- Pendapatan Antam hingga Juni 2025 sudah mendekati pendapatan penuh perusahaan selama satu tahun pada 2024.
- Antam mencatatkan laba bersih sebesar Rp5,14 triliun.
- Aset Antam juga naik menjadi Rp48,378 triliun per Juni 2025.
Suara.com - PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mencatat pendapatan hingga Rp59,02 triliun atau nyaris Rp60 triliun hingga Juni 2025, naik bila dibandingkan dengan pendapatan perusahaan pada Juni 2024 yang sebesar Rp23,189 triliun.
Dengan demikian, pendapatan Antam per Juni 2025 mengalami peningkatan lebih dari dua kali lipat apabila dibandingkan dengan Juni 2024.
“Sampai bulan Juni, kami sudah mencapai hampir Rp60 triliun,” ucap Direktur Utama Antam Achmad Ardianto dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR, yang membidangi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Senayan, Jakarta, Senin (29/9/2025).
Ardianto menyampaikan bahwa pendapatan per Juni 2025 juga sudah mendekati pendapatan penuh perusahaan selama satu tahun pada 2024, yang per Desember 2024 mencapai Rp69,19 triliun.
Peningkatan pendapatan tersebut juga tercermin pada peningkatan laba bersih Antam. Per Juni 2025, Antam mencatatkan laba bersih sebesar Rp5,14 triliun, melampaui laba bersih perusahaan selama setahun pada 2024, yang tercatat sebesar Rp3,85 triliun per Desember 2024.
“Tentu saja harapannya kami bisa mencapai yang lebih baik lagi di akhir tahun,” kata Ardianto.
Melalui paparannya, Ardianto juga menjelaskan meningkatnya aset perusahaan, yakni dari Rp39,18 triliun per Juni 2024, naik menjadi Rp48,378 triliun per Juni 2025. Ekuitas perusahaan juga menunjukkan peningkatan dari Rp29,69 triliun per Juni 2024, naik menjadi Rp33,7 triliun per Juni 2025.
Dengan demikian, Ardianto menyimpulkan bahwa kinerja keuangan Antam terus mengalami peningkatan pada setiap tahunnya.
Pada Juni lalu, Antam membagikan dividen sebesar Rp3,6 triliun atau Rp151,77 per lembar saham pada tahun buku 2024.
Baca Juga: Harga Emas Antam Meroket, BSI Tawarkan BSI Gold di Harga Rp2.154.600/Gram
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Antam juga diungkapkan bahwa perusahaan mencatatkan pertumbuhan Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) sebesar 3 persen menjadi Rp6,73 triliun, dari sebelumnya Rp6,55 triliun.
Berita Terkait
-
Emas Antam Terbang Tinggi, Harga Per Gram Sentuh Rp 2.198.000
-
Harga Emas di Pegadaian Hari Ini: Emas Antam Bertahan di Rp 2.290.000
-
Harga Emas Antam Naik Lagi Didorong Geopolitik: Waktunya Akumulasi?
-
Harga Emas Antam Hari Ini Melandai: Sinyal Beli atau Tahan Dulu?
-
Harga Emas Antam Sentuh Level Tertinggi Sepanjang Masa, Tembus Rp2,175 Juta Per Gram
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
LPDB Koperasi Akselerasi Penyelesaian Dana Bergulir di Provinsi Bali
-
Dongkrak Produksi Minyak di Papua, SKK Migas dan Petrogas Mulai Injeksi Kimia di Lapangan Walio
-
Menperin Minta Insentif Otomotif ke Menkeu
-
Barcelona dan BRI Kolaborasi, Bayar Cicilan di BRImo Bisa Ketemu Lamine Yamal
-
IHSG Menutup 2025 di Level Tertinggi, OJK Buka Rahasia Pasar Modal RI yang Solid
-
Catatan Akhir Tahun, Aktivitas Industri Manufaktur RI Melambat
-
Cicilan HP ShopeePayLater vs Kredivo, Mana yang Lebih Murah
-
Pemerintah Tegaskan Impor Daging Sapi untuk Industri Bukan Kosumsi Masyarakat
-
Catatan Akhir Tahun: Waspada Efek 'Involusi' China dan Banjir Barang Murah di Pasar ASEAN
-
Pencabutan Insentif Mobil Listrik Perlu Kajian Matang di Tengah Gejolak Harga Minyak