
Akses Terputus, Ribuan Liter BBM Tiba di Takengon Aceh Lewat Udara dan Darat
-
Kepemilikan NPWP Jadi Syarat Mutlak Koperasi Jika Ingin Naik Kelas
-
Kemenkeu Salurkan Rp 268 Miliar ke Korban Bencana Sumatra
-
APVI Ingatkan Risiko Ekonomi dan Produk Ilegal dari Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok