Suara.com - Direktur Utama Bank DKI Fidri Arnaldy menyampaikan laporan keuangan pada kuartal 1 2023.
Hasilnya, Bank pembangunan daerah (BPD) milik Pemprov DKI itu mencatat kenaikan laba bersih sebesar 17,77 persen dibanding Maret 2022.
"Laba bersih Bank DKI naik 17,77 persen menjadi Rp 233,20 miliar pada Maret 2023 dibanding Rp 198,01 miliar di Maret 2022," ujar Fidri kepada wartawan, Rabu (10/5/2023).
Pertumbuhan laba bersih ini disebut Fidri disebabkan peningkatan pendapatan bunga yang naik sebesar 17,17 persen menjadi Rp 1,31 triliun pada Maret 2023 dari Rp 1,12 triliun di Maret 2022.
"Kenaikan tersebut didorong oleh peningkatan pendapatan bunga yang berasal dari ekspansi kredit dan pembiayaan serta memaksimalkan aset produktif Bank dalam berbagai instrumen keuangan seperti surat berharga maupun penempatan pada Bank Indonesia atau bank lain," ucapnya.
Selain itu, fee based income meningkat sebesar 28,12 persen menjadi Rp 149,15 miliar pada Maret 2023 dari Rp 116,42 miliar pada periode yang sama di tahun lalu.
Kinerja dana pihak ketiga (DPK) pun tumbuh 16,27 persen menjadi Rp 67,13 triliun pada Maret 2023 dari Rp 57,74 triliun di Maret 2022.
Loan to deposit ratio (LDR) naik signifikan menjadi 72,06 persen pada Maret 2023 dari 66,29 persen pada periode yang sama di tahun sebelumnya.
Kemudian, kredit Bank DKI pada kuartal I meningkat sebesar 24,68 persen menjadi Rp 48,37 triliun pada Maret 2023, dari Rp 38,80 triliun pada periode yang sama di tahun sebelumnya.
Baca Juga: Kerugian BUMN Wijaya Karya Memburuk di 3 Bulan Pertama Tahun Ini
Sehingga, mendorong peningkatan aset 12,38 persen menjadi Rp79,93 triliun pada Maret 2023, dari Rp71,13 triliun pada Maret 2022.
Sedangkan, laba bersih Bank DKI naik 17,77 persen menjadi Rp 233,20 miliar pada Maret 2023 dibanding Rp 198,01 miliar di Maret 2022.
Ia juga menyebut peningkatan kinerja positif ini selaras dengan strategi bisnis pada segmen yang stabil dan potensial. Termasuk, fokus transformasi kearah digitalisasi secara konsisten.
"Melihat perkembangan kinerja yang positif pada kuartal I 2023, Bank DKI optimis dapat mencapai target akhir tahun, seiring tren pemulihan ekonomi nasional yang positif dengan target pertumbuhan ekonomi nasional pada 2023 di atas 5 persen," pungkasnya.
Berita Terkait
-
Pendapatan IOH Naik 48,9 Persen pada 2022
-
Meningkat 23 Persen, Penyaluran Kredit Bank DKI Tahun 2022 Tembus Rp 48,37 Triliun
-
Tertinggi Sejak Perseroan Berdiri, Bank DKI Catat Laba Bersih Rp939 M pada Tahun 2022
-
Laba Bank DKI Melesat Naik 29,11 Persen di 2022
-
Bank DKI Komitmen Lakukan Pengembangan, Inovasi dan Peningkatan Layanan Berbasis Digital
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Kenapa Proyek Jalan Trans Halmahera Disebut Hanya Untungkan Korporasi Tambang?
-
Bertemu Wapres Gibran, Komite Otsus Papua Minta Tambahan Anggaran Hingga Dana BLT Langsung ke Rakyat
-
Sambut Bryan Adams Live in Jakarta 2026, BRI Sediakan Tiket Eksklusif Lewat BRImo
-
Proyek Waste to Energy Jangan Hanya Akal-akalan dan Timbulkan Masalah Baru
-
Geger Fraud Rp30 Miliar di Maybank Hingga Nasabah Meninggal Dunia, OJK: Kejadian Serius!
-
Laba PT Timah Anjlok 33 Persen di Kuartal III 2025
-
Kala Purbaya Ingin Rakyat Kaya
-
Didesak Pensiun, Ini Daftar 20 PLTU Paling Berbahaya di Indonesia
-
IHSG Berakhir Merosot Dipicu Aksi Jual Bersih Asing
-
Riset: Penundaan Suntik Mati PLTU Justru Bahayakan 156 Ribu Jiwa dan Rugikan Negara Rp 1,822 T