Suara.com - Banyak orangtua mengurangi waktu anak-anak mereka untuk bermain video game, karena dirasa memberikan dampak buruk terhadap prestasi buah hati mereka. Tapi, tahukah Anda jika game tak selamanya buruk untuk anak-anak lho.
Sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa jenis game tertentu dapat meningkatkan kemampuan empati pada anak-anak serta membantu mereka memiliki keterampilan.
Dalam studi tersebut, tim secara acak memilih 150 anak-anak dari sekolah menengah ke dalam dua kelompok. Satu memainkan permainan eksperimental, yang disebut "Crystals of Kaydor", yang diciptakan khusus untuk penelitian dan dimaksudkan untuk mengajarkan pemainnya rasa empati.
Kelompok kedua memainkan permainan kontrol yang tersedia secara komersial dan menghibur yang disebut "Bastion" yang tidak menargetkan empati.
Dalam waktu dua minggu, tim menemukan konektivitas yang lebih kuat dalam jaringan otak yang terkait dengan rasa empati setelah para siswa bermain game "Crystals of Kaydor" dibandingkan dengan "Bastion".
Selain itu, pemain "Crystals of Kaydor" juga menunjukkan konektivitas saraf yang memperkuat jaringan otak utama untuk regulasi emosi. Skor mereka juga lebih tinggi pada tes empati daripada mereka yang bermain "Bastion".
"Kesadaran bahwa keterampilan dan empati sebenarnya dapat dilatih dengan game. Ini penting karena keduanya adalah pelajaran sepanjang hidup, dan dapat dipraktekkan kapan saja dengan atau tanpa video game," kata penulis utama Tammi Kral, mahasiswa pascasarjana di Universitas Wisconsin-Madison di AS.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science of Learning, menjelaskan bahwa empati adalah langkah pertama dalam urutan yang dapat mengarah pada perilaku pro-sosial, seperti membantu orang lain yang membutuhkan.
"Jika kita tidak dapat belajar empati dengan kesulitan atau masalah orang lain, motivasi untuk membantu tidak akan muncul," kata Richard Davidson, Profesor di Universitas Wisconsin-Madison, AS.
Baca Juga: Supermodel Project dan 99 DJ Meriahkan Magnifique Indonesia
"Aspirasi jangka panjang kami untuk penelitian ini adalah bahwa game dapat dimanfaatkan untuk kebaikan. Jika industri game dan konsumen sadar akan hal ini, diharapkan mereka dapat membuat permainan video yang mengubah otak dengan cara yang mendukung kualitas yang berbudi luhur daripada kualitas destruktif," lanjut Richard.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia