Bisnis / Properti
Rabu, 08 Oktober 2025 | 15:16 WIB
Menteri Investasi Rosan Perkasa Roeslani pada Rabu (8/10/2025) mengatakan pemerintah sedang melakukan negosiasi restrukturisasi utang kereta cepat dengan China. [Antara/Fauzan]
Baca 10 detik
  • Restrukturisasi utang kereta cepat tidak sekadar perbaikan jangka pendek, melainkan mencakup reformasi menyeluruh.
  • Negosiasi berlangsung antara pemerintah Indonesia dengan perusahaan mitra serta pemerintah China.
  • Restrukturisasi utang KCIC berpotensi memengaruhi rencana pembangunan proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya. 

Suara.com - Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Perkasa Roeslani menyampaikan pemerintah sedang dalam proses negosiasi untuk restrukturisasi utang kereta cepat

Negosiasi restrukturisasi utang proyek PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) antara pemerintah dan perusahaan mitra dari China guna menyepakati struktur pembiayaan baru yang lebih berkelanjutan.

"Iya, sedang berjalan dengan pihak China, baik dengan pemerintah China (negosiasi) sedang berjalan," kata Rosan di Jakarta, Rabu (8/10/2025).

Dia menerangkan, restrukturisasi utang kereta cepat tidak sekadar perbaikan jangka pendek, melainkan mencakup reformasi menyeluruh terhadap struktur pembiayaan agar risiko serupa tidak terulang pada masa mendatang.

"Untuk kita maunya bukan restrukturisasi yang sifatnya kemungkinan potensi problemnya ke depan itu ada. Jadi kita mau melakukan reformasi secara keseluruhan. Jadi begitu kita restrukturisasi, ke depannya tidak akan terjadi lagi hal-hal seperti ini, seperti keputusan default dan lain-lain," ujarnya.

Lebih lanjut, Rosan tidak menampik bahwa proses restrukturisasi utang KCIC berpotensi memengaruhi rencana pembangunan proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya. Namun, menurutnya, ranah teknis proyek lanjutan tersebut akan lebih ditangani oleh Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan.

“Kalaupun ini yang (kereta cepat) Jakarta-Surabaya dilaksanakan, strukturnya itu adalah struktur yang benar-benar sustainable," kata Rosan.

Rosan menyebut, skema restrukturisasi bakal dirampungkan terlebih dahulu bersama pihak China sebelum diumumkan ke publik. Adapun proyek ini yang merupakan proyek strategis nasional (PSN) ini menjadi sorotan karena beban utang yang harus ditanggung oleh PT KAI.

Total biaya proyek mencapai 7,27 miliar dolar AS atau sekitar Rp118,9 triliun, termasuk pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar 1,2 miliar dolar AS. Sejak digarap pada 2016, proyek ini telah menjadi perhatian publik karena kompleksitas finansial.

Baca Juga: Bantal Whoosh Raib Digondol Penumpang, KCIC Gercep Ringkus Pelaku Berkat Rekaman CCTV

Sebagaimana diketahui, KCIC merupakan perusahaan patungan antara konsorsium BUMN PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan konsorsium perusahaan perkeretaapian China melalui Beijing Yawan HSR Co. Ltd.

Dalam pengembangannya, KCIC beroperasi tanpa bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun jaminan Pemerintah Indonesia.

Pembangunan proyek Kereta Cepat Whoosh diperoleh dari dana pinjaman China Development Bank (75 persen). Sedangkan 25 persen merupakan setoran modal pemegang saham, yaitu gabungan dari PSBI (60 persen) dan Beijing Yawan HSR Co. Ltd. (40 persen).

Komposisi pemegang saham PSBI yaitu PT Kereta Api Indonesia (Persero) 58,53 persen, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk 33,36 persen, PT Perkebunan Nusantara I 1,03 persen, dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk 7,08 persen.

Adapun komposisi pemegang saham Beijing Yawan HSR Co. Ltd yaitu CREC 42,88 persen, Sinohydro 30 persen, CRRC 12 persen, CRSC 10,12 persen, dan CRIC 5 persen.

Load More