Suara.com - Deflasi yang terjadi pada bulan Mei bisa menjadi alarm ekonomi Indonesia menjadi suram. Hal ini dikarenakan, daya beli Indonesia yang lesu bisa memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, mengatakan indikasi ekonomi makin suram disebabkan deflasi bulan Mei. Tentunya ini jadi pertanda daya beli sedang lesu, bukan hanya faktor paska lebaran.
"Misalnya di komponen peralatan rumah tangga terjadi deflasi -0,04 persen mtm. Makanan minuman tembakau turunnya sampai -1,4 persen mtm," kata Bhima saat dihubungi Suara.com, Senin (9/6/2025).
Kata dia, ekonomi yang melambat ini bisa meningkatkan gelombang pemutusan hubungan kerja (phk) di Indonesia di smester kedua. Untuk itu pemerintah perlu memberikan langkah strategis agar ekonomi Indonesia menguat.
"Ini sudah lampu kuning ada gejala pertumbuhan ekonomi melambat di kuartal ke II 2025. Kalau kondisi motor permintaan rendah berlanjut, maka PHK massal makin masif di semester ke II tahun ini," kata dia.
Sebagai informasi, Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Mei 2025 terjaga dalam kisaran sasaran 2,5±1 persen. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, IHK Mei 2025 tercatat deflasi sebesar 0,37 persen (mtm), sehingga secara tahunan inflasi IHK menurun menjadi 1,60 persen (yoy).
Deflasi didorong oleh kelompok volatile fooddan administered prices. Inflasi yang terjaga rendah ini merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara
Sedangkan, inflasi kelompok inti pada Mei 2025 tercatat sebesar 0,08% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 0,31% (mtm). Perkembangan inflasi inti tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan harga beberapa komoditas global, di tengah ekspektasi inflasi yang terjaga.
Realisasi inflasi inti pada Mei 2025 disumbang terutama oleh inflasi komoditas tarif pulsa ponsel, emas perhiasan, dan kopi bubuk. Secara tahunan, inflasi inti Mei 2025 tercatat sebesar 2,40 persen (yoy), menurun dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 2,50 persen (yoy).
Baca Juga: Pemerintah Gelontorkan Rp24,44 Triliun untuk Stimulus Ekonomi
Lalu, kelompok volatile food pada Mei 2025 mengalami deflasi sebesar 2,48 persen (mtm), lebih dalam dibandingkan deflasi bulan sebelumnya sebesar 0,04 persen (mtm).
Deflasi kelompok volatile fooddisumbang terutama oleh komoditas aneka cabai dan aneka bawang didukung oleh pasokan yang meningkat seiring dengan berlangsungnya masa panen hortikultura dan meningkatnya realisasi impor bawang putih.
Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami deflasi sebesar 1,17 persen (yoy), menurun dibandingkan realisasi bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,64 persen (yoy).
Ke depan, inflasi volatile fooddiprakirakan tetap terkendali didukung oleh eratnya sinergi antara Bank Indonesia bersama TPIP dan TPID melalui GNPIP di berbagai daerah.
Selain itu, kelompok administered prices pada Mei 2025 mengalami deflasi sebesar 0,02 persen (mtm), menurun dibandingkan realisasi bulan sebelumnya yang mencatatkan inflasi sebesar 5,21 persen (mtm).
Deflasi kelompok administered prices terutama disumbang oleh komoditas angkutan antarkota seiring dengan normalisasi tarif angkutan pascaperiode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri dan komoditas bensin sejalan dengan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi.
Berita Terkait
- 
            
              Global Gonjang-ganjing, Braze: Potensi Ekonomi RI Besar!
- 
            
              OECD Ramal Ekonomi Indonesia Merosot 4,7 Persen, Pengangguran Naik Tipis di 2025
- 
            
              Deflasi Mengintai Ekonomi RI : Alarm Perlambatan di Tengah Inflasi Tipis
- 
            
              Gaji ke-13 Cair, Sri Mulyani Harap Daya Beli Masyarakat Bergairah Lagi
- 
            
              7 Jenis Investasi yang Baik Saat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melambat
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- Suzuki Ignis Berapa cc? Harga Bekas Makin Cucok, Intip Spesifikasi dan Pajak Tahunannya
- 5 HP RAM 8 GB Paling Murah Cocok untuk Gamer dan Multitasking Berat
Pilihan
- 
            
              Harga Emas Turun Tiga Hari Beruntun: Emas Jadi Cuma 2,3 Jutaan di Pegadaian
- 
            
              Indonesia Ngebut Kejar Tarif Nol Persen dari AS, Bidik Kelapa Sawit Hingga Karet!
- 
            
              Prabowo Turun Gunung Bereskan Polemik Utang Whoosh
- 
            
              Jokowi Klaim Proyek Whoosh Investasi Sosial, Tapi Dinikmati Kelas Atas
- 
            
              Barcelona Bakal Kirim Orang Pantau Laga Timnas Indonesia di Piala Dunia U-172025
Terkini
- 
            
              Update Dugaan Korupsi Kereta Cepat: Isu KPK Ogah Usut, Mark up Hingga US$ 52 Juta?
- 
            
              BJBR Catat Aset Rp215,9 Triliun Hingga Kuartal III 2025
- 
            
              Pemerintah Pusat Siap Jadi 'Bankir' Pemda dan BUMN Jika Kekurangan Duit
- 
            
              Menko Airlangga Sebut Ekonomi Indonesia Solid: Investasi Tembus Rp1.434 T, Konsumsi Tetap Kuat
- 
            
              Sentimen The Fed Tahan IHSG di Bawah Resistance 8180
- 
            
              Aceh Sedot Investasi Rp3,58 Triliun, Investor Lokal Merajai
- 
            
              Walhi Soroti Proyek Jalan Trans Halmahera yang Dinilai Berpihak Pada Korporasi Tambang Nikel
- 
            
              4 Fakta Motor Rusak Gegara Isi Pertalite di Jatim: Pertamina Rilis Hasil Investigasi
- 
            
              Viral Motor Brebet Usai Isi Pertalite di Jatim, Ini Respon Pertamina Patra Niaga
- 
            
              Harga Emas Turun Tiga Hari Beruntun: Emas Jadi Cuma 2,3 Jutaan di Pegadaian