Suara.com - Demensia adalah suatu kondisi yang ditandai dengan hilangnya memori, yang lebih dari sekadar efek penuaan. Kondisi ini ditandai dengan gumpalan protein beracun di otak, yang mencegah sel-sel otak berkomunikasi satu sama lain.
Deteksi bahaya demensia lebih dini bisa membantu menentukan metode pengobatan yang paling efektif. Anda bisa mewaspadai tanda bahaya demensia ini ketika berdiri.
Hipotensi ortostatik adalah suatu bentuk tekanan darah rendah yang ditandai dengan kegagalan pembuluh darah untuk menyempit saat tubuh dalam kondisi berdiri tegak.
Penurunan tekanan darah ini mengurangi aliran darah ke otak, yang menyebabkan perasaan pusing dan sakit kepala.
Andreea M Rawling, dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, mengatakan hipotensi ortostatik telah dikaitkan dengan penyakit jantung. Ia dan timnya pun melakukan penelitian besar untuk memastikan bentuk tekanan darah rendah ini berkaitan dengan masalah di otak, khususnya demensia.
Sebuah studi telah menyelidiki hubungan antara hipotensi dan demensia pada 11.709 orang dewasa tanpa riwayat penyakit coroner yang menyelesaikan lima kunjungan tindak lanjut selama rata-rata 25 tahun.
Tekanan darah para peserta pun diukur setiap 5 menit setelah mereka berdiri dengan gerakan cepat dan setelah 20 menit berbaring. Dalam hal ini, tekanan darah rendah didefinisikan sebagai penurunan setidaknya 20 mm/Hg tekanan darah sistolik atau 10 mm/Hg pada tekanan darah diastolik.
Di sisi lain, tekanan darah normal didefinisikan sebagai kurang dari 120/80mm/Hg. Para peneliti mencatat bahwa lima persen dari kohort memiliki tekanan darah rendah pada awal penelitian.
Setelah meninjau catatan medis peserta, peneliti menemukan bahwa 1.068 peserta terus mengembangkan demensia dan 842 mengalami stroke iskemik.
Baca Juga: Tak Selalu Lebih Berbahaya, Ternyata Ini 3 Efek yang Terjadi Jika Virus Corona Bermutasi
Temuan ini menunjukkan bahwa peserta dengan hipotensi ortostatik di awal penelitian memiliki risiko 54 persen lebih tinggi untuk mengembangkan demensia dibandingkan mereka yang tidak.
Sekitar 13 persen pasien dengan hipotensi ortostatik mengembangkan demensia dibandingkan dengan 0 persen pasien tanpa hipotensi ortostatik. Selanjutnya, risiko mereka mengalami stroke iskemik 2 kali lipat di antara pasien dengan hipotensi ortostatik.
Sekitar 15 persen pasien dengan hipotensi ortostatik mengalami stroke iskemik, dibandingkan dengan 6,8 persen dari mereka yang tidak mengalami hipotensi.
"Mengukur hipotensi ortostatik di usia paruh baya mungkin merupakan cara baru untuk mengidentifikasi orang-orang yang perlu dipantau secara hati-hati untuk demensia atau stroke," kata Rawlings dikutip dari Express.
Tapi, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengklarifikasi hal-hal yang mungkin menyebabkan hubungan antara hipotensi ortostatik dan demensia serta menemukan strategi pencegahannya.
Studi ini menambah garis penelitian yang menunjukkan tekanan darah rendah meningkatkan risiko penurunan kognitif berkaitan dengan usia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas dengan Sunroof Mulai 30 Jutaan, Kabin Luas Nyaman buat Keluarga
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 5 Mobil Bekas 3 Baris 50 Jutaan dengan Suspensi Empuk, Nyaman Bawa Keluarga
- 5 Motor Jadul Bermesin Awet, Harga Murah Mulai 1 Jutaan: Super Irit Bensin, Idola Penggemar Retro
Pilihan
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
John Herdman Dikontrak PSSI 4 Tahun
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
4 Rekomendasi HP Xiaomi Murah, RAM Besar Memori Jumbo untuk Pengguna Aktif
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
Terkini
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal