Suara.com - Epidemiolog dr. Tonang Dwi Ardyanto, Sp.PK. mengungkapkan ada hal yang tidak wajar pada data kasus Covid-19. Ketidakwajaran itu terlihat pada jumlah testing Covid-19 yang dilaporkan tinggi, namun angka suspek (orang yang diduga terinfeksi Covid-19) justru terus bertambah.
Menurutnya, penelusuran kasus Covid-19 seharusnya lebih banyak dilakukan dengan menggunakan alat tes PCR. Namun yang terjadi di Indonesia saat ini, hasil testing masih bercampur dengan tes antigen yang nilai akurasinya lebih rendah dari PCR.
"Jumlah tes dilaporkan tinggi (padahal karena gabungan), angka kasus baru rendah sekali, angka positivitas (gabungan) dilaporkan rendah sekali. Tapi jumlah suspek terus meningkat dari hari ke hari. Ini tidak wajar," kata dokter Tonang, dikutip dari tulisannya di Twitter, Jumat (17/9/2021).
Kebijakan yang ditetapkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam penanganan Covid-19 sebenarnya sudah tepat, dengan memprioritas tes untuk suspek dan kontak erat. Bukan sekadar skrinning tanpa indikasi, lanjut dokter Tonang.
Selain itu, Kemenkes juga menetapkan kalau tes antigen sebenarnya hanya cadangan dan pelengkap untuk skrining.
"Bila angka positivitas masih tinggi, jumlah tes harus dilipatgandakan mengikutinya. Sudah tepat sebenarnya," ucap Tonang.
Ia menjelaskan, saat testing ditingkatkan untuk mengimbangi peningkatan angka positivitas, awalnya pasti terjadi peningkatan kasus positif. Tapi perlahan jumlah infeksi baru juga akan menurun. Seperti yang dilakukan Dinas Kesehatan DKI Jakarta dalam melakukan skrining dan testing Covid-19.
DKI Jakarta telah meningkatkan tes PCR sejak pertengahan Agustus lalu. Hingga 12 September, rata-rata testing PCR mingguan hampir 120 ribu, meningkat dari pertengahan Agustus yang hanya sekitar 80 ribu.
Namun jumlah kasus positifnya juga turun dari 5.461 kasus pada periode 16-22 Agustus, menjadi 2.020 pada 6-12 September.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Turun, Ada Pesan Ahli Epidemiologi buat Masyarakat Indonesia
"Itu penurunan yang logis dan wajar, mudah dijelaskan secara logika dan teori ilmiah. Bukan penurunan yang tajam padahal tesnya masih kurang," kata Tonang.
Ahli pantologi klinik itu mencatat, jumlah suspek secara nasional justru terus bertambah setiap hari. Meski testing juga meningkat, akan tetapi jumlahnya masih lebih banyak dari hasil tes antigen daripada PCR.
Ia menekankan bahwa jumlah suspek harus menjadi prioritas pertama tes Covid-19 agar jelas status infeksinya. Sehingga bisa ditindaklanjuti dengan pelacakan kontak atau tracing yang targetnya, dalam maksimal 72 jam ditemukan minimal 15 kontak erat.
"Sesuai kebijakan Kemenkes dibutuhkan tes Covid-19 agar jelas status kontak erat itu, positif (lanjut isolasi) atau negatif (bisa segera aktivitas lagi). Bukan menggantung. Akhirnya terpaksa "membolos" dari karantina, termasuk yang disebut 3.800 an orang terdeteksi ke mal itu," ujarnya.
Sementara itu, Satgas Covid-19 mengakui bahwa jumlah testing di beberapa daerah masih lebih banyak antigen daripada PCR. Kondisi itu terjadi lantaran keterbatasan fasilitas laboratorium PCR juga sumber daya manusia.
Ketua bidang data dan informasi teknologi Satgas Covid-19 Dr. Dewi Nur Aisyah juga menyampaikan bahwa PR lainnya dari tindakan testing belum fokus pada suspek, tetapi masih bercampur dengan indikasi lain.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- Suzuki Ignis Berapa cc? Harga Bekas Makin Cucok, Intip Spesifikasi dan Pajak Tahunannya
- STY Siap Kembali, PSSI: Tak Mudah Cari Pelatih yang Cocok untuk Timnas Indonesia
Pilihan
-
Indonesia Ngebut Kejar Tarif Nol Persen dari AS, Bidik Kelapa Sawit Hingga Karet!
-
Prabowo Turun Gunung Bereskan Polemik Utang Whoosh
-
Jokowi Klaim Proyek Whoosh Investasi Sosial, Tapi Dinikmati Kelas Atas
-
Barcelona Bakal Kirim Orang Pantau Laga Timnas Indonesia di Piala Dunia U-172025
-
Menkeu Purbaya Pamer Topi '8%' Sambil Lempar Bola Panas: Target Presiden, Bukan Saya!
Terkini
-
Mengenalkan Logika Sejak Dini: Saat Anak Belajar Cara Berpikir ala Komputer
-
Cuaca Panas Ekstrem Melanda, Begini Cara Aman Jaga Tubuh Tetap Terhidrasi
-
Stop Cemas Anak Nonton Gadget! Tayangan Ini Hadir Jadi Jembatan Nilai Positif di Era Digital
-
Rahasia Seragam Medis Masa Depan Terungkap: Kolaborasi yang Mengubah Industri Tekstil Kesehatan!
-
Melihat dengan Gaya, Ini Cara Baru Menikmati Penglihatan yang Sehat
-
Banyak Perempuan Takut Skrining Kanker Payudara, Cek Kesehatan Gratis Nggak Ngaruh?
-
K-Pilates Hadir di Jakarta: Saat Kebugaran, Kecantikan, dan Wellness Jadi Satu
-
Plak, Gusi Berdarah, Gigi Berlubang: Masalah Sehari-Hari yang Jadi Ancaman Nasional?
-
Mudah dan Ampuh, 8 Cara Mengobati Sariawan yang Bisa Dicoba
-
5 Inovasi Gym Modern: Tak Lagi Hanya Soal Bentuk Tubuh dan Otot, Tapi Juga Mental!