Suara.com - Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran memperingatkan ibuprofen pada membuat gejala penyakit yang disebabkan virus corona baru memburuk. Hal ini diumumkan olehnya melalui cuitan Twitter pada Sabtu (14/3/2020).
"Menggunakan anti-inflamasi (ibuprofen, cortisone) bisa menjadi faktor dalam memperburuk infeksi. Dalam kasus demam, minum parasetamol. Jika Anda sudah minum obat anti-inflamasi, mintalah saran dokter Anda," cuitnya.
Baik ibuprofen maupun paracetamol memang dapat menurunkan suhu dan membantu gejala seperti flu. Namun, ibuprofen dan obat anti-inflamasi nonsteroid lainnya (NSAID) tidak cocok untuk semua orang dan dapat menyebabkan efek samping, terutama orang dengan masalah asma, jantung, dan peredaran darah, lapor BBC.
Namun, bagi pasien yang sudah menggunakan ibuprofen, seperti yang dikatakan Veran, tidak boleh berhenti tanpa berkonsultasi dengan dokter.
Layanan Kesehatan Inggris NHS sebelumnya merekomendasikan paracematol dan ibuprofen, tetapi mereka sudah mengubah sarannya.
"Saat ini tidak ada bukti kuat bahwa ibuprofen dapat memperburuk coronavirus (Covid-19) ... Sampai kita memiliki lebih banyak informasi, konsumsi lah paracetamol untuk obati gejala virus corona baru. Kecuali jika dokter memberi tahu paracetamol tidak cocok untuk Anda," tulis NHS dalam laman resminya.
Dilaporkan The Jerusalem Post, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mendukung pernyataan ini, sementara para ahli sedang menyelidikinya untuk memberikan panduan lebih lanjut.
"Sementara itu, kami merekomendasikan penggunaan paracetamol, dan jangan menggunakan ibuprofen sebagai pengobatan sendiri. Itu penting," tutur juru bicara WHO Christian Lindmeier.
Sebuah studi baru-baru ini dalan jurnal medis The Lancet berteori bahwa suatu enzim yang didorong oleh ibuprofen dapat memungkinkan dan memperburuk infeksi Covid-19.
Baca Juga: Menteri Kesehatan Prancis Ingatkan Ibuprofen Bisa Perburuk Pasien Corona
Dr Charlotte Warren-Gash, dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, mengatakan bahwa sangat masuk akal untuk tetap menggunakan paracetamol sebagai pilihan pertama, terutama untuk pasien yang rentan.
Meski begitu, sebenarnya hingga kini belum ada penelitian terkait ibuprofen dan SARS-CoV-2. Namun, ada beberapa infeksi saluran pernapasan lain yang menunjukkan penggunaan obat satu ini terkait dengan banyak komplikasi meski mereka tidak tahu apakah hal itu murni disebabkan oleh ibuprofen, kata Paul Little, seorang profesor penelitian perawatan primer di Universitas Southampton.
Berita Terkait
-
Kasus TBC di Jakarta Capai 49 Ribu, Wamenkes: Kematian Akibat TBC Lebih Tinggi dari Covid-19
-
Anggaran Daerah Dipotong, Menteri Tito Minta Pemda Tiru Jurus Sukses Sultan HB X di Era Covid
-
Korupsi Wastafel, Anggota DPRK Aceh Besar jadi Tersangka usai Polisi Dapat 'Restu' Muzakir Manaf
-
Indonesia Nomor 2 Dunia Kasus TBC, Menko PMK Minta Daerah Bertindak Seperti Pandemi!
-
Korupsi Wastafel Rp43,59 Miliar saat Pagebluk Covid-19, SMY Ditahan Polisi
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 5 Rekomendasi Bedak Tabur untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Halus dan Segar
Pilihan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
Terkini
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja