Suara.com - Lebih dari 500 orang Israel telah meninggal karena Covid-19 sejak 1 Juli, menurut data Kementerian Kesehatan Israel. Kondisi itu membuat jumlah kematian sejak awal pandemi meningkat menjadi 825 pada hari Minggu.
Kementerian Kesehatan mengonfirmasi 2.212 kasus virus corona baru sepanjang akhir pekan pada Jumat dan Sabtu. Setelah melewati angka 100.000 pada hari Jumat, penghitungan resmi mencapai 102.150 pada Minggu pagi, dengan 22.022 kasus aktif.
Sementara itu, dari jumlah tersebut, 408 berada dalam kondisi serius, termasuk 112 di bagian ventilator. 186 orang lainnya dalam kondisi sedang, dan sisanya ringan atau tanpa gejala.
Kementerian mengatakan 26.372 hasil tes virus korona kembali pada hari Jumat, di mana 5,7 persen positif, dan 10.260 hasil kembali pada hari Sabtu, dengan 7 persen di antaranya menunjukkan hasil positif. Level pengujian biasanya turun jauh selama akhir pekan.
Penghitungan kementerian menunjukkan bahwa lebih dari 500 orang Israel telah meninggal selama Juli dan Agustus, dibandingkan dengan 320 dari Maret hingga Juni.
Kementerian Kesehatan Israel mengatakan 9.367 kasus baru dikonfirmasi minggu lalu, termasuk 1.374 di Yerusalem, 494 di Bnei Brak, 372 di Modiin Illit, 342 di Ashdod dan 267 di Tel Aviv. Tidak ada infeksi yang ditemukan hanya di beberapa kota dan komunitas.
Sebuah rencana yang diungkapkan dalam beberapa hari terakhir oleh Ronni Gamzu, pejabat tinggi pemerintah yang bertanggung jawab atas tanggapan virus corona, menguraikan batasan yang akan diberlakukan selama periode Liburan Tinggi yang dimulai bulan depan.
Rencana tersebut hanya akan memberlakukan pembatasan pada kota-kota dengan tingkat kesakitan yang tinggi, jika tingkat penularan tidak diperlambat hingga 10 September.
Pembatasan tersebut akan berlaku mulai dari Rosh Hashanah, pada 18 September, hingga 11 Oktober, setelah hari raya Sukkot.
Baca Juga: Makin Kreatif, Kini Ada Lomba Sambil Berdonasi APD Untuk Tenaga Medis
Namun, Gamzu mengatakan kepada saluran 12 berita bahwa dia yakin tingkat morbiditas akan turun pada waktunya untuk menghindari pembatasan atas Rosh Hashanah.
“Belum tentu ada penutupan. Saya pikir kita bisa menurunkan infeksi; kita punya empat minggu sampai saat itu. Saya ingin menjauh dari penguncian. Saya tahu saya menyajikannya sebagai opsi, karena saya khawatir, tetapi kita semua perlu membuat opsi untuk menghindarinya, ”katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Sedan Bekas yang Jarang Rewel untuk Orang Tua
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- 5 Sepatu Lari Hoka Diskon 50% di Sports Station, Akhir Tahun Makin Hemat
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman Skechers Buat Jalan-Jalan, Cocok Buat Traveling dan Harian
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
Pilihan
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
John Herdman Dikontrak PSSI 4 Tahun
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
4 Rekomendasi HP Xiaomi Murah, RAM Besar Memori Jumbo untuk Pengguna Aktif
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
Terkini
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern