Suara.com - Pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah berharap, kalangan mampu untuk tidak lagi menggunakan pertalite namun mulai menggunakan BBM Pertamax series demi mempertahankan harga subsidi pertalite.
“Masyarakat yang terbilang mampu, hendaknya menggunakan Pertamax series. Begitu pula yang sebelumnya pakai Pertamax, jangan malah bermigrasi ke Pertalite. Dengan menggunakan Pertamax series, maka Pemerintah melalui Pertamina, bisa menjaga harga jual Pertalite agar tidak naik,” kata Trubus di Jakarta, Sabtu (12/3/2022).
Menurut dia, kesadaran masyarakat kelas menengah keatas menjadi sangat penting, terlebih saat ini Pertamina tengah tertekan peningkatan harga energi.
“Selain itu, jika masyarakat kalangan mampu turut mengkonsumsi Pertalite, tentu berpengaruh terhadap membengkaknya APBN. Kalau sudah begini, sama saja dengan orang kaya berlindung di bawah orang miskin," Ujar dia.menjaga daya beli masyarakat yang mengalami penurunan akibat pandemi Covid-19.
Kebijakan pemerintah yang tidak menaikkan harga pertalite menurut dia, sangat tepat dan penuh kehati-hatian demi menjaga daya beli masyarakat yang mengalami penurunan akibat pandemi Covid-19.
Selain itu juga mencegah gejolak di masyarakat akibat terjadinya kenaikan harga berbagai macam kebutuhan jelang hari raya.
"Jika Pertalite dinaikkan tentu akan berpengaruh terhadap inflasi harga-harga kebutuhan. JIka ini terjadi, tentu akan muncul gejolak di tengah masyarakat," ujar Trubus.
Sedangkan kenaikan harga BBM jenis Pertamax series, Pertamina Dex, dan Dexlite, ujar dia, menanggapi tekanan harga minyak dunia yang sulit terbendung demi mengimbangi harga Pertalite.
Dikabarkan sebelumnya, Pertamina memutuskan untuk tidak menaikkan harga Pertalite dengan pertimbangan kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Baca Juga: Tekan Harga, Pemkab Cianjur Bakal Gelar Operasi Pasar Murah Gas Elpiji
Sementara, harga minyak dunia memang terus meningkat tajam, sejak konflik Rusia-Ukraina. Saat ini harga jenis Brent mencapai USD111,14 per barel, setelah awal pekan sempat menyentuh level tertinggi, USD139 per barel.
Berita Terkait
-
Minyak Goreng Masih Langka, Ekonomi Senior Rizal Ramli Beri Masukan Ini ke Pemerintah Jokowi
-
Kebijakan Menahan Harga Pertalite Dinilai Positif untuk Kendalikan Inflasi di Tengah Melambungnya Harga Pangan
-
Harga Pertalite Tetap, Pertamina Harus Dapat Tambahan Dana Kompensasi
-
Harga CPO dan TBS di Jambi Naik Signifikan
-
Tekan Harga, Pemkab Cianjur Bakal Gelar Operasi Pasar Murah Gas Elpiji
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Pertumbuhan Kredit Kuat dan DPK Meningkat, Fungsi Intermediasi Bank Mandiri Solid di Akhir Tahun
-
Saham-saham yang Cum Date 29 Desember, Siap Bagikan Dividen Jumbo
-
BRI Peduli Salurkan 5.000 Paket Sembako di Ciampea
-
Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
-
Harga Emas Diprediksi Makin Naik Tahun 2026, Faktor 'Perang' Jadi Kunci
-
La Suntu Tastio, UMKM Binaan BRI yang Angkat Tradisi Lewat Produk Tas Tenun
-
Pasca Akusisi, Emiten Properti Milik Pengusahan Indonesia Ini Bagikan Dividen
-
Harga Emas Kompak Meroket: Galeri24 dan UBS di Pegadaian Naik Signifikan!
-
Pabrik Chip Semikonduktor TSMC Ikut Terdampak Gempa Magnitudo 7 di Taiwan
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Tahun 2025, Update Terbaru OJK Desember