Suara.com - Adong masih ingat betul sulitnya mengajak warga Desa Bukit Peramun di Belitung, Bangka Belitung untuk membangun kampung halaman menjadi eco wisata.
Sebagian besar mata pencarian warga Belitung penambang timah, yang dianggap menjanjikan, namun merusak lingkungan.
Sementara Adie Darmawan, nama asli Adong, ingin membangun desanya selepas lulus kuliah dari Jakarta.
Dalam pikirannya, Adong ingin melestarikan hutan Bukit Peramun, dan menjadi ladang mata pencarian untuk warga sekitar.
"Kami konsentrasi ke jasa wisata. Kami hidup di kampung, kami nggak tahu harga itu. Kami dapat emas untuk ganjal pintu," kata Adong di Desa Bukit Peramun, Sabtu (9/11/2019).
"Ada hutan yang harus dilestarikan. Untuk masa depan anak cucu," lanjut dia.
Hutan Bukit Peramun ini masuk dalam kawasan hutan konservasi yang harus dilindungi.
Singkat cerita, Adong pun mengajukan pengelolaan hutan itu berbasis kemasyarakatan. Dia mendapatkan izin mengelola 150 hektar kawasan hutan.
"Kami diberikan pilihan. Mengelola jasa air, flora fauna dan jasa wisata, serta penyerapan karbon. Untuk saat ini kami bisa lakukan untuk jasa wisata," kata dia.
Baca Juga: Banyak Warga Indonesia Tak Hafal Pancasila, Terparah Bangka Belitung
Mulai dari 2006, Adong mengajak puluhan masyarakat desa, jumlahnya terus menyusut hingga saat ini hanya 26 orang warga desa yang mengurus wisata tersebut. Alasan puluhan orang itu mundur, sederhana.
"Karena daerah ini jasa tambang, maka mindset mereka tambang. Kami berpikir berbeda, di masa datang pulau ini akan kekurangan air bersih jika terus ditambang. Padahal ada 12 sumber mata air," katanya.
Januari 2017 hari yang ditunggu Adong dan teman-temannya. Wisata hutan Bukit Peramun dibuka.
Dengan dibantu pihak swasta, wisata Bukit Peramun berkembang. BCA salah satu perusahaan yang membantu Adong yang juga pendiri Komunitas Arsel. Bantuan itu tidak selalu dalam bentuk dana, Komunitas Arsel mendapat pelatihan manajemen pengelolaan usaha wisata.
"Kami masih belajar soal komunitas ini. Untuk mengubah pola pikir kami, kami harus berjuang. Kami pikir kalau nggak mengubah diri , maka pulau akan tenggelam. Akhirnya kami mengerti, daerah ini bisa dibangun untuk masa depan," kata dia.
Komunitas Arsel menyediakan 4 paket wisata ecotourism. Pertama, paket wisata jalan susuri hutan dengan jarak 500 meter. Paket ini dibanderol dengan harga Rp 100 ribu per orang.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
-
Nova Arianto Ungkap Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Zambia
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
Terkini
-
BI Pastikan Harga Bahan Pokok Tetap Terjaga di Akhir Tahun
-
Hana Bank Ramal Dinamika Ekonomi Dunia Masih Panas di 2026
-
Trend Asia Kritisi Proyek Waste to Energy: Ingatkan Potensi Dampak Lingkungan!
-
Kenapa Proyek Jalan Trans Halmahera Disebut Hanya Untungkan Korporasi Tambang?
-
Bertemu Wapres Gibran, Komite Otsus Papua Minta Tambahan Anggaran Hingga Dana BLT Langsung ke Rakyat
-
Sambut Bryan Adams Live in Jakarta 2026, BRI Sediakan Tiket Eksklusif Lewat BRImo
-
Kuartal Panas Crypto 2025: Lonjakan Volume, Arus Institusional dan Minat Baru Investor
-
Proyek Waste to Energy Jangan Hanya Akal-akalan dan Timbulkan Masalah Baru
-
Geger Fraud Rp30 Miliar di Maybank Hingga Nasabah Meninggal Dunia, OJK: Kejadian Serius!
-
Laba PT Timah Anjlok 33 Persen di Kuartal III 2025