- CSIS menilai telah terjadi krisis legitimasi fiskal terhadap pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
- Gelombang demonstrasi merupakan akumulasi keresahan masyarakat atas memburuknya kondisi ekonomi.
- Pemerintah bisa membangun kembali kepercayaan fiskal melalui empati dan keteladanan.
Suara.com - Peneliti Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Deni Friawan mengatakan telah terjadi krisis legitimasi fiskal terhadap pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, yang memicu demonstrasi sejak akhir Agustus kemarin.
Ia mengatakan pemerintah perlu membangun kembali kepercayaan fiskal yang merupakan akar permasalahan dari protes besar-besaran dan menyebabkan jatuhnya banyak korban jiwa.
Gelombang demonstrasi yang merebak merupakan akumulasi keresahan masyarakat atas memburuknya kondisi ekonomi dan kepercayaan terhadap pemerintah yang kian menurun.
"Kalau pemerintah tidak bisa mengatasi akar permasalahan utamanya, krisis ini akan terus terjadi dan berulang. Karena itu, pemerintah harus bisa membangun kembali kepercayaan fiskal melalui empati dan keteladanan," kata Deni dalam media briefing di Jakarta, Selasa (2/8/2025).
Deni merinci dalam hal ini pemerintah perlu untuk menghentikan pemborosan anggaran hingga mengevaluasi tunjangan serta sikap para pejabat pemerintahan.
Langkah lain yang juga mendesak yaitu perlunya meningkatkan akuntabilitas dan transparansi anggaran, memperbaiki layanan publik, serta meninjau ulang desain program prioritas pemerintah agar lebih efisien dan berkelanjutan.
Selain itu, Deni menilai dialog terbuka perlu diperluas, tidak hanya dengan buruh tetapi juga pelaku usaha.
"Pada dasarnya, tidak ada pertentangan antara buruh dan pengusaha. Kalau kita hanya mengancam pengusaha, itu justru akan memperburuk keadaan bagi semua pihak," katanya.
Oleh karena itu, reformasi ekonomi dan perbaikan iklim usaha harus menjadi prioritas agar lapangan kerja dapat terjaga dan ekonomi kembali pulih Dalam paparannya, Deni memandang aksi massa sepekan terakhir mencerminkan beban ekonomi yang semakin berat.
Baca Juga: CSIS: Situasi Sekarang Mirip 1998, Ada Ketidakadilan dan Tekanan Ekonomi
Meski pertumbuhan ekonomi relatif stabil, distribusinya masih timpang. Tingkat kemiskinan menurun, namun kelas menengah ikut tergerus.
Begitu juga dengan tingkat pengangguran terbuka yang rendah, namun jumlah pengangguran justru naik disertai maraknya PHK dan makin dominannya pekerjaan di sektor informal.
"Singkatnya, protes-protes ini merupakan akumulasi keresahan atas kesulitan hidup dan kekecewaan atas pemerintahan," tutur Deni.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif CSIS Yose Rizal Damuri menyarankan dalam kondisi global yang tak menentu, seharusnya pemerintah lebih cermat menggunakan instrumen fiskal.
"Instrumen fiskal itu seharusnya ditujukan untuk apa yang biasa disebut oleh para ekonom sebagai anti-cyclical, ketika kondisi perekonomian sedang memburuk, malah kemudian harus didorong fiskalnya agar bisa mendorong pertumbuhan," jelasnya.
Meski demikian, ia menilai hal itu belum terlihat. Kebijakan yang digulirkan selama ini masih belum memberikan insentif yang cukup bagi dunia usaha untuk bergerak lebih aktif.
Berita Terkait
-
Indonesia Disorot Dunia: PBB Kecam Keras Kekerasan Aparat dalam Demo
-
Demo Berdarah Jadi Sorotan Dunia, PBB Desak Indonesia Lakukan 4 Hal Ini
-
Polda Metro Jaya Tetapkan 38 Tersangka Aksi Anarkis Saat Demo, Dijerat Pasal Berlapis
-
Demonstrasi 2025 dan Reformasi 1998, Akankah Sejarah Terulang Sama?
-
Pemerintah Boros dan Tambah Jabatan, CSIS Sebut Jadi Biang Kerok Krisis Kepercayaan Publik
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Mobil Keluarga Tahan Banting Anti Mogok, Mulai Rp 60 Jutaan
- Makan Bergizi Gratis Berujung Petaka? Ratusan Siswa SMAN 1 Yogyakarta Keracunan Ayam Basi
- 23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 17 Oktober: Klaim 16 Ribu Gems dan Pemain 110-113
- Jepang Berencana Keluar dari AFC, Timnas Indonesia Bakal Ikuti Jejaknya?
- Muncul Dugaan Kasus Trans7 vs Ponpes Lirboyo untuk Tutupi 4 Kasus Besar Ini
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Curigai Permainan Bunga Usai Tahu Duit Pemerintah Ratusan Triliun Ada di Bank
-
Pemerintah Buka Program Magang Nasional, Siapkan 100 Ribu Lowongan di Perusahaan Swasta Hingga BUMN
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori Besar untuk Orang Tua, Simpel dan Aman
-
Alhamdulillah! Peserta Magang Nasional Digaji UMP Plus Jaminan Sosial dari Prabowo
-
Kabar Gembira! Pemerintah Guyur BLT Ekstra Rp30 T, 17 Juta Keluarga Baru Kebagian Rezeki Akhir Tahun
Terkini
-
Suara.com Gandeng Bank Jago, Ajak Guru Cerdas Kelola Finansial dan Antisipasi Hoaks di Era Digital
-
Siapa Pemilik Indonesia Investment Authority? Luhut Usul Dana Rp50 Triliun untuk INA
-
Ripple Labs Siapkan Dana Rp 16 Triliun untuk Borong XRP
-
OJK Catat Nilai Kerugian dari Scam Capai Rp 7 Triliun
-
Biodata dan Karier Thomas Sugiarto Oentoro, Resmi Jabat Wakil Direktur Garuda Indonesia
-
Menkeu Purbaya Beri Diskon PPN 6 Persen untuk Tiket Pesawat Domestik Kelas Ekonomi
-
Mampukah Stimulus BLT Gairahkan Ekonomi Akhir Tahun?
-
Ada BLT Rp300 Ribu Cair Bulan Ini, Siapa Saja yang Berhak Menerimanya?
-
Investasi Sektor Properti dan Pariwisata di Jakarta Utara Tumbuh Signifikan
-
Hari Pangan Sedunia, BRI Peduli Komitmen Dukung Ketahanan Pangan Melalui Panen Raya BRInita