Suara.com - Ketua Umum Serikat Kerakyatan Indonesia ( SAKTI) Standarkiaa Latief mengatakan, Ruu Pengampunan Pajak (tax amnesty) yang saat ini sedang dibahas di DPR membuka ruang kolusi antara pengusaha atau pelaku pengemplang pajak dengan pemangku kebijakan terkait.Sehingga pada akhirnya tax amnesty menjadi sumber korupsi baru, dalam sistem kekuasaan
"Tax amnesty merupakan kompromi politik bagi kepentingan pengemplang pajak agar tidak terjadinya pengembalian aset ( uang negara) yang telah dibawa lari keluar negeri ," kata Standarkiaa, kepada wartawan, Jumat (22/4/16).
Pengamat hukum dan politik ini menjelaskan, pemerintah harus konsisten melaksanakan UU Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Tindak Pencucian Uang.
"Jika tax amnesty diberlakukan tidak menjamin ada afek jera bagi pelaku pengusaha pengemplang pajak .Kejahatan ini selalu terjadi karena watak birokrasi yang rente," tegasnya.
Pembahasan RUU Pengampunan Pajak memang telah memasuki babak baru. Setelah Pimpinan DPR melakukan rapat konsultasi dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (15/4/2016), DPR akhirnya memutuskan melanjutkan pembahasan RUU Pengampunan Pajak.
RUU Pengampunan Pajak sendiri ditargetkan mampu disahkan pada masa sidang tahun ini. RUU ini merupakan upaya pemerintah untuk menggenjot penerimaan pajak yang selama ini selalu gagal mencapai target dalam APBN. Diduga ada dana sebesar Rp11.500 triliun wilik Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri. Selain itu, Menteri Keuangan Bambang Brojonegoro menengarai ada 6000 rekening milik WNI di luar negeri dengan jumlah yang sangat fantastis dan disembunyikan untuk menghindari pajak.
Berita Terkait
-
Hotman Paris Setuju dengan Menkeu Soal Tax Amnesty, Tapi...
-
Menkeu Purbaya Menolak, Hotman Paris Justru Desak RUU Tax Amnesty Disahkan: Negara Perlu Uang!
-
Purbaya Tegas Tolak Tax Amnesty Jilid III, Sebut Celah Kibul Pajak
-
Menkeu Purbaya Tolak Tax Amnesty, Apa Itu Pengampunan Pajak yang Bisa 'Sucikan' Harta Orang Kaya?
-
Tax Amnesty Jilid 3 Terancam Batal, Menkeu Purbaya Sebut Kebijakan Bikin Wajib Pajak 'Kibul-Kibul'
Terpopuler
- 5 Pilihan Produk Viva untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Rp20 Ribuan
- 7 Mobil Bekas di Bawah Rp50 Juta untuk Anak Muda, Desain Timeless Anti Mati Gaya
- 7 Rekomendasi Mobil Matic Bekas di Bawah 50 Juta, Irit dan Bandel untuk Harian
- 5 Mobil Mungil 70 Jutaan untuk Libur Akhir Tahun: Cocok untuk Milenial, Gen-Z dan Keluarga Kecil
- 7 Sunscreen Mengandung Niacinamide untuk Mengurangi Flek Hitam, Semua di Bawah Rp60 Ribu
Pilihan
-
Harga Emas Turun Hari ini: Emas Galeri di Pegadaian Rp 2,3 Jutaan, Antam 'Kosong'
-
Trik Rahasia Belanja Kosmetik di 11.11, Biar Tetap Hemat dan Tetap Glowing
-
4 HP Memori 512 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer dan Konten Kreator
-
3 Rekomendasi HP Infinix 1 Jutaan, Speknya Setara Rp3 Jutaan
-
5 HP Layar AMOLED Paling Murah, Selalu Terang di Bawah Terik Matahari mulai Rp1 Jutaan
Terkini
-
Gaji Pensiunan PNS 2025: Berapa dan Bagaimana Cara Mencairkan
-
Inovasi Keuangan Berkelanjutan PNM Mendapatkan Apresiasi Berharga
-
Harga Emas Turun Hari ini: Emas Galeri di Pegadaian Rp 2,3 Jutaan, Antam 'Kosong'
-
Ekonom Bongkar Strategi Perang Harga China, Rupanya Karena Upah Buruh Murah dan Dumping
-
Sosok Rahmad Pribadi: Dari Harvard Hingga Kini Bos Pupuk Indonesia
-
Laba SIG Tembus Rp114 Miliar di Tengah Lesunya Pasar Domestik
-
Sepekan, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1 Triliun
-
Laba Bank SMBC Indonesia Anjlok Jadi Rp1,74 Triliun
-
Produsen Indomie Kantongi Penjualan Rp90 Triliun
-
OJK Bongkar Maraknya Penipuan Digital, Banyak Pelaku Masih Berusia Muda