Bisnis / Makro
Kamis, 06 November 2025 | 20:53 WIB
Menteri UMKM Maman Abdurrahman menuding Bea Cukai dibalik banjir pakaian bekas impor yang merugikan UMKM. [Suara.com/Rina Anggraeni]
Baca 10 detik
  • Menteri UMKM Maman Abdurrahman menuding Bea Cukai dibalik banjir pakaian bekas impor yang merugikan UMKM.
  • Maman meminta Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa untuk menertibkan Bea Cukai.
  • Indonesia menerima 1.800 ton barang baju bekas dari luar negeri pada tahun ini.

Suara.com - Menteri Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman mengungkapkan banyak pengaduan mengenai persoalan thrifting atau jual beli pakaian bekas impor dari para pedagang kecil.

Padahal, kebijakan thrifting tidak semuanya ada di Kementerian UMKM. Dia pun mengatakan bahwa oknum Pegawai Bea Cukai sebagai pihak yang membuka akses keran impor baju bekas tersebut.

"Urusan KUR, datang ke Menteri UMKM. Oke, tetapi pelaksanaannya bank penyalur. Urusan thrifting, nah ini. Urusan thrifting, mengadunya ke Menteri UMKM, tapi yang ngebuka akses, oknum-oknum di Bea Cukai," ujar Maman dalam Pembukaan Expo Keuangan dan Seminar Syariah (EKSiS) di Lippo Mall Nusantara, Jakarta, Kamis (6/11/2025).

Dia pun meminta agar Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menertibkan keran impor barang pakaian bekas yang dilakukan oknum bea cukai. Tentunya hal ini direspon cepat oleh Menkeu Purbaya dalam menghentikan modus thrifting.

"Alhamdulillah, kemarin kita sentil aja. Itu tolong bea cukai, oknum-oknum bea cuka ditertiban. Alhamdulillahnya Menteri Keuangannya gercep. Yes, ditutup. Alhamdulillah baru rame lagi UMKM," bebernya.

Maman mengingatkan bahwa persoalan baju bekas impor ini harus ditutup dari sisi hulu terlebih dahulu. Hal ini agar UMKM di Indonesia bisa mendapatkan keuntungan.

"Jadi sehebat-hebat apapun kita, memberikan pendampingan kepada UMKM dan lain sebagainya, tapi kalau alur barang dari awalnya hulunya ini masih buka, nggak akan mungkin bisa. Nah, alhamdulillah kemarin untuk barang-barang bekas itu thrifting udah ditutup, ceklek," bebernya.

Dia pun mengumpulkan asosiasi-asosiasi hingga produsen-produsen lokal agar memproduksi barang pakaian bekas dengan kualitas yang lebih bagus. Hal ini untuk menggantikan produk thrifting.

"Nanti kita dorong mereka untuk substitusi, menggantikan produk-produk barang bekas itu. Ini sebuah langkah terobosan yang menurut saya kebijakan yang win-win solution. Jadi kita tidak hanya menutup di hulunya saja, tapi kita cari solusi supaya mereka tetap bisa berdagang," ujar dia.

Baca Juga: Geledah Kantor Bea Cukai, Kejagung Ogah Beberkan Detail Kasusnya, Mengapa?

Lebih lanjut Maman menerangkan Indonesia menerima 1.800 ton barang baju bekas dari luar negeri pada tahun ini. Angka ini terus naik selama empat tahun terakhir.


"Data tahun 2021, impor barang-barang bekas, baju-baju bekas, yang masuk dari luar negeri ke Indonesia itu hanya 7 ton per tahun. 2021. 2022, naik 12 ton. 2023, 12 ton. 2024, 3.600 ton. 2025 per Agustus ini kurang lebih sekitar 1.800 ton," kata Maman.

Dia membeberkan beberapa pakaian bekas yang dari luar negeri dijual dengan harga murah. Salah satunya kerudung yang masuk ke Indonesia di jual seharga Rp2.000. Tentunya dengan pakaian bekas ini memukul UMKM di Indonesia.

"Barang-barang impor itu, barang-barang impor dari China, dijual dengan harga 1.000 perak, 2.000 perak, contoh jilbab. Jilbab itu bayangkan, dijual itu harganya kurang lebih 2.000 perak, 3.000 perak.Hancur pengusaha-pengusaha kita, produsen-produsen kita di UMKM," tutup dia.

Load More