Bisnis / Ekopol
Jum'at, 17 Oktober 2025 | 19:30 WIB
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dalam survei terbaru Strategic and Political Insight Network (SPIN menempati peringkat kedua sebagai menteri berkinerja terbaik (Dok: Kementan)

Suara.com - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman kembali mencatatkan capaian membanggakan. Berdasarkan survei terbaru Strategic and Political Insight Network (SPIN), Amran menempati peringkat kedua sebagai menteri berkinerja terbaik di Kabinet Indonesia Maju dengan tingkat apresiasi publik mencapai 67,3 persen.

Survei SPIN dilakukan terhadap 1.600 responden di 38 provinsi pada 1–9 Oktober 2025 menggunakan metode multistage random sampling, dengan margin of error ±2,45 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. Hasil survei menempatkan Amran di klaster menteri berkinerja terbaik, hanya terpaut tipis dari Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’thi yang berada di posisi pertama dengan 67,5 persen.

Dalam laporannya, Direktur Eksekutif SPIN Mawardin Sidik menjelaskan bahwa klaster menteri berkinerja tinggi ini terdiri dari mereka yang “berhasil menjalankan program prioritas secara nyata dan komunikatif, dengan capaian yang dirasakan langsung oleh masyarakat, khususnya di bidang pelayanan publik.”

Posisi Amran di klaster tersebut menegaskan konsistensi kebijakan Kementerian Pertanian yang berhasil menjaga stabilitas pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani.

Apresiasi publik terhadap sektor pertanian juga tampak dalam survei Litbang Kompas (Oktober 2025), yang mencatat 71,5 persen masyarakat puas terhadap kinerja Kementerian Pertanian. Peneliti Litbang Kompas Agustina Purwanti menjelaskan bahwa kepuasan publik tersebut muncul karena kebijakan pangan pemerintah dinilai efektif dan dirasakan langsung oleh masyarakat.

“Kepuasan responden terhadap kinerja Kementerian Pertanian di angka 71,5 persen. Ini karena banyak hal yang sudah dilakukan Kementerian Pertanian berkaitan dengan pangan yang memang diturunkan oleh program pemerintah,” ujar Agustina.

Dari sisi capaian faktual, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) pada September 2025 mencapai 124,36, tertinggi dalam lima tahun terakhir. Angka ini menunjukkan peningkatan daya beli dan kesejahteraan petani di seluruh Indonesia.
Sementara itu, stok beras nasional mencapai 4,2 juta ton, tertinggi sejak Bulog berdiri, yang turut mendorong terjadinya deflasi beras 0,13 persen pada September 2025 — pertama kalinya dalam lima tahun terakhir.

Sebagai informasi, produksi beras nasional tahun 2025 menunjukkan lonjakan signifikan dan mendekati proyeksi lembaga internasional seperti Food and Agriculture Organization (FAO) dan United States Department of Agriculture (USDA).

Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi beras Januari–November 2025 mencapai 33,19 juta ton, naik 12,62 persen dibanding periode yang sama tahun 2024 (29,47 juta ton). USDA menyebutkan bahwa produksi beras Indonesia diperkirakan mencapai 34,6 juta ton pada tahun ini, sedangkan FAO memprediksi capaian mencapai 35,6 juta ton pada masa tanam 2025/2026.

Baca Juga: Kementan Pastikan Perkuat Tata Kelola Pupuk 2026: Sudah Dimulai Dari Aspek Perencanaan

Angka produksi Januari–November 2025 ini tidak hanya melampaui capaian tahun sebelumnya, tetapi juga menjadi yang tertinggi dalam tujuh tahun terakhir. Sebelumnya, capaian produksi tertinggi tercatat pada tahun 2022 sebesar 31,54 juta ton.

Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Prof. Lilik Sutiarso, menilai tren tersebut menunjukkan bahwa target swasembada pangan 2025 sudah di depan mata.

“Target swasembada pangan yang semula empat tahun kini dipercepat menjadi satu tahun oleh pemerintah. Produktivitas pertanian meningkat dan dukungan infrastruktur sudah menyeluruh,” kata Prof. Lilik.

Menanggapi hasil survei dan capaian tersebut, Mentan Amran Sulaiman menegaskan bahwa swasembada pangan bukan lagi cita-cita, tetapi target realistis yang akan tercapai pada akhir 2025.

“Insyaallah, tahun ini kita capai swasembada pangan. Tidak ada lagi impor beras. Negara hadir untuk petani — menaikkan HPP gabah menjadi Rp6.500 per kilogram, memastikan pupuk subsidi 100 persen tersalurkan, dan menjaga stok beras tertinggi dalam dua dekade terakhir,” tegas Amran.

Dengan dukungan kebijakan yang terukur, peningkatan produksi yang berkelanjutan, serta kepercayaan publik yang tinggi, Indonesia kini berada di ambang sejarah baru — mencapai swasembada pangan 2025 dan menegaskan kedaulatan pangan sebagai pilar kesejahteraan nasional.***

Load More