Suara.com - Ketegangan di Semenanjung Korea jadi salah satu perhatian utama keamanan global selama beberapa dekade terakhir. Konflik antara Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel) tidak hanya menciptakan ketidakstabilan regional tetapi juga ancaman yang lebih luas bagi perdamaian dunia.
Perang nuklir yang pecah akibat ketegangan kedua negara dapat memicu konsekuensi bencana, yang menuntut perhatian serius dari komunitas internasional, termasuk Indonesia.
Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri (Kemlu RI), tidak bisa menutup mata terhadap potensi dampak perang nuklir terhadap 812 ribu warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Semenanjung Korea dan sekitarnya.
Jumlah itu berasal dari WNI yang saat ini berada di Korea Selatan, Jepang, China, Taiwan dan Korea Utara berdasarkan data dari Kemlu RI pada 2022-2023.
Perang Semenanjung Korea merujuk dari berbagai literasi bermula pada sejak Perang Korea (1950-1953) yang berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai, yang berarti kedua negara masih secara teknis berada dalam keadaan perang.
Korut, di bawah kepemimpinan dinasti Kim, konsisten dalam program pengembangan senjata nuklir yang masuk strategi pertahanan mereka. Menurut laporan dari Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS), Korut telah mengembangkan persenjataan nuklir dan peluru kendali balistik yang mampu mencapai sasaran di luar Semenanjung Korea, termasuk Jepang dan Amerika Serikat.
Laporan dari Arms Control Association menyebut, Korea Utara saat ini diperkirakan memiliki 50 hulu ledak nuklir, data ini didapatkan per Januari 2024. Selain itu, negara yang dekat dengan Cina itu memiliki cadangan bahan fisi untuk sekitar 70-90 senjata nuklir.
Saat ini, Korut diperkirakan memiliki 60-80 kilogram plutonium dan 280-1.500 kilogram uranium yang diperkaya tinggi.
Pengamat pertahanan dan geopolitik Bruce W. Bennett bahkan dalam laporannya menyebutkan bahwa Korut sudah mengembangkan teknologi rudal jarak menengah yang dilengkapi dengan "hulu ledak luncur hipersonik". Rudal ini diperkirakan dapat terbang sangat cepat, manuver lebih rendah, dan akurasi tinggi untuk melawan sistem pertahanan militer Korsel.
Baca Juga: Muncul Permintaan Penyelidikan Peran Selandia Baru dalam Perang di Gaza
Ancaman ini tidak hanya terbatas pada kemampuan militer semata, tetapi juga menimbulkan risiko eskalasi yang lebih luas. Sementara, menurut Bruce Klingner, seorang pengamat dan peneliti di The Heritage Foundation, jika Korut meluncurkan serangan nuklir, reaksi dari Korsel dan sekutunya, terutama Amerika Serikat, bisa memicu perang skala penuh yang tidak hanya melibatkan kekuatan militer tetapi juga menimbulkan dampak global yang mengerikan.
Potensi konflik nuklir di Semenanjung Korea adalah ancaman signifikan bagi perdamaian dunia. Dalam sejarahnya, penggunaan senjata nuklir hanya terjadi dua kali, yakni di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945.
Sejak saat itu, komunitas internasional berupaya keras untuk mencegah penggunaan senjata nuklir. Sejarawan Margaret MacMillan menyoroti bahwa konflik nuklir tidak hanya akan menyebabkan korban jiwa yang masif, tetapi juga menimbulkan efek lingkungan berkepanjangan, menghancurkan ekosistem, dan merusak struktur sosial.
Keterlibatan negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Cina, dan Rusia dalam konflik ini juga berpotensi memperumit situasi dan meningkatkan risiko eskalasi lebih lanjut. Persaingan geopolitik antara negara-negara besar ini, jika tidak dikelola dengan baik, bisa mengarah pada perang dunia ketiga yang bersifat nuklir. Karena itu, ancaman nuklir di Semenanjung Korea tidak bisa dianggap remeh.
Kebijakan luar negeri Indonesia perlu mempertimbangkan dinamika geopolitik ini dan mengambil sikap yang seimbang antara kepentingan nasional dan komitmen internasional terhadap perdamaian.
Sebagai catatan, ketiganya adalah negara-negara yang memiliki senjata nuklir, selain Prancis, Inggris Raya, Pakistan, India dan Israel.
Tag
Berita Terkait
-
Perang antar Kartel Narkoba di Meksiko: 12 Tewas, Perayaan Nasional Dibatalkan hingga Sekolah Ditutup
-
Rusia Usir 6 Diplomat Inggris, Tuduh jadi Mata-mata hingga Lakukan Sabotase
-
Pertempuran Sengit di Timur Ukraina, Rusia Intensifkan Serangan di Kurakhove dan Pokrovsk
-
Kabar Baik! Lee Yeon Hee Melahirkan Anak Pertama dengan Selamat
-
Jepang Langsung Kerahkan Jet Tempur setelah Pesawat Rusia Melintasi Kepulauan
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Viral BBM Bobibos, Kementerian ESDM Jelaskan Langkah Agar Bisa Dijual Bebas
-
Emiten TRON Fokus Garap Bisnis Infrastruktur Kendaraan Listrik
-
Apa Benar Emiten Properti DADA Berkantor Dekat Warung Kelontong? Manajemen Beri Pembelaan
-
Lowongan Kerja OJK PCAM 9 dan MLE: Kualifikasi, Syarat dan Cara Pendaftaran
-
Menkeu Purbaya: Mana Pemain Saham Gorengan yang Sudah Ditangkap?
-
Harga Bitcoin Terus Merosot Hingga di Bawah USD 90.000, Begini Prospeknya
-
Masyarakat Bisa Pinjam Dana ke Danantara untuk Bangun Dapur MBG, Gimana Caranya?
-
Purbaya Heran BTN Minta Tambah Anggaran Padahal Penyerapan Minim: Aneh Juga Dia
-
Saham Bank BUMN Rontok Serempak, Investor Cuek usai Menkeu Purbaya Suntik Rp76 T
-
Neraca Pembayaran Masih Alami Defisit 6,4 Miliar Dolar AS, Bagaimana Kondisi Cadangan Devisa?