Suara.com - Ekonom Indef, Enny Sri Hartati, mengatakan bahwa iklim investasi di Indonesia belum terlalu banyak perubahan. Kondisi ini disebabkan pemerintah terlalu fokus memberi kemudahan pada investasi baru.
"Sementara investasi lama tidak dipikirkan. Padahal calon investor baru pasti tanya kanan kiri investor lama, sebelum memutuskan berinvestasi," kata Enny saat dihubungi Suara.com, Jumat (17/11/2017).
Menurutnya, tidak optimalnya kebijakan yang mendorong investasi terlihat dari capaian realisasi investasi. Pada kuartal II 2017, porsi realisasi investasi malah turun dari total kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Kontribusi realisasi investasi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional hanya 31 persen.
"Turun dari kuartal sebelumnya yang sempat mencapai 34 persen," tuturnya.
Kondisi ini menimbulkan problem kepercayaan. Meskipun sudah banyak paket kebijakan ekonomi dan upaya deregulasi, namun jika informasi dari implementasi kebijakan di lapangan masih lemah, tetap sulit mendorong percepatan investasi.
Enny juga mengkritik pemerintahan Presiden Joko Widodo supaya tak terlalu mengobral kebijakan yang berakibat inflasi kebijakan. Sebab jika kebijakan terlalu banyak, namun implementasi lemah, bisa berakibat problem ketidakpercayaan.
"Saatnya pemerintah melakukan pemetaaan masalah dalam implementasi kebijakan. Ini tidak muda, karena ada ribuan perda yang bermasalah dan menghambat investasi. Kementerian Dalam Negeri bisa menggandeng Kementerian Hukum dan HAM serta Mahkamah Konstitusi," ujarnya.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi sepanjang triwulan III 2017 mencapai Rp176,6 triliun, naik 13,7 persen dibanding capaian pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp155,3 triliun.
Rincianya, realisasi investasi tersebut terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp64,9 triliun dan Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp111,7 triliun. Dengan capaian tersebut, Azhar menjelaskan, maka secara kumulatif realisasi investasi sepanjang Januari-September 2017 mencapai Rp513,2 triliun yang terdiri atas PMDN Rp194,7 triliun (37,9 persen) dan PMA Rp318,5 triliun (62,1 persen).
Baca Juga: Kembalikan Fungsi Alami, PUPR Revitalisasi Danau Tondano
Berita Terkait
-
Jabar Incar PDRB Rp4.000 Triliun dan Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
-
Tembus Rp204 Triliun, Pramono Klaim Jakarta Masih Jadi Primadona Investasi Nasional
-
3 Senjata Cerdas Investasi Rp100 Ribu per Hari untuk Pensiun Mapan Anak Muda
-
KPK Serahkan Rp883 Miliar Hasil Perkara Investasi Fiktif ke PT Taspen
-
KPK Serahkan Rp 883 Miliar Hasil Perkara Investasi Fiktif ke PT Taspen
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Jelang Akhir Tahun Realisasi Penyaluran KUR Tembus Rp240 Triliun
-
Jabar Incar PDRB Rp4.000 Triliun dan Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
-
BRI Insurance Bidik Potensi Pasar yang Belum Tersentuh Asuransi
-
Cara SIG Lindungi Infrastruktur Vital Perusahaan dari Serangan Hacker
-
Dukung Implementasi SEOJK No. 7/SEOJK.05/2025, AdMedika Perkuat Peran Dewan Penasihat Medis
-
Fakta-fakta RPP Demutualisasi BEI yang Disiapkan Kemenkeu
-
Rincian Pajak UMKM dan Penghapusan Batas Waktu Tarif 0,5 Persen
-
Tips Efisiensi Bisnis dengan Switchgear Digital, Tekan OPEX Hingga 30 Persen
-
Indef: Pedagang Thrifting Informal, Lebih Bahaya Kalau Industri Tekstil yang Formal Hancur
-
Permata Bank Targetkan Raup Rp 100 Miliar dari GJAW 2025