Suara.com - Harga cabai dan bawang merah di sejumlah pasar tradisional di Kota Bogor, Jawa Barat, mengalami kenaikan kebutuhan pokok pekan ini.
"Kenaikan harga bawang karena dipengaruhi cuaca yang tidak menentu di beberapa daerah penghasil bawang, sehingga tidak dapat memenuhi stok kebutuhan di wilayah Kota Bogor," kata Kepala Bidang Perdagangan, Disperindag, Mangahit Sinaga di Bogor, Senin (7/3/2016).
Data harga-harga di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, menyebutkan harga cabai merah besar, cabai merah keriting, dan cabai rawit merah menembus level Rp 40 ribu per kg dari sebelumnya sekitar Rp30 ribu.
Selain itu harga bawang merah juga naik dari biasanya Rp28 ribu per kg kini menjadi Rp30 ribu per kg, demikian pula dengan harga bawang putih mencapai Rp30 ribu per kg.
Sedangkan harga cabai dan bawang, harga daging ayam masih bertahan di harga Rp35 ribu per kg, kenaikan justru terjadi pada ayam kampung dari Rp45 ribu per kg menjadi Rp60 ribu kg. Kenaikan ini disebabkan kebutuhan pakan yang tinggi selama musim penghujan.
Sementara itu untuk harga beras relatif stabil, untuk jenis IR 64 rata-rata dijual Rp8.500 per kg. Penurunan harga beras terjadi setelah diberlakukan operasi pasar secara tertutup selama tiga pekan yang menghabiskan 250 ton beras.
"Harga beras relatif stabil, setelah operasi pasar tertutup kita laksanakan selama tiga pekan di bulan Februari. Harga beras yang tadinya Rp10.500 per kg, kini sudah turun menjadi Rp9.300 per kg," kata Sinaga.
Kenaikan harga cabai dikeluhkan sejumlah masyarakat, yang merasa heran dengan harga yang tidak menentu setiap bulannya. Salah satunya Tuti (32) pedagang warteg di Jalan Menteng.
"Kemarin yang naik harga ayam, telur, sekarang sudah turun. Sekarang yang naik malah harga cabai, bawang. Setiap bulan naik-naik terus," kata Tuti.
Tuti menyebutkan, dalam sehari ia membutuhkan lebih dari dua kilo gram cabai dan bawang untuk kebutuhan wartegnya, mulai dari cabai merah besar, cabai rawit merah dan cabai rawit biasa.
"Kalau sudah mahal begini yang pusing saya, pelanggan dikasih sedikit ngomel, kalau dikasih banyak saya yang keberatan, paling ada yang mengerti jadi tidak banyak protes," katanya.
Menurut ibu satu anak ini, sejak harga kebutuhan pokok tidak menentu, keuntungan yang ia peroleh dari berdagang gorengan dan warteg menjadi berkurang dari biasanya.
"Biasanya dapat 500 ribu itu sudah untuk modal Rp400 ribu, untungnya cuma Rp100 ribu, biasanya bisa dapat Rp150 ribu," kata dia. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 Oktober: Ada 20.000 Gems dan Pemain 110-113
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Kedua 6-12 Oktober 2025
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Pihak Israel Klaim Kantongi Janji Pejabat Kemenpora untuk Datang ke Jakarta
-
Siapa Artem Dolgopyat? Pemimpin Atlet Israel yang Bakal Geruduk Jakarta
-
Seruan Menggetarkan Patrick Kluivert Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V60 Lite 4G vs vivo V60 Lite 5G, Kenali Apa Bedanya!
-
Dana Transfer Dipangkas, Gubernur Sumbar Minta Pusat Ambil Alih Gaji ASN Daerah Rp373 T!
Terkini
-
Pertamina Klaim Masih Negosiasi dengan SPBU Swasta soal Pembelian BBM
-
Bahlil: BBM Wajib Dicampur Etanol 10 Persen
-
Didesak Beli BBM Pertamina, BP-AKR: Yang Terpenting Kualitas
-
BPKH Buka Lowongan Kerja Asisten Manajer, Gajinya Capai Rp 10 Jutaan?
-
Menkeu Purbaya: Jangan Sampai, Saya Kasih Duit Malah Panik!
-
Purbaya Kasih Deadline Serap Anggaran MBG Oktober: Enggak Terpakai Saya Ambil Uangnya
-
BKPM Dorong Danantara Garap Proyek Carbon Capture and Storage
-
Mengenal Kalla Group: Warisan Ayah Jusuf Kalla yang Menjadi Raksasa Bisnis Keluarga dan Nasional
-
Uang Primer Tumbuh 18,6 Persen, Apa Penyebabnya?
-
IHSG Sempat Cetak Rekor Level Tertinggi 8.200, Ternyata Ini Sentimennya