Suara.com - Anak-anak Meninggal karena Sindrom Peradangan Langka, Dampak Virus Corona?
Dampak virus Corona pada anak-anak diyakini cukup parah, bahkan menimbulkan sindrom peradangan langka. Apa maksudnya?
Dilansir DW, Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock menyebut ada beberapa anak yang meninggal dunia karena sindrom peradangan langka. Celakanya, mereka meninggal tanpa adanya gangguan kesehatan mendasar sebelumnya.
Diyakini, kematian anak-anak ini terkait dengan pandemi virus Corona Covid-19.
Pakar medis Italia dan Inggris sedang menyelidiki kemungkinan hubungan antara pandemi virus corona dan penyakit radang parah di antara bayi yang tiba di rumah sakit dengan demam tinggi dan arteri membengkak.
Sebelumnya, para dokter di Italia utara, salah satu kawasan terparah pandemi Covid-19, juga telah melaporkan angka kematian tinggi pada anak-anak di bawah usia 9 tahun dengan kasus parah yang mereka katakan mirip penyakit yang lebih umum di beberapa bagian Asia.
"Ada beberapa anak meninggal, yang tidak punya kondisi kesehatan yang mendasarinya," kata Hancock kepada LBC Radio.
"Ini adalah penyakit baru yang kami pikir mungkin disebabkan oleh virus corona, tapi kami tidak yakin 100 persen karena beberapa anak yang mendapatkannya belum dites positif. Jadi kami sekarang melakukan banyak penelitian, tapi itulah yang kami khawatirkan saat ini," lanjutnya lagi.
Sebelumnya, Profesor Stephen Powis, direktur medis NHS Inggris, pada Senin (27/4/2020) malam, telah meminta para ahli untuk menyelidiki fenomena baru tersebut.
Baca Juga: Mengenal Sindrom Kawasaki, Bisa Muncul Akibat Komplikasi Covid-19 pada Anak
"Kami telah mengetahui dalam beberapa hari terakhir laporan penyakit parah pada anak-anak telah terjadi," ujar Stephen Powis dilansir dari NZ Herald, Selasa (28/4/2020).
"Itu mungkin merupakan penyakit Kawasaki--penyakit peradangan yang dapat menimbulkan komplikasi jangka panjang pada jantung," tambahnya.
Kendati belum bisa memastikan apakah peningkatan jumlah pasien anak-anak di rumah sakit berkaitan langsung dengan infeksi Covid-19, para pakar tetap berpikir ke arah sana.
"Ini adalah situasi yang sangat langka tapi saya pikir itu sepenuhnya masuk akal bahwa ini disebabkan oleh virus tersebut (Corona)," ujar Profesor Chris Whitty, kepala petugas medis.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan