Suara.com - Kasus virus Corona Covid-19 di Kolombia semakin meningkat secara pesat, sementara Brasil mengklaim penurunan kasus terjadi.
Dilansir ANTARA, angka kasus virus corona di Kolombia pada Rabu (19/8) melampaui 500.000 sementara kematian hampir menembus angka 16.000 pada saat negara itu akan segera mengakhiri masa lima bulan karantina wilayah.
Negara Pegungungan Andes tersebut sejauh ini mencatat total 502.178 kasus COVID-19, menurut kementerian kesehatan, dan 15.979 kematian. Kasus aktif berjumlah 158.893.
Presiden Ivan Duque pada akhir Maret mulai memberlakukan penguncian secara nasional dalam upaya memperlambat penyebaran virus.
Sebagian besar jenis usaha sudah mulai dibuka kembali atau diizinkan beroperasi melalui sistem pengantaran.
Penguncian ditetapkan akan terus berlaku hingga akhir Agustus. Pembatasan lebih ketat diterapkan di daerah-daerah permukiman di Ibu Kota Bogota, yang menunjukkan angka infeksi lebih tinggi.
Sepertiga dari keseluruhan jumlah kasus COVID-19 di Kolombia ditemukan di Bogota.
Kapasitas unit-unit perawatan intensif di Bogota terisi hingga 82 persen persen, menurut otoritas kesehatan daerah.
Sementara itu di Brasil, Kementerian Kesehatan menyatakan penyebaran virus corona di negaranya kemungkinan tengah melambat.
Baca Juga: Takut Tertular Corona, Istri Larang Suami Masuk Rumah Meski Sudah Karantina
Pernyataan itu melihat laporan kasus baru yang telah turun secara bertahap dalam beberapa minggu terakhir.
Menurut data kementerian, Brasil telah melihat penurunan jumlah kasus baru Covid-19 selama sepekan menjadi 304.684 minggu lalu, sebelumnya paling banyak mencapai 319.653 salam satu minggu pada 25 Juli.
Jumlah kematian mingguan juga turun menjadi 6.755 dari puncaknya 7.677 di minggu terakhir bulan Juli.
Sebuah studi oleh Imperial College London menunjukkan bahwa untuk pertama kalinya sejak April, minggu ini Brasil mencatat tingkat penularan di bawah R1.
Apa yang disebut "R rate" di bawah 1 menunjukkan bahwa setiap orang yang terinfeksi akan menginfeksi kurang dari 1 orang, sehingga mengurangi epidemi.
"Di satu sisi, ini adalah tren. Kami harus melihat bagaimana penyakit itu berperilaku dalam dua minggu ke depan untuk melihat apakah ada penurunan yang signifikan," kata Arnaldo Medeiros, Sekretaris Pengawasan Kesehatan dikutip dari Channel News Asia.
Berita Terkait
-
Oscar Menyerah Usai Alami Masalah Jantung, Eks Chelsea Itu Putuskan Gantung Sepatu
-
Piala Dunia 2026: Enggan Meremehkan, Carlo Ancelotti Anggap Semua Lawan di Grup C Kuat
-
Hasil Drawing Piala Dunia 2026, Prancis di Grup Neraka, Argentina Bertemu Lawan Enteng
-
Lima Edisi Gagal ke Final, Ancelotti Siap Akhiri Kutukan Brasil di Piala Dunia 2026
-
Neymar Akhirnya Cetak Hat-trick Lagi Setelah 4 Tahun, Santos Keluar dari Zona Merah
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
-
Resmi Melantai di Bursa, Saham Superbank Melambung Tinggi
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
Terkini
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Gaya Bermain Neymar Jr Jadi Inspirasi Sepatu Bola Generasi Baru
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa