Suara.com - Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, memiliki potensi besar untuk menjadi pusat industri halal global. Namun, potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal. Selama ini, Indonesia lebih dikenal sebagai pasar konsumen produk halal, bukan sebagai produsen yang diperhitungkan.
Miranda D.W.K., Advertising & Promotion Director Agung Sedayu Group, menekankan pentingnya Indonesia untuk mengubah paradigma tersebut. Ia menyatakan, "Kita jangan hanya jadi negara konsumen halal terbesar di dunia, tapi ayo kita maju bersama agar Indonesia juga menjadi produsen halal yang diperhitungkan. Menara Syariah ini dibangun untuk mendukung industri halal dan turunannya," kata Miranda dalam keterangannya dikutip Jumat (21/3/2025).
Pernyataan Miranda tersebut sejalan dengan visi pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah dunia. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan dan program untuk mendukung pengembangan industri halal, termasuk pembentukan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) dan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH).
Industri halal memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. Menurut laporan State of the Global Islamic Economy Report 2022, pengeluaran konsumen Muslim global untuk produk dan layanan halal mencapai 2 triliun dolar AS pada tahun 2021 dan diperkirakan akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang.
Indonesia memiliki potensi besar dalam ekonomi halal karena memiliki populasi Muslim yang besar dan kapasitas di berbagai industri halal, seperti makanan dan minuman halal, farmasi halal, kosmetik halal, keuangan Islam, dan pariwisata halal.
Indonesia juga berpotensi besar untuk menjadi pemain utama dalam ekonomi halal global. Pengembangan ekonomi halal akan membantu Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja.
Sektor swasta memiliki peran penting dalam pengembangan industri halal. Investasi dan inovasi dari sektor swasta dapat mendorong pertumbuhan industri halal dan meningkatkan daya saing produk halal Indonesia di pasar global.
Pembangunan Menara Syariah oleh Agung Sedayu Group merupakan salah satu contoh kontribusi sektor swasta dalam mendukung pengembangan industri halal. Menara Syariah diharapkan dapat menjadi pusat kegiatan bisnis dan investasi di bidang industri halal. Salah satu acaranya dengan menggelar Festival Ramadan yang berlangsung di Menara Syariah PIK2 pada 17-18 Maret 2025.
Dimana sekitar 1.400 pengunjung hadir dalam acara yang terbuka untuk umum ini, menikmati rangkaian kegiatan yang tidak hanya menghibur tetapi juga memperkuat nilai ibadah.
Baca Juga: RI Harus Lakukan Investasi Inklusi Demi Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
Dengan kerjasama dan komitmen dari semua pihak, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pusat industri halal dunia. Hal ini tidak hanya akan memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga sosial dan budaya bagi masyarakat Indonesia.
Sebelumnya, Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), Ahmad Haikal Hasan, optimis bahwa industri halal akan menjadi salah satu pilar utama dalam memacu pencapaian target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen sebagaimana dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.
"Dengan potensi besar ekosistem halal kita, saya optimis industri halal kita akan berperan penting dalam memacu pencapaian target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8% pada tahun 2028-2029 mendatang." ungkap Haikal Hasan.
Berdasarkan data Indonesia Halal Markets Report 2021/2022, ekonomi halal dapat meningkatkan produk domestik bruto (PDB) Indonesia sebesar USD 5,1 miliar atau sekitar Rp72,9 triliun pertahun melalui peluang ekspor dan investasi. Selain itu, Indonesia juga merupakan pasar konsumen halal terbesar di dunia dengan sekitar 230 juta penduduk Muslim.
Disisi lain, Indonesia mencatatkan ekspor produk halal senilai USD 41,42 miliar, atau setara Rp673,90 triliun, untuk periode Januari hingga Oktober 2024. Di periode yang sama, surplus neraca perdagangan produk halal Indonesia mencapai USD 29,09 miliar.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
Bunga Acuan Sudah Turun 5 Kali, BI Minta Perbankan Cepat Turunkan Bunga
-
7 Ide Usaha Modal 1 Juta, Anti Gagal dan Auto Cuan
-
Cara Daftar WiFi Internet Rakyat, Surge Buka Akses Biaya Rp100 Ribu per Bulan
-
Operasikan 108 Kapal, PIS Angkut Energi 127,35 juta KL Sepanjang Tahun 2025
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Kilang Minyak Indonesia Tetap Relevan di Tengah Pergeseran ke EBT
-
Blockchain Dianggap Mampu Merevolusi Pengelolaan Data Nasional, Benarkah?
-
Dukung Kemajuan Industri Sawit, BRI Fasilitasi Sindikasi Pembiayaan Rp5,2 Triliun bagi PT SSMS
-
Perlukah BBM Bobibos Lakukan Pengujian Sebelum Dijual, Begini Kata Pakar
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi