Suara.com - Ketahanan perbankan Indonesia harus terus dijaga meski suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) naik lebih besar dari perkiraan, yakni 50 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini.
"Perbankan harus bisa menjaga likuiditas dan kualitas kredit dengan meningkatkan rasio laba yang dihasilkan bank dari modalnya (Return on Equity/RoE)," ucap Praktisi Perbankan Abiwodo, Jumat (23/9/2022).
Guna menjaga ketahanan, perbankan perlu mempertahankan pertumbuhan kredit di segmen korporasi, fokus pada nasabah unggulan yang mempunyai kualitas dan kinerja yang baik, serta memiliki pengalaman berdaya tahan terhadap gejolak resesi.
Sementara, ia mengatakan kredit di sektor UMKM juga bisa menjadi pendorong RoE untuk menjaga ketahanan perbankan, terutama UMKM yang mempunyai orientasi ekspor dan ditopang dengan ekosistem digital yang mumpuni.
Di lini konsumer, perbankan perlu melakukan strategi cross selling atau menjual produk berbeda dengan nasabah korporasi dan UMKM untuk produk-produk seperti Kredit Tanpa Agunan (KTA) dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Meski demikian, Abidowo berpendapat, sejatinya upaya menjaga ketahanan perbankan tersebut sudah diterapkan oleh bank-bank pelat merah alias BUMN.
Sebagai contoh, PT Bank Negara Indonesia (BNI) yang sudah mengimplementasikannya untuk mendukung strategi pertumbuhan RoE hingga tiga tahun ke depan.
BNI optimistis langkah tersebut bisa meningkatkan RoE lebih dari 18 persen pada 2025. Terbukti, posisinya per Juni 2022 sudah mencapai 15,1 persen.
"Jadi meski ekonomi global melambat dan terancam krisis keuangan, bisa saja Indonesia tidak terpengaruh secara signifikan jika pemerintah, masyarakat, pelaku usaha, dan perbankan tetap waspada dan saling menjaga," ungkapnya.
Baca Juga: Bursa Saham Ditutup Melemah, Bagaimana Potensi Pasar Minggu Depan?
Saat ini, lanjut dia, ekonomi Indonesia memang cukup baik, dengan neraca perdagangan yang masih surplus dan cadangan devisa yang relatif stabil.
Namun, risiko arus modal asing keluar dan perlambatan ekonomi akibat naiknya suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed yang hawkish wajib diwaspadai.
Bank Dunia sendiri sudah memperingatkan resesi global pada 2023, yang disambut The Fed dengan kenaikan bunga acuan yang cenderung kontraktif sebesar 75 bps hingga kisaran tiga persen sampai 3,25 persen.
Kenaikan itu jadi yang tertinggi sejak 2008 dan kali kelima sepanjang 2022 untuk meredam inflasi yang mendekati level tertinggi sejak awal 1980.
Abiwodo mengungkapkan inflasi memang harus ditekan, namun kebijakan normalisasi moneter Negeri Paman Sam ini patut diwaspadai lantaran bisa menyebabkan arus modal asing yang dramatis pada negara-negara berkembang.
Selain itu saat bunga terkerek naik, banyak negara yang akan kesulitan dalam pembiayaan atau pengelolaan utangnya.
Berita Terkait
-
PNM Mekaar Selenggarakan Pasar Murah dan Bazaar UMKM BUMN di Purwakarta
-
Hadirkan Program Figur Inspiratif UMKM, BRI Ajak Pelaku Usaha Semakin Bertumbuh
-
Pengamat: Kenaikan Suku Bunga BI 'Hantam' Pelaku Usaha, Pemerintah Harus Bertindak
-
Workshop Digital Marketing Sukses Digelar Oleh Mahasiswa KKNT UTM
-
Bursa Saham Ditutup Melemah, Bagaimana Potensi Pasar Minggu Depan?
Terpopuler
- Siapa Zamroni Aziz? Kepala Kanwil Kemenag NTB, Viral Lempar Gagang Mikrofon Saat Lantik Pejabat!
- Terpopuler: Geger Data Australia Soal Pendidikan Gibran hingga Lowongan Kerja Freeport
- Prompt Gemini AI untuk Edit Foto Masa Kecil Bareng Pacar, Hasil Realistis dan Lucu
- 10 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 September 2025, Kesempatan Klaim Pemain OVR 110-111
- Bali United: 1 Kemenangan, 2 Kekalahan, Johnny Jansen Dipecat?
Pilihan
-
Petaka Arsenal! Noni Madueke Absen Dua Bulan Akibat Cedera Lutut
-
Ngamuk dan Aniaya Pemotor, Ini Rekam Jejak Bek PSM Makassar Victor Luiz
-
Menkeu Bakal Temui Pengusaha Rokok Bahas Cukai, Saham-saham 'Tembakau' Terbang
-
Jurus Menkeu 'Koboi' Bikin Pasar Cemas Sekaligus Sumringah
-
IHSG Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah, Saham-saham Rokok Jadi Pendorong
Terkini
-
Menkeu Bakal Temui Pengusaha Rokok Bahas Cukai, Saham-saham 'Tembakau' Terbang
-
Anak Usaha Astra Beli Tambang Emas di Sulut
-
Jurus Menkeu 'Koboi' Bikin Pasar Cemas Sekaligus Sumringah
-
IHSG Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah, Saham-saham Rokok Jadi Pendorong
-
Alasan Pindahkan Tiang Listrik PLN dari Tanah Pribadi Harus Bayar
-
Aib dan Borok Asuransi BUMN Dibongkar OJK di Depan DPR, Taspen dan Asabri Disebut Paling Buruk!
-
APBN 2026 Disahkan, Jadi 'Senjata' Pertama Pemerintahan Prabowo
-
Hotel Tertinggi di Dunia Bakal Dibuka November 2025, Harga Sewanya Rp 4,64 Juta per Malam
-
IPO Merdeka Gold Resources Cetak Rekor di BEI
-
MA Lantik Juda Agung Jadi Anggota Dewan Komisioner OJK