Suara.com - Saham emiten perusahaan properti PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) meroket pada perdagangan saham hari ini, Jumat (18/7/2025). Daftar pemegang saham terbesar SSIA pun bak ketiban durian runtuh karena dalam level all time high (ATH) harganya tembus Rp2.980 per unit. Usai menembus ATH, SSIA melejit 4,17 persen ke level Rp2.750.
Dalam informasi di website resminya, saat ini 73 persen saham SSIA dilepas ke publik. Kemudian 8 persen dipegang oleh PT Arman Investments Utama dan 8 persen oleh Intrepid Investments Limited. Saham lain dimiliki oleh Pt Persada Capital Investama (7,8 persen), dan PT Surya Semesta Internusa Tbk (1,3 persen). Nama – nama perseorangan juga tercatat memegang saham yakni Johannes Suriadjaja, The Jok Tung, Wilson Effendy, dan Sonny Satianegara dengan persentase kepemilikan di bawah 0,5 persen.
Konglomerat Prajogo Pangestu dan Djarum Grup juga melirik saham SSIA. Keduanya menilai prospek SSIA bakal cerah ke depannya setelah perusahaan ini terlibat dalam pembangunan Subang Smartpolitan atau Kawasan Industri Subang, Jawa Barat. Salah satu investor di kawasan ini adalah perusahaan kendaraan listrik asal China BYD, yang dikabarkan akan beroperasi pada Januari 2026. BYD akan menempati lahan seluas 108 hektare di kawasan industri tersebut.
Selain Kawasan Industri Subang, portofolio investasi SSIA sangat beragam di antaranya Suryacipta City of Industry, Edenhaus Simatupang, Graha Surya Internusa (akan dibangun kembali sebagai SSI Tower), Hotel Gran Melia Jakarta, Melia Bali Hotel, Umana Bali, LXR Hotels & Resorts, dan BATIQA Hotels.
Selama lebih dari 50 tahun dalam bisnis properti, SSIA telah memperkuat pengakuan dan posisi brand nya sebagai salah satu perusahaan pengembang terkuat di Indonesia. Menandai tonggak sejarah sebagai perusahaan terkemuka, SSIA mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dan menjadi perusahaan publik pada tanggal 27 Maret 1997.
Pada tahun tutup buku 2024 lalu, SSIA bagikan deviden senilai Rp70,58 miliar dari laba. Besaran ini setara dengan Rp15 per lembar saham dengan yield dividen sebesar 1,33% per harga penutupan hari Jumat, 13 Juni 2025. Keputusan ini disahkan melalui pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, pada Jumat, 13 Juni 2025.
Dalam salah satu mata acara Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), perusahaan juga menyetujui perubahan susunan Direksi. Bapak The Jok Tung telah diangkat sebagai Wakil Presiden Direktur yang baru,terhitung sejak ditutupnya RUPST.Pengangkatan beliau berlaku untuk masa jabatan selama tiga tahun dan sejalan dengan komitmen strategis SSIA dalam memperkuat kepemimpinan perusahaan di tengah tantangan kondisi makroekonomi saat ini.
Presiden Direktur SSIA Johannes Suriadjaja, mengatakan, “Perseroan masih optimistis menghadapi 2025, kami berharap kedepannya bisa membagikan dividen sesuai optimisme kinerja positif Perseroan. Serta Perusahaan optimis dengan adanya pengoperasian Paradisus Bali mulai akhir tahun 2025, akan mendorong EBITDA perseroan akan meningkat cukup signifikan pada tahun 2026 dan 2027 mendatang.” ucap Johannes Suriadjaja.
Sebagai informasi, SSIA mencatat pendapatan konsolidasi sebesar Rp6.251,9 miliar untuk tahun 2024. Pendapatan tumbuh sebesar 37,8% dari Rp4.537,7 miliar yang tercatat di FY23. Peningkatan ini didorong terutama oleh kinerja yang kuat di ketiga segmen utama. Pendapatan properti meningkat sebesar 165,0% (Rp1.409,1 miliar), sementara pendapatan di segmen konstruksi dan perhotelan SSIA meningkat masingmasing sebesar 16,5% (Rp476,6 miliar) dan 4,2% (Rp38,1 miliar).
Baca Juga: Tarif Impor AS Tak Goyahkan IHSG, Menguat 0,57%
Pada kuartal pertama 2025 (1Q25) segmen properti mencatat pertumbuhan dengan kenaikan pendapatan sebesar 2,6% menjadi Rp163,8 miliar. Segmen konstruksi menunjukkan kinerja kuat dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 24,5% menjadi Rp887,6 miliar. Sementara pendapatan dari segmen perhotelan tercatat sebesar Rp99,6 miliar, turun 57,3% secara tahunan. Hal ini disebabkan oleh adanya penutupan sementara Hotel Melia Bali untuk renovasi yang dimulai pada Oktober 2024.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni
Berita Terkait
-
Saham COIN Andrew Hidayat Meroket 337 Persen dalam Sekejap, Bikin Heboh Pasar!
-
IHSG Terus Menguat Jumat Pagi, Saham COIN Kembali Terbang
-
Influencer Keuangan Kini Wajib Kantongi Izin Jika Mau Rekomendasi Saham
-
Saham COIN ARA Berhari-hari, Dirut: Bukti Antusias Investor
-
Tarif Trump Masih Jadi Katalis, IHSG Menguat Drastis ke Level 7.287 Hari Ini
Terpopuler
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 8 Bedak Translucent untuk Usia 50-an, Wajah Jadi Flawless dan Natural
- Sepatu On Cloud Ori Berapa Harganya? Cek 5 Rekomendasi Paling Empuk buat Harian
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- 5 Sepatu Lari Rp300 Ribuan di Sports Station, Promo Akhir Tahun
Pilihan
-
Hasil SEA Games 2025: Mutiara Ayu Pahlawan, Indonesia Siap Hajar Thailand di Final
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
Terkini
-
Mantapkan Papua Sebagai Hub Digital Kawasan Timur Indonesia, Layanan neuCentrIX Hadir di Jayapura
-
Purbaya Target Kantongi Rp 23 Triliun dari Bea Keluar Emas dan Batu Bara Tahun Depan
-
Indonesia Eximbank Dorong Potensi Ekspor Kemiri Nusa Tenggara Barat
-
Purbaya Ungkap Bobrok Ekspor Komoditas RI, Ungkap Kinerja Bea Cukai
-
Tak Hanya Kredit, Bank Mandiri Buka Akses Pasar Ekspor UMKM di Jabar
-
PLTA Singkarak dan PLTU Teluk Sirih Tetap Beroperasi Pasok Listrik Sumbar
-
IHSG Pecah Rekor Lagi Ditutup Tembus Level 8.710, Apa Saja Pendorongnya?
-
Jelang Nataru, Mendag Busan Ungkap Kondisi Pasokan Bahan Pokok: Harga Cabai dan Bawang Mahal
-
Alasan Purbaya Tarik Bea Keluar Batu Bara Tahun Depan: Hilirisasi hingga Dekarbonisasi
-
Rupiah Jadi Mata Uang Asia Terlemah Hari Ini