-
Garuda Indonesia (GIAA) menerima suntikan modal US$1,84 Miliar (Rp30,5 triliun) dari BPI Danantara melalui skema private placement untuk pemulihan grup pasca-restrukturisasi.
-
Citilink menjadi penerima alokasi dana terbesar (49%), digunakan untuk penguatan modal kerja, operasional, dan pembayaran utang bahan bakar Pertamina.
-
Langkah ini bertujuan mengatasi ekuitas negatif GIAA dan memulihkan kinerja operasional Citilink yang krusial bagi kesehatan finansial Garuda Group.
Suara.com - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) transportasi, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) dipastikan menerima dukungan modal jumbo dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), atau melalui entitasnya PT Danantara Asset Management (DAM).
Suntikan dana ini dilakukan melalui skema Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau private placement.
Total dana yang disuntikkan mencapai US$1,84 miliar, atau berkisar Rp30,5 triliun. Angka ini terdiri dari penyetoran modal tunai senilai US$1.441.320.636, serta konversi utang senilai US$405 juta menjadi saham.
Utang yang dikonversi ini terkait erat dengan perjanjian pinjaman pemegang saham antara Garuda, DAM, dan Citilink.
Citilink Jadi Penerima Dana Terbesar (49%)
Dalam langkah restrukturisasi dan pemulihan kinerja Garuda Group, Citilink menjadi sorotan utama dan penerima alokasi dana terbesar dari total private placement ini.
Secara total, 49% dari Rp30,5 triliun dana tersebut akan dialokasikan langsung untuk penguatan anak usaha maskapai berbiaya rendah (LCC) tersebut.
Rincian alokasi untuk Citilink mencakup tiga pos vital:
- 37% Dana untuk Modal Kerja dan Operasional: Porsi terbesar dialokasikan untuk peningkatan modal pada Citilink. Dana ini akan digunakan untuk membiayai modal kerja dan operasional maskapai, termasuk pembayaran biaya perawatan dan perbaikan pesawat.
- 12% Dana untuk Utang Bahan Bakar: Dana ini secara spesifik akan digunakan untuk membayar utang pembelian bahan bakar pesawat Citilink dari Pertamina yang terakumulasi selama periode 2019 hingga 2021.
- Sebagian dari 22% Dana untuk Ekspansi Armada: Alokasi untuk ekspansi armada GIAA dan Citilink akan memastikan maskapai dapat memperbarui dan menambah jumlah pesawatnya untuk meningkatkan kapasitas penerbangan.
Penguatan signifikan pada Citilink ini menunjukkan strategi Garuda Group untuk fokus pada pemulihan anak perusahaannya yang berpotensi tumbuh cepat di tengah pemulihan trafik penerbangan.
Baca Juga: Purbaya Mau Temui CEO Danantara usai 'Semprot' Pertamina Malas Bangun Kilang Minyak
Alasan di Balik Aksi Korporasi Jumbo
Keputusan Garuda untuk melaksanakan private placement ini didasarkan pada beberapa kondisi yang menghambat transformasi perusahaan pasca restrukturisasi penyelamatan pada tahun 2022:
- Restrukturisasi Belum Menjangkau Anak Usaha: Restrukturisasi penyelamatan sebelumnya difokuskan pada GIAA sebagai induk, tetapi belum menyertakan anak usahanya, termasuk Citilink. Hal ini menyebabkan kinerja operasional Citilink tetap terhambat.
- Hambatan Ekuitas Negatif: GIAA belum berhasil membukukan ekuitas positif, yang menghambat akses pendanaan dan menimbulkan potensi delisting (penghapusan pencatatan saham) dari bursa.
- Kinerja Operasional Menurun: Adanya peningkatan realisasi biaya pemeliharaan (maintenance) dan restorasi pesawat telah menyebabkan kinerja operasional GIAA dan Citilink menurun.
- Pendanaan Mandek: Rencana rights issue tahap II untuk investor strategis belum terealisasi.
Aksi korporasi ini diharapkan dapat mengatasi hambatan tersebut, khususnya dengan menyelesaikan masalah keuangan dan operasional Citilink yang dianggap krusial bagi kesehatan Garuda Group secara keseluruhan.
Untuk melaksanakan PMTHMETD, manajemen GIAA akan meminta persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang dijadwalkan pada 12 November 2025 di Tangerang.
Konsekuensi dari aksi korporasi ini adalah persentase kepemilikan saham publik akan terdilusi secara signifikan, dari semula 27,46% menjadi hanya 5,03%.
Berita Terkait
Terpopuler
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 Oktober: Ada 20.000 Gems dan Pemain 110-113
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Kedua 6-12 Oktober 2025
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Harga Emas Naik Berturut-turut! Antam Tembus Rp 2,399 Juta di Pegadaian, Rekor Tertinggi
-
Pihak Israel Klaim Kantongi Janji Pejabat Kemenpora untuk Datang ke Jakarta
-
Siapa Artem Dolgopyat? Pemimpin Atlet Israel yang Bakal Geruduk Jakarta
-
Seruan Menggetarkan Patrick Kluivert Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V60 Lite 4G vs vivo V60 Lite 5G, Kenali Apa Bedanya!
Terkini
-
BSI Bongkar Ironi Perbankan Syariah RI: Aset Raksasa, Tapi Penetrasi Pasar Masih Tidur
-
Harga Emas Dunia Cetak Rekor, Diprediksi Masih Terus Meroket dalam Waktu Dekat
-
Promo Superindo: Hari Ini Terakhir, Ada Mami Poko DIapers Diskon Hingga 40 Persen
-
Rupiah Masih Meriang Lawan Dolar Amerika, Sentuh Level Rp 16.617
-
Dinilai Tepat Sasaran, Pengamat Sebut Kebijakan Diskon Tarif Listrik Layak Dilanjut
-
Tambahan Kepemilikan Saham 12 persen PT Freeport, Bahlil: Saya Nyatakan Final!
-
IHSG Dibuka Menghijau Tembus Level 8.200, Hari Ini Masih Tren Bullish
-
Emas Antam Pecah Rekor Lagi, Cek Deretan Harganya Hari Ini
-
Arus Modal Asing Banyak yang Kabur, Investasi Indonesia Kalah dari Korea
-
Bahlil Jawab Kritikan DPR soal PP Minerba yang Tak Kunjung Terbit!