Suara.com - Harga minyak dunia turun karena investor tetap khawatir tentang prospek permintaan bahan bakar ketika kasus Covid-19 melonjak di seluruh dunia. Sementara itu pasokan minyak juga dalam kondisi yang lebih banyak.
Mengutip CNBC, Kamis (19/8/2021) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup merosot 80 sen, atau 1,2 persen menjadi 68,23 dolar AS per barel. Brent kehilangan 11 persen dalam 13 hari perdagangan terakhir sejak akhir Juli.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, menyusut 1,13 dolar AS atau 1,7 persen menjadi 65,46 dolar AS per barel.
Patokan minyak berada di bawah tekanan selama beberapa pekan terakhir karena meningkatnya infeksi yang disebabkan varian Delta virus korona di seluruh dunia.
Beberapa negara memberlakukan kembali pembatasan perjalanan dan lalu lintas udara melambat dalam beberapa pekan terakhir.
Risalah pertemuan kebijakan Federal Reserve 27-28 Juli menunjukkan para pejabat mencatat penyebaran varian Delta untuk sementara dapat menunda pembukaan kembali ekonomi secara penuh, dan menahan pasar tenaga kerja.
Persediaan minyak mentah Amerika turun 3,2 juta barel pekan lalu menjadi 435,5 juta barel, level terendah sejak Januari 2020, menurut angka Departemen Energi.
Namun, stok bensin naik moderat, dan produk bensin yang dipasok ke pasar--ukuran permintaan--tercatat 9,5 juta barel per hari, hanya 1 persen di bawah level 2019.
Permintaan bahan bakar di konsumen utama dunia itu terus meningkat sepanjang tahun dengan rata-rata empat pekan dari keseluruhan produk Amerika yang dipasok adalah 20,8 juta barel per hari, sejalan dengan tingkat pra-virus corona dari 2019.
Baca Juga: Permintaan Diprediksi Melambat, Harga Minyak Dunia Turun
Meski angka produksi mingguan fluktuatif, analis mencatat bahwa output minyak mentah Amerika terus meningkat stabil, mencapai 11,4 juta barel per hari pekan lalu.
Itu terjadi tepat ketika Organisasi Negara Eksportir Minyak, bersama dengan sekutu seperti Rusia, sepakat untuk meningkatkan produksi sebesar 400.000 barel per hari setiap bulan selama beberapa bulan ke depan, mengembalikan sebagian pasokan yang telah ditahan kelompok itu sejak awal 2020.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Jelang Akhir Tahun Realisasi Penyaluran KUR Tembus Rp240 Triliun
-
Jabar Incar PDRB Rp4.000 Triliun dan Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
-
BRI Insurance Bidik Potensi Pasar yang Belum Tersentuh Asuransi
-
Cara SIG Lindungi Infrastruktur Vital Perusahaan dari Serangan Hacker
-
Dukung Implementasi SEOJK No. 7/SEOJK.05/2025, AdMedika Perkuat Peran Dewan Penasihat Medis
-
Fakta-fakta RPP Demutualisasi BEI yang Disiapkan Kemenkeu
-
Rincian Pajak UMKM dan Penghapusan Batas Waktu Tarif 0,5 Persen
-
Tips Efisiensi Bisnis dengan Switchgear Digital, Tekan OPEX Hingga 30 Persen
-
Indef: Pedagang Thrifting Informal, Lebih Bahaya Kalau Industri Tekstil yang Formal Hancur
-
Permata Bank Targetkan Raup Rp 100 Miliar dari GJAW 2025