Suara.com - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih kuat bertahan di zona hijau hingga akhir perdagangan, jelang akhir pekan Jumat 23 Mei 2025.
Mengutip data RTI Business, IHSG ditutup menguat di level 7.214 atau naik 47,18 poin, secara presentase naik 0,68 persen.
Pada perdagangan pada hari ini, sebanyak 16,79 miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi sebesar Rp12,13 triliun, serta frekuensi sebanyak 1,18 juta kali.
Dalam perdagangan hari ini, sebanyak 280 saham bergerak naik, sedangkan 315 saham mengalami penurunan, dan 211 saham tidak mengalami pergerakan.
Adapun, beberapa saham yang mendorong penguatan IHSG hari ini diantaranya, BAJA, TGUK, FAST, RAJA, TPIA, PACK, AYLS, PTSN, INET, BRPT, DEWA, ANTM, NCKL, SMBR.
Sementara saham-saham yang mengalami penurunan tajam di perdagangan hari ini di antaranya, BBSS, MSIN, GUNA, PTPP, BDKR, PPRI, LAJU, DGWG, NINE.
Sebelumnya, Pergerakan IHSG diproyeksikan bergerak konsolidatif pada perdagangan Jumat, 23 Mei 2025 dalam rentang 7.100–7.200.
Hal ini terjadi, setelah pada hari sebelumnya ditutup menguat 0,34 persen ke level 7166.
Penguatan IHSG didukung oleh aksi beli investor asing meski tekanan global masih membayangi pasar.
Baca Juga: IHSG Masih Menghijau, Pagi Ini Dibuka di Level 7.206
Analis Ritel Phintraco Sekuritas, Ratna Lim, menjelaskan bahwa secara teknikal, IHSG masih mampu bertahan di atas MA200, namun histogram MACD cenderung bergerak sideways.
"Sehingga kami memperkirakan IHSG konsolidatif dalam rentang 7.100–7.200 di Jumat 23 Mei," jelas Ratna dalam riset hariannya, Jumat 23 Mei 2025.
Sementara diberitakan sehari sebelumnya, dari sisi eksternal, Wall Street ditutup mix dan cenderung stagnan pada Kamis, 22 Mei 2025.
Hal itu terjadi akibat kekhawatiran investor terhadap kenaikan yield obligasi seiring dengan membengkaknya defisit anggaran Amerika Serikat.
DPR AS meloloskan RUU pajak yang diusulkan Presiden Trump dengan selisih suara tipis 215-214. RUU ini mencakup penurunan pajak dan penambahan belanja militer, dan akan dilanjutkan ke Senat untuk pemungutan suara yang dijadwalkan pada Agustus.
Sementara itu, pasar obligasi mencatat penurunan imbal hasil atau yield, dengan AS 10-year Bond Yield turun 4 bps menjadi 4,54 persen, dan yield tenor 30 tahun melemah ke 5.50 persen setelah sebelumnya menyentuh level tertinggi sejak Oktober 2023. Yield tenor 2 tahun juga turun ke 3,99 persen.
Berita Terkait
Terpopuler
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- 5 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Kolagen untuk Hilangkan Kerutan, Murah Meriah Mudah Ditemukan
- 6 Hybrid Sunscreen untuk Mengatasi Flek Hitam di Usia Matang 40 Tahun
- Patrick Kluivert Dipecat, 4 Pelatih Cocok Jadi Pengganti Jika Itu Terjadi
Pilihan
-
Emas Terbang Tinggi! Harga Antam Tembus Rp 2.596.000, Cetak Rekor di Pegadaian
-
Bikin Geger! Gunung Lawu Dilelang jadi Proyek Geothermal, ESDM: Sudah Kami Keluarkan!
-
Uang MBG Rp100 T Belum Cair, Tapi Sudah Dibalikin!, Menkeu Purbaya Bingung
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Kamera Terbaik Oktober 2025
-
Keuangan Mees Hilgers Boncos Akibat Absen di FC Twente dan Timnas Indonesia
Terkini
-
Jasindo Gercep: Klaim Jasa Marga Rp 7,3 Miliar Cair Kilat, Operasional Tol Kembali Lancar!
-
ADB Kasih Pinjaman Rp 8,3 Triliun untuk Indonesia, Buat Apa?
-
Lawan Praktik Bisnis Nakal, Bos MCCI: Tidak Ada Toleransi Korupsi!
-
PT Pegadaian Raih Indonesia Best CX-EX Strategy Award 2025: Sinergi Pengalaman Pelanggan-Karyawan
-
Kala Ekonomi Sedang Lesu, Tapi Menkeu Purbaya Sebut Sekarang Waktu Terbaik Beli Rumah
-
Jangan Kaget! Harga Emas Antam Tembus Rp 2.383.000 per Gram Hari Ini
-
Atasi ketimpangan, Startup Dilibatkan untuk Ciptakan Solusi Permanen Bagi Kemiskinan Pesisir
-
RI Siap Jadi Raksasa Tambang Cerdas, Penggunaan AI Dongkrak Efisiensi Hingga 20 Persen
-
OJK Pantau Ketat Gagal Bayar Akseleran dan Crowde
-
IHSG Dibuka Menguat, Tapi Rawan Koreksi Dipengaruhi Perang Dagang