Suara.com - Menggunakan virus yang dilemahkan di laboratorium, para ilmuwan di seluruh dunia menciptakan puluhan kandidat vaksin untuk melawan virus corona, dan mereka melakukannya dengan secara cepat.
Sebagian besar kandidat vaksin masih dalam tahap praklinis, artinya masih sedang diuji pada hewan atau di laboratorium, tetapi beberapa di antaranya telah mencapai uji coba pada manusia.
Uji klinis semacam itu dipecah menjadi tiga hingga empat tahap, dengan tahap sebelumnya (fase 1/ fase 2) memeriksa keamanan, dosis, dan kemungkinan efek samping dan kemanjuran (seberapa baik kinerjanya dalam memerangi patogen) vaksin.
Namun, kunci untuk mendapatkan kandidat vaksin yang disetujui adalah menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam uji coba fase 3 lebih lanjut.
Dalam uji coba fase 3, peneliti menguji keampuhan vaksin, sambil memantau reaksi merugikan pada ratusan hingga ribuan sukarelawan.
BPOM AS kemudian menyetujui vaksin jika percobaan menunjukkan itu aman dan efektif, dan manfaat vaksin lebih besar daripada risikonya.
Dilansir Live Science, berikut kandidat vaksin Covid-19 yang paling menjanjikan:
1. Vaksin Oxford/Astra Zeneca
Vaksin yang disebut ChAdOx1 nCoV-19 dibuat dari versi lemah dari virus flu biasa (adenovirus), yang menginfeksi simpanse.
Baca Juga: Warga Makassar Banyak Tak Patuhi Protokol Covid-19, Gubernur Sulsel Pusing
Peneliti secara genetik mengubah virus sehingga tidak dapat bereplikasi pada manusia dan menambahkan gen ke kode untuk protein lonjakan yang digunakan virus corona untuk menginfeksi sel manusia.
Secara teori, vaksin akan 'mengajarkan' tubuh untuk mengenali lonjakan ini, sehingga ketika seseorang terpapar, sistem kekebalan dapat menghancurkannya
2. Sinovac Biotech
Vaksin PiCoVacc yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech asal Beijing diketahui dapat melindungi monyet kera rhesus dari infeksi virus corona.
Perusahaan, yang menunjukkan vaksin tersebut aman dan efektif dalam uji klinis awal, sedang merekrut untuk uji klinis fase 3 dengan 8.870 peserta di Brasil.
Vaksin ini terdiri dari versi tidak aktif dari virus SARS-CoV-2. Vaksin yang tidak aktif adalah versi mati dari patogen penyebab Covid-19. Ini berbeda dengan vaksin dari virus yang dilemahkan.
3. Moderna/ National Institute of Allergy and Infectious Diseases US
Kandidat vaksin ini (mRNA-1273), dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi AS Moderna dan National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID), adalah yang pertama kali diuji pada manusia di AS.
Vaksin Moderna bergantung pada teknologi yang belum digunakan dalam vaksin yang disetujui sampai saat ini, yaitu menggunakan sepotong materi genetik yang disebut messenger RNA (mRNA).
Vaksin mRNA, terdiri dari bahan genetik yang mengajarkan sel untuk membangun protein virus sendiri (dalam hal ini, protein lonjakan virus corona).
Baik vaksin tradisional maupun mRNA memicu respons imun dalam tubuh sehingga jika seseorang secara alami terpapar virus, tubuh dapat dengan cepat mengenali dan melawannya.
4. CanSino Biologics / Institut Bioteknologi Beijing
CanSino Biologics, bekerja sama dengan Institut Bioteknologi Beijing, mengembangkan kandidat vaksin menggunakan adenovirus yang dilemahkan.
Berbeda dengan vaksin Oxford, CanSino Biologics menggunakan adenovirus yang menginfeksi manusia.
Bersama dengan Moderna, kelompok ini juga menerbitkan hasil dari uji coba fase 2 mereka pada 20 Juli di jurnal The Lancet.
Studi ini tidak menemukan efek samping yang serius, meski beberapa melaporkan reaksi ringan atau sedang termasuk demam, kelelahan dan nyeri di tempat suntikan. Sekitar 90% dari peserta mengembangkan respon sel-T dan sekitar 85% mengembangkan antibodi penawar.
5. Sinopharm
Grup Farmasi Nasional China (Sinopharm) milik negara memiliki dua vaksin dalam pembuatannya, keduanya dalam bentuk SARS-CoV-2 yang tidak aktif.
Vaksin-vaksin ini dikembangkan oleh Institut Produk Biologi Beijing dan Institut Produk Biologi Wuhan.
Menurut media pemerintah China, vaksin dapat diap digunakan publik pada akhir 2020.
6. Pfizer / BioNTech / Fosun Pharmaceutical
Pfizer dan perusahaan bioteknologi Jerman, BioNTech, mengembangkan vaksin yang menggunakan messenger RNA untuk mendorong sistem kekebalan untuk mengenali virus corona.
Pfizer mengumumkan hasil baru (dalam siaran pers, sehingga temuan tersebut tidak ditinjau oleh rekan sejawat atau peer-review) bahwa vaksin juga mendorong produksi sel-T khusus untuk virus corona.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
BBM RI Dituding Mahal Dibandingkan Malaysia, Menkeu Purbaya Bongkar Harga Jual Pertamina
-
Menkeu Purbaya Punya Utang Rp55 Triliun, Janji Lunas Oktober
-
Ngeri Tapi Nagih! Ini Lho Alasan Psikologis Kenapa Kita Doyan Banget Nonton Film Horor
-
Daftar 46 Taipan yang Disebut Borong Patriot Bond Danantara, Mulai Salim, Boy Thohir hingga Aguan
-
Pilih Gabung Klub Antah Berantah, Persis Solo Kena Tipu Eks Gelandang Persib?
Terkini
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!
-
Jantung Sehat di Usia Muda: 5 Kebiasaan yang Wajib Kamu Tahu!
-
Infeksi Silang di Rumah Sakit? Linen Medis Antivirus Ini Jadi Solusi!
-
Golden Period Jadi Kunci, RS Ini Siapkan Layanan Cepat Tangani Stroke
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis